Mudir Ma'had Aly Hasyim Asy'ari KH. Nur Hannan, LC., M.Hi., memberikan sambutan dalam Pembukaan Kongres (
Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari KH. Nur Hannan, LC., M.Hi., memberikan sambutan dalam Pembukaan Kongres (Rabu, 09/12/2015) (foto;Fatih)

tebuireng.online– Dibuka pada Rabu (9/12/15) oleh Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, agenda Kongres Dewan Perwakilan Mahasantri (DPM) dan Badan Eksekutif Mahasantri (BEM) Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (MAHA) Tebuireng, akan berlangsung dua hari seminggu pada hari Rabu-Kamis. Minggu pertama ini setelah dibuka, akan dilanjutkan dengan sidang pleno komisi pada Kamis (10/12/15) pagi.

Acara ini dilakukan di Aula Ma`had Aly Hasyim Ay`ari Tebuireng dengan diikuti oleh kira-kira 75 orang, mulai dari semester 1 sampai semester 7. Persidangan berlangsung tertib, walaupun terkadang mereka saling bersitegang dalam beradu pendapat. Para mahasantri sangat antusias sekali mengikuti agenda pada hari kedua ini. Karena mereka sadar bahwa mengikuti kegiatan semacam ini sangat membantu mereka dalam berfikir kritis dan reaslistis. Mereka melakukan sidang layaknya sidang yang diadakan di DPR.

Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, KH. Nur Hannan, Lc., M.Hi., dalam kesempatan sambutan, berharap dengan adanya kongres ini mengembalikan Ma’had Aly kepada hakikatnya yang berbasis pesantren. Menurut beliau, seluruh kegiatan yang bermanfaat boleh dan bahkan dianjurkan untuk disajikan kepada para mahasantri, asal tidak mengurangi ciri khas kepesantrenan dalam diri Ma’had Aly sesuai dengan cita-cita para pendiri.

“Biar memperkenalkan kepada mahasantri tentang keorganisasian,” ujar Hilmi Abedillah selaku pimpinan sidang. “Selain itu, juga memperkenalkan kepada mereka mengenai sistem persidangan, istilahnya, biar mereka melek sisem persidangan,” tambahnya disela-sela waktu istirahat.

Presiden Mahasantri, Aswiyanto, mengatakan bahwa kongres ini adalah bagian dari pelatihan organisasi, regenerasi, kaderisasi, dan pembelajaran demokrasi. Ketiga pemimpin sidang menerima pendapat dan sanggahan dari para perserta kongres lalu mengetuk pali ketiga keputusan sudah mencapai kata sepakat dan mufakat. Ia juga menjelaskan bahwa santri, selain harus kuat ilmu agamanya, juga harus mempu menjadi pemimpin dan organisatoris di tengah-tengah masyarakat.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
Para mahasantri mengacungkan tangan saat sidang dalam kongres DPM-BEM Ma'had Aly Hasyim Asy'ari (Kamis, 10/12/2015) (foto;Fatih)
Para mahasantri mengacungkan tangan saat sidang dalam kongres DPM-BEM Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (Kamis, 10/12/2015) (foto;Fatih)

Ma’had Aly Hasyim Asy’ari yang sudah mendapatkan legalitas resmi secara hukum negara, lewat BEM-DPM, lembaga setara perguruan tinggi pesantren tersebut semakin menggenjot kemampuan para mahasantri dalam bidang akademik, keorganisasian, hingga minat dan bakat non-akademik. “Ini untuk memberikan ruang seluas-luasnya namun terkontrol agar mahasantri juga tidak dianggap remeh mahasiswa kampus lain, tapi tidak keluar dari koridor kepesantrenan,” jelas Pres Aswi, panggilan akrab Asiwanto.

Ketua BEM, Aswiyanto, memberikan sambutan (foto;Fatih)
Ketua BEM, Aswiyanto, memberikan sambutan pada pembukaan kongres (foto;Fatih)

Setelah sidang pleno, acara akan dilanjutkan dengan LPJ (laporan pertanggungjawaban pengurus) BEM masa kepengurusan sebelumnya. Sidang akan dilakukan seminggu dua hari agar efektif, efisian, dan hemat tenaga. Rabu depan diadakan debat calon ketua BEM dan dilanjutkan dengan pemilihan ketua BEM.

Calon terkuat menurut survey sementara adalah Muhammad Irham, Ahmad Ngibadillah, dan Vevi Alfi Maghfiroh. Uniknya, di antara tiga calon terkuat tersebut, ada seorang mahasantri putri yang disebut-sebut bakal menyaingi dua calon lelaki lainnya. Pencalonan Vevi dalam bursa calon ketua BEM adalah awal babak baru sejarah BEM Ma’had Aly memiliki calon ketua wanita. Selain tiga calon tersebut, muncul calon independen yang mencalonkan diri tanpa faksi, yaitu Talafus Falasif dari semester 5.

Mengenai persyaratan mencalonkan diri sebagai ketua BEM, Aswiyanto menjelaskan bahwa peraturan organisasi masih akan dibahas dalam kongres ini. Namun  dalam peraturan yang sudah ada calon ketua BEM tidak boleh bertentangan dengan visi dan misi Ma’had Aly dan tidak boleh merangkap jabatan di organisasi lain, seperti PMII ataupun pengurus pondok. Hal ini dimaksudkan agar ketua BEM bisa fokus dan mantap dalam memimpin BEM setahun kedepan.

Aswiyanto menolak tegas praktek politik uang di kalangan mahasantri dalam proses demokrasi ini. Ia beranggapan politik uang akan mencederai cita-cita pendiri Ma’had Aly dan para kiai Teburieng, khususnya KH. M. Hasyim Asy’ari yang mementingkan kejujuran dalam segala tindakan. “Tentu itu mencederai kesantrian dan kemahasiswaan kita,” terangnya. (fatih/abror)