Sumber foto: www.google.com

Oleh: Izzatul Mufidati*

Orang bijak berpesan: “Jika ada sesuatu yang mengundang amarah Anda, maka jangan segera melampiaskannya. Pikirkan dengan bertanya: (a) Apakah peristiwa itu sudah wajar mengundang amarah? Kalau iya, lanjutkan berpikir; (b) Apakah amarah harus ditujukan kepada pelaku atau ada pihak lain yang merupakan penyebab utamanya? Kalau kepada pelaku; (c) Apakah sudah tepat tempat dan waktu pelampiasan amarah? Kalau sudah tepat, maka berpikir dilanjutkan untuk menetapkan seberapa kadar amarah yang harus dilampiaskan.

Rasulullah berpesan, ketika terlintas dorongan amarah, maka alihkan kepada aktivitas, tinggalkan tempat, berwudlu. Ini karena ucapan dan sikap buruk bagaikan api. Jika ditiup, ia semakin besar dan jika dibiarkan, ia mati sendiri.

Dalam keberhasilan menyandang sifat ini, dada harus lapang. Dalam Q.S Thaha [20]: 25-28, terdapat doa Nabi Musa yang sangat popular. “Ya Allah, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah ikatan yang membelenggu lidahku agar mereka dapat memahamiku.” Kesempitan dada memang mengandung amarah, sedangkan amarah mengakibatkan konsentrasi hilang sehingga urusan menjadi sulit dan berbicara tidak terkontrol.

Dada yang lapang dapat menampung pengetahuan dan perasaan. Sedangkan dada yang sempit tidak mudah menampung pengetahuan dan perasaan yang menyenangkan maupun ketersinggungan. Seorang yang lapang dada, akan semakin lembut dan simpati karena yang muncul dari dadanya adalah kelembutan dan kebaikan. Sebaliknya, jika dada sempit, maka tidak banyak simpati yang ditampungnya sehingga tidak terlihat diwajahnya keceriaan dan senyum, dan jika ia mendengar atau melihat sesuatu yang tidak berkenan di hatinya ia tidak dapat menampung sehingga ia melampiaskan penyebab ketersinggungan tersebut bahkan menimpa yang tidak bersalah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dada yang lapang akan mengolah hal negatif dengan berusaha mencari dalih pembenaran atas kesalahan orang lain. Lain halnya dengan dada yang sempit, ia akan mencari kesalahan dari sikap baik yang dilakukan orang lain kepadanya. Dalam menghadapi masalah, dada yang sempit akan mengeluh dalam menghadapi sekelumit kesulitan dan amarah dari kesalahan sepele, sedangkan dada yang lapang akan menahan amarah, akan memaafkan bahkan beerbuat baik terhadap orang yang telah melakukan kesalahan terhadapnya.

Dalam Q.S Ali Imran (3):134 dijelaskan bahwa sifat orang bertakwa antara lain, mereka mampu menahan amarah, memaafkan, bahkan berbuat baik terhadap mereka yang telah melakukan kesalahan terhadapnya. Menahan amarah lahir dari kelapangan dada dan bila meningkat melahirkan sikap memaafkan dan melupakan kesalahan. Lalu jika meningkat lagi, maka berbuat baik.

Disarikan dari berbagai sumber.

*Mahasiswa STIT UW Jombang.