Pengasuh Pesantren Tebuireng dan beberapa pimpinan Pesantren Tebuireng saat sosialisasi bahaya rokok, Rabu (18/07/2017) di Aula Lantai 3 Gedung KH. Yusuf Hasyim. (Foto: Torik)

tebuireng.online—Keseriusan Pesantren Tebuireng dalam penolakan RUU Pertembakauan tak hanya isapan jempol saja. Untuk merealisasikan hal tersebut, Pesantren Tebuireng mengadakan sosialisasi mengenai bahaya rokok kepada para guru dan pembina di lingkungan Yayasan KH. M. Hasyim Asy’ari pada Rabu (18/01/2017) di Aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf Hasyim setelah shalat Maghrib.

Dalam sambutannya, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH. Shalahuddin Wahid (Gus Sholah) mengingatkan bahaya merokok dengan menceritakan kisah orang-orang yang sulit berhenti merokok dan kerabatnya yang berhenti merokok karena mengalami sakit, di antaranya Kiai Sahal Mahfud dan Kiai Ishaq Latif.

Beliau juga menceritakan pengalamannya ketika diundang oleh Fakultas Kesehatan, Universitas Indonesia (UI) pada Desember 2016 lalu untuk menghadiri seminar bahaya rokok. Beliau bertemu dengan beberapa orang yang mengaku sebagai korban rokok. Beliau menerangkan pada seminat itu, ada seorang guru besar Fakultas Kedokteran UI yang menyampaikan usul bahwa kalau harga cukai dinaikkan menjadi 50.000 rupiah maka akan dapat mengurangi 71 persen perokok. Menurut beliau, justru hal itu dapat menguntungkan pihak cukai dan polisi. Bagi beliau kenaikan harga yang dimaksud adalah yang sesuai dengan aturan pemerintah.

“Alhamdulillahnya sekarang banyak pesantren yang sudah melarang santrinya merokok,” ungkap beliau. Kiai yang juga mantan aktivis HAM tersebut merasa sangat bersyukur dengan semakin banyaknya pesantren yang melarang rokok bagi santri. Hal itu sudah diterapkan di Tebuireng. Namun, beliau juga berharap agar para guru, pengurus, dan pembina di Tebuireng juga steril dari rokok.

KH. Hasyim Karim atau yang sering disapa Gus Aying menambahkan bahwa sudah semestinya guru dan pembina dapat menjadi suri tauladan bagi santri dan siswa. Kalau pelarangan rokok untuk santri diterapkan, lanjut beliau, harusnya guru dan pembina juga tidak merokok. Bagi beliau, merokok merupakan kebiasaan yang tidak menjaga pemberian Allah berupa badan yang harus diperhatikan kesehatannya. Untuk itu, beliau berharap setelah sosialisasi ini, guru dan pembina di lingkungan Yayasan KH. M. Hasyim Asy’ari dapat meninggalkan kebiasaan merokok.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hal senada juga disampaikan oleh KH. Irfan Yusuf atau Gus Irfan. Beliau juga menyampaikan bahwa sudah seharusnya ada sanksi tertentu bagi guru dan pembina yang merokok. Bagi beliau pelarangan harus diimbangi dengan konsekuensi sanki agar ada tekanan di dalamnya. Beliau mencontohkan sanksi tersebut dengan pengeluaran bagi yang telah tiga kali ketahuan merokok. Hal semacam itu dirasa dapat membantu untuk merealisasikan sikap Tebuireng yang menolak RUU Pertembakauan.

Tak ketinggalan juga, Ibu Nyai Farida yang mengingatkan bahaya rokok dari sisi kesehatan. Menurut beliau jika dalam suatu keluarga terdapat perokok maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain. “Kalau dalam rumah ada seorang bapak merokok maka anak dan istri akan menjadi perokok pasif dan akan berakibat buruk kepada perokok pasif,” kata Bu Nyai dengan bersemangat. Bu Nyai juga menambahkan bahwa walaupun seorang perokok dalam keluarga melakukan aktifitas merokok di luar rumah, nafasnya masih mengandung asap rokok dan dapat memberikan akibat buruk bagi anggota keluarga lain.

Sosialiasi bahaya rokok ini, diikuti oleh para pengurus, pembina, dan guru-guru di setiap unit sekolah di Pesantren Tebuireng. Tampak hadir juga Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid, Ibu Nyai Farida, Mudir Pondok H. Lukman Hakim, Mudir Sekolah H. Kusnadi, KH. Hasyim Karim, KH. Irfan Yusuf (Gus Irfan), dan beberapa dzuriyah dan pimpinan Pesantren Tebuireng lainnya.


Pewarta: Nazhatuz Zamani

Editor: Farha Kamalia

Publisher: M. Abror Rosyidin