Kepala Asrama Putra Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Ust Sholihuddin saat membuka acara Kongres Keluaga Besar Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng pada Kamis (09/11/2017). (Foto: Fitri)

Tebuireng.online— Pesta demokrasi tahunan, Badan Eksekutif Mahasantri (BEM) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) Tebuireng mennyelenggarakan Kongres Keluarga Besar Mahasantri (KBM) Ma’had Aly tahun 2017. Kongres yang digelar pada Kamis-Jumat (9-10/11/2017) di ruang kelas Mahasantri putri semester satu itu, mengangkat tema “Merombak Kebekuan Adminitrasi Demi Elastisitas Organisasi”.

Rangkaian acara yang berlangsung selama dua hari adalah meliputi acara Kongres pada umumnya. Pada hari pertama setelah pembukaan dilanjutkan dengan sidang tata tertib, kemudian sidang komisi. Pada hari kedua, dilanjutkan dengan sidang pleno dan sidang laporan pertanggung jawaban BEM MAHA periode 2017.

Peserta Kongres MAHA tahun 2017, terdiri dari seluruh Mahasantri Ma’had Aly. Untuk pertama kalinya di tahun ini, peserta Kongres MAHA terdiri dari peserta wajib dan sunnah. Yan  dimaksud dengan wajib, yakni mahasantri yang didelegasikan oleh Dewan Perwakilan Mahasantri (DPM), Badan Eksekutif Mahasantri (BEM), Unit Kegiatan Mahasantri (UKM), dan setiap semester yang mendelegasikan anggota kelasnya sebanyak 5 orang.

Sementara itu, yang dimaksud dengan peserta sunnah, merupakan mereka yang tidak didelegasikan untuk mengikuti Kongres MAHA. Ditetapkannya aturan ini oleh DPM MAHA bertujuan untuk menjaga keefektifan acara dengan menekan angka kehadiran mahasantri di luar unit yang ada.

Mewakili Idarah (kantor), Kepala Asrama Putra Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, Ustadz Sholihuddin, M.Pd., M.A., menuturkan bahwa mahasiswa itu terbagi menjadi beberapa macam, di antaranya mahasiswa aktivis, mahasiswa kontraversional, mahasiswa akademik, dan lain sebagainya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurut Ustadz Sholih, panggilan akrabnya, mahasiswa aktivis artinya selain di bangku kuliah ia juga aktif di dalam organisasi baik internal maupun ekstrenal, sedangkan mahasiswa kontraversional, yakni mahasiswa yang peduli dengan lingkungan sekitarnya dan ikut terjun memperbaiki masalah-masalah yang terjadi. Sementara mahasiswa akademik merupakan mahasiswa yang fokus terhadap nilai-nilai kognitif saja selain yang telah disebutkan.

“Di dalam organisasi seperti, adakan kegiatan yang tidak hanya mengarah pada bidang ilmiah atau akademik saja, tetapi akan lebih baik kegiatan itu tidak terbatas pada aspek ilmiah saja, melainkan juga mengarah pada aspek sosialnya juga,” pesan Ustadz Sholih kepada para mahasantri agak tidak meninggalkan peran sosial yang dimilikinya.

“Harapan BEM MAHA ke depan tentunya agar berbenah menjadi lebih baik lagi. Karena ia dianggap memiliki tantangan dalam menghadapi transisi program studi yang awalnya ushul fiqh menjadi hadis dan ilmu hadis,” ungkap Wakil Presiden Mahasiswa MAHA 2017. Menurutnya yang terpenting sekarang ini, yakni bagaimana Ma’had Aly Tebuireng dapat meracik program kerja yang dapat mengkolaborasikan antara keduanya hingga dapat memberi manfaat satu sama lain.

Acara diakhiri dengan perundingan penentuan kandidat calon Ketua BEM MAHA yang nantinya dari pihak panitia akan mendatangi semester 5 meminta 4 nama untuk dicalonkan sebagai ketua dan mendatangi semester 3 meminta satu nama untuk menjadi calon wakil. Kemudian nama-nama ini akan diserahkan ke idarah untuk menentukan kandidat-kandidatnya.


Pewarta:            Fitrianti Mariam Hakim

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin