Salah satu pengurus Perpustakaan A Wahid Hasyim Pesantren Tebuireng, Muhamad Zainal Arifin menunjukkan salah satu kitab tulisan tangan Kiai Hasyim Asy’ari. (Foto: Syarif)

Tebuireng.online– Kitab-kitab tulisan tangan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yang tersimpan di Perpustakaan A Wahid Hasyim Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur menjadi rujukan para mahasiswa dan dosen dari berbagai kampus.

Kedatangan para akademisi bertujuan melakukan penelitian, mencari data atau mencocokkan data yang sudah dimiliki. Hampir setiap tahun ada saja akademisi mengunjungi Pesantren Tebuireng dalam rangka mencari kitab asli milik Kiai Hasyim.

Pengurus perpustakaan A Wahid Hasyim, Muhamad Zainal Arifin menjelaskan, setiap waktu dirinya seringkali didatangi dan diminta melayani tamu dari luar daerah yang ingin menggunakan kitab tulisan tangan KH. Hasyim Asy’ari sebagai sumber penelitian.

”Jadi tidak hanya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang datang kesini memakai kitab-kitab Kiai Hasyim sebagai rujukan, melainkan anak-anak kuliah, dosen ataupun praktisi juga sering datang kesini,” ujarnya, Selasa (14/5/19).

Misalnya, beberapa waktu lalu terdapat sejumlah mahasiswa asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Airlangga, maupun IAIN Ponorogo yang memakai kitab-kitab tersebut untuk kepentingan studi mereka.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Rata-rata untuk kuliah dan penelitian jurnal mereka,” terangnya.

Sayangnya, para pengunjung ataupun pembaca yang ingin menggunakan kitab-kitab asli tulisan tangan KH. Hasyim Asy’ari tidak diperkenan untuk dipinjamkan keluar dari perpustakaan. Karena, keberadaan tujuh kitab berusia satu abad itu hanya ada satu-satunya di Indonesia.

“Kita tidak meminjamkan, ya mohon maaf karena memang tinggal ini satu-satunya,” bebernya.

Hal ini dikarenakan pihaknya khawatir, semisal ada peminjam yang tidak bertanggung jawab kitab tersebut bakal rusak ataupun hilang.

“Karena ini peninggalan sejarah tentu akan kami jaga betul,” tandasnya. Bahkan, beberapa waktu lalu saat tim PBNU meminjam untuk kepentingan pameran juga tidak diizinkan, dengan alasan keamanan naskah asli tersebut.

Namun, ia menjelaskan pembaca masih bisa menggandakan dengan fotocopy beberapa lembar yang digunakan sebagai rujukan. “Kalau difotocopy tidak apa-apa, asal tidak dibawa pulang ataupun dipimjam,” pungkasnya.

Pewarta: Syarif Abdurrahman

Publisher: RZ