Sebuah ilustrasi: lens.go.id

Oleh: Muhammad Adib*

Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasangan, ada laki-laki ada perempuan, ada benar ada salah, ada baik ada buruk, ada pahala dan ada dosa. Bahkan unsur terkecil seperti atom sekali pun Allah berikan pasangan didalamnya, ada atom proton dan elektron. Kenapa Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan? Agar manusia berpikir dan menyadari bahwa hanya Dia-lah yang tidak memiliki pasangan, hanya Dia-lah yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan hanya Dia-lah “the one and only” yang patut disembah. Itulah yang jadi pembeda antara Pencipta dan yang diciptakan. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an:

وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ 

(“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)”). (QS. Az-Zariyat: 49).

Segala perbuatan buruk yang merugikan diri sendiri apalagi orang lain adalah dosa, maksiat adalah dosa, tapi pernahkah sejenak kita berpikir bagaimana seandainya dosa itu terlihat? Mungkinkah pahala dan dosa itu berbentuk? Masih beranikah kita berbuat dosa seandainya dosa tersebut bisa kita lihat?

Untuk melihat itu semua mari kita perhatikan kisah ilmu dan hikmah dari ulama berikut:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kisah Ulama yang Mampu Melihat Dosa yang Berguguran

Gus Baha dalam salah satu ceramahnya mengutip dalam kitab Mizanul Kubra karya Syekh Abdul Wahab As-Sya’roni, kitab ini merupakan salah satu kitab yang dijadikan rujukan oleh santri pondok pesantren di Indonesia. 

Dikisahkan  tentang seorang ulama alim dan sholih yang mampu melihat dosa yang berguguran dari orang yang sedang berwudhu, suatu kali ulama tersebut berbicara dan menasihati seseorang yang baru selesai berwudhu, ia mengatakan ”jangan terlalu sering mendengarkan suara musik yang melalaikan itu wahai anak muda,” maka lantas pemuda itu terkejut karena ulama ini mengetahui apa yang ia lakukan, lalu ia berjanji tidak akan mendengarkan musik seraya bertanya “dari mana engkau tahu apa yang aku lakukan wahai imam?” Maka ulama ini menjawab “Saya mengetahuinya dari air wudhumu yang jatuh, sehingga saya mengetahui kadar dosa yang engkau lakukan”.

Setelah itu beliau melihat ada orangtua yang berwudhu lalu setelah selesai wudhu ulama ini mengatakan “wahai orangtua, jangan melakukan zina, sungguh itu perbuatan yang keji,” maka orangtua ini terkejut seraya bertanya kepada sang imam “dari mana engkau mengetahui apa yang aku perbuat wahai imam?” ulama ini pun menjawab sama “Saya mengetahuinya dari air wudhumu yang berjatuhan,” lalu orangtua ini pun bertaubat dan berjanji tak akan melakukan zina.

Kemudian beliau kembali melihat dan menasihati seseorang yang baru selesai berwudhu “Jangan membentak orangtuamu, jangan menyakiti hati orangtuamu anak muda,” maka anak muda itu juga terkejut dan berjanji akan bertaubat, ia bertanya kepada Sang Imam “dari mana engkau mengetahuinya wahai imam?” dan kembali Imam ini menjawab “dari air wudhumu yang berjatuhan anak muda”.

Benarkah berwudhu dapat menghapus dosa?

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits:

عنْ أبي هريرة  أنَّ رسولَ اللَّه  قَالَ: إذَا تَوضَّأَ الْعبْدُ الْمُسْلِم، أَو الْمُؤْمِنُ فغَسلَ وجْههُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خطِيئةٍ نظر إِلَيْهَا بعينهِ مَعَ الْماءِ، أوْ مَعَ آخِر قَطْرِ الْماءِ، فَإِذَا غَسَل يديهِ خَرج مِنْ يديْهِ كُلُّ خَطِيْئَةٍ كانَ بطشتْهَا يداهُ مَعَ الْمَاءِ أَو مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْماءِ، فَإِذَا غسلَ رِجليْهِ خَرجَتْ كُلُّ خَطِيْئَةٍ مشَتْها رِجْلاُه مَعَ الْماءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ حَتَّى يخْرُج نقِياً مِنَ الذُّنُوبِ رواه مسلم.

(“Dari Abu Hurairah R.A., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang muslim atau mukmin berwudhu, kemudian membasuh wajahnya maka keluarlah dari wajahnya tersebut semua dosa yang dilakukan pandangan matanya bersamaan dengan tetesan air terakhir, jika ia membasuh tangannya maka keluarlah dari tangannya semua dosa yang dilakukan tangannya bersamaan dengan tetesan air terakhir, jika ia membasuh kedua kakinya maka keluar semua dosa yang berasal dari langkah kakinya, hingga dia keluar dalam keadaan bersih dari dosa”). (H.R. Muslim)

Hadits ini yang menjadi dasar dalil bahwa berwudhu dapat menghilangkan dosa, tapi siapakah sebenarnya ulama tersebut dan bagaimana ia bisa mengetahuinya? Ulama tersebut adalah Imam Abu Hanifah atau kita kenal dengan nama Imam Hanafi. Beliau salah satu dari pendiri 4 Madzhab, karena kesholihan dan kecintaan beliau terhadap ilmu maka Allah memberikannya ilmu Kasyaf, yaitu terbuka atau tersingkapnya tabir pemisah antara hal yang zhahir dan yang bathin dengan seizin Allah.

Imam Hanafi mampu melihat dan membedakan dosa yang berguguran dari air wudhu seorang muslim, tapi beliau menangis dan merasa bersalah karena mengetahui aib kaum muslimin yang seharusnya ditutupi oleh kaum muslim lainnya, maka dari itu ia memohon agar Allah menghilangkan kasyafnya, Imam Hanafi kasyaf selama lebih kurang 7 hari sebelum Allah mengabulkan doanya.

Sungguh tidak terbayang apa yang terjadi jika manusia mampu melihat dosa manusia lainnya, pasti meraka saling membuka aib dan dosa dihadapan sesamanya, saling memaki dan merendahkan satu sama lain, menjatuhkan harga diri orang lain, akan terjadi kekacauan dan keributan dimana-mana. Sungguh Allah telah memilih orang-orang terpilih diantara orang yang terpilih untuk dapat melihat hal itu. Maka masihkan kita enggan bersyukur? Bagaimana seandainya Allah buka aib kita? Nanti di hari perhitungan pasti akan Allah perlihatkan segala perbuatan yang kita lakukan selama di dunia, termasuk aib-aib kita, maka dari itu tutupilah aibmu dan saudaramu, insyaallah akan Allah tutupi aibmu di akhirat kelak, aamiin…

Maha Besar Allah yang selalu melindungi dan menutupi aib para hamba-hambanya, Wallahu a’lam.