Dalam dunia pendidikan khususnya di bangku perkuliahan, Cumlaude atau Mumtaz merupakan istilah yang sangat familiar. Bagi sebagian orang (mahasiswa), meraih Cumlaude itu penting dan merupakan kebanggaan tersendiri. Apalagi hal tersebut diraih di tengah-tengah kesibukan yang tidak hanya fokus pada kuliah saja seperti halnya, berorganisasi atau bahkan mengabdi sebagaimana yang terjadi pada salah satu mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari yang mendapatkan nilai mumtaz. Tentunya hal itu sangat luar biasa dan layak diberikan penghargaan. Seperti yang telah dilalui oleh mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Intan Albetti Putri Aisyah

Alumni Pondok Pesantren Mabaus-Sholihin tersebut merupakan mahasantri sarjana Strata 1 di  Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang. Selain kuliah, kegiatan sehari-hari Saudari Intan adalah mengajar atau mengabdi di Pesantren Tebuireng 2 Treinsans. Selain itu, perempuan kelahiran Tuban ini juga memiliki aktivitas yaitu aktif di PMII, tentu dari berbagai kesibukannya, nilai mumtaz yang ia terima dari kampus merupakan sebuah anugerah dan pencapaian yang luar biasa untuk kita teladani.

Berikut wawancara yang dilakukan oleh salah satu tim Tebuireng-Online kepada Saudari Intan.

Bagimana perasaan Anda ketika dinobatkan sebagai mahasantri peraih nilai mumtaz?

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Untuk saya pribadi perasaan senang tentu ada kaget juga karena kenyataan banyak teman-teman saya yang ilmunya jauh lebih mumpuni daripada saya. Namun sejujurnya itu merupakan beban juga untuk saya, ketika suatu saat ditanya tentang hal yang bersangkutan dengan agama utamanya hadis dan mungkin jawaban saya kurang pas dan bahkan belum bisa menjelaskan dengan baik, tentu ini menjadi beban buat saya karena membawa nama Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.

Metode seperti apa yang Anda terapkan?

Untuk metode belajar saya tidak mengacu pada metode tertentu, hanya yang jadi prioritas saya adalah harus mencintai terlebih dahulu pelajaran atau ilmu yang akan dipelajari. Meskipun susah untuk mencintai ilmu tersebut maka harus dipaksa nanti lama-kelamaan akan tumbuh rasa cinta, caranya adalah dengan aktif dan sering bertanya di dalam kelas atau bahkan secara pribadi bertanya langsung pada dosen di luar jam kuliah. Dengan begitu lama-lama akan senang dengan ilmu tersebut, karena jika sudah cinta pada ilmu, sesusah apapun nanti yang akan dihadapi baik pemahaman, hafalan, dan tugas akan senang dalam mengerjakannya.

Dari informasi yang didapat dari sebagian mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Anda memiliki kemampuan berbahasa Arab dan baca kitab kuning yang bagus. Proses seperti apa yang Anda lakukan sehingga bisa mahir dalam keduanya?

Proses yang saya lakukan sebagaimana umumnya yang dilakukan oleh teman-teman saya sewaktu di pondok, yaitu sorogan dan kegiatan bahasa lainnya seperti Drill, Muhadatsah, Insya’ yang dihafalkan. Apakah kemudian lantas mahir baca kitab dan lancar berbahasa arab? Tentu tidak. Semua itu butuh proses dan usaha keras, dan yang utama mendapatkan pemahaman yang sempurna dan semua itu tentu rejeki dari Allah, bahkan saya pribadi bisa bicara bahasa arab secara tertata baru ketika kuliah di Hasyim Asy’ari.

Saya ingat waktu itu semester  pertama pelajaran Jami’uddurus bersama Ustadz. Anang, tiba-tiba waktu sesi tanya jawab saya punya keberanian untuk bertanya, akhirnya saya bertanya dengan menggunakan bahasa Arab yang tiba-tiba mengalir begitu saja, saya sendiri heran sejak kapan bisa berbicara bahasa Arab dengan tertata. Mungkin inilah yg disebut pemahaman itu datang dari Allah, maka jangan mudah menyerah dalam belajar.

Apa alasan Anda memilih kuliah di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari?

Dari awal saya memang bercita-cita ingin kuliah di jurusan hadis, awal mula belajar ilmu hadis adalah waktu duduk di kelas X Madrasah Aliyah, memang waktu itu belum seberapa paham, tapi langsung tertarik dengan ilmu hadis, dan akhirnya takdir membawa saya untuk belajar hadis di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.

Kontribusi apa yang akan Anda lakukan di masyarakat kelak dalam menerapkan ilmu hadis yang didapatkan di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari?

Untuk kontribusi di masyarakat dalam menerapkan ilmu hadis saya pribadi belum ada gambaran pasti, sebab masyarakat awam kebanyakan tidak berfokus pada ilmu hadis, mereka tidak akan menanyakan ini hadis shahih, hasan atau dhoif, dan ilmu-ilmu hadis yang lain. Kalau pun ada, mungkin hanya beberapa. Jadi mungkin sedikit gambaran untuk menerapkan hadis di masyarakat adalah bisa menjelaskan pada mereka pemahaman hadis secara konteks dan perubahan zaman serta keadaan. Sehingga hadis tidak dianggap ilmu yang kuno dan ketinggalan zaman.

Bagaimana kesan selama menempuh pendidikan di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari?

Yang paling membuat saya terkesan yaitu proses diskusinya. Diskusi di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari benar-benar menyenangkan, saya pribadi yang sebelum kuliah di ma’hadaly ketika berdiskusi dengan teman-teman suasana selalu tenang dan damai, hanya bertukar pendapat kemudian disimpulkan dan tak jarang menerima begitu saja pendapat yang disampaikan yang lain tanpa adanya sanggahan.

Tapi pertama kali mengikuti diskusi di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari sangat terpukau karena para mahasantri baik putra maupun putri sangat aktif bahkan tak jarang saling berdebat dan menyangkal untuk bersikukuh mempertahankan pendapat masing-masing. Memang terkadang terlihat seperti orang berseteru tapi justru dengan beginilah diskusi itu hidup, banyak ilmu baru yang di dapat dan memancing mahasantri lain yang awalnya hanya diam akhirnya ikut aktif sebab greget dengan suasana diskusi.

Yang kedua saya sangat beruntung karena diajar oleh para dosen yang hebat, alim, dan merangkul terhadap mahasantri-mahasantrinya, tak jarang kami lambat dalam memahami pelajaran, namun beliau-beliau selalu sabar mengarahkan kami, beliau-beliau bisa menjadi guru, menjadi orangtua, dan teman untuk kami, begitulah hebatnya beliau dosen-dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.

Yang ketiga bisa bertemu dan dapat ilmu dari orang-orang  hebat lewat muhadhoroh2 yang diadakan oleh Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, seperti para Syeikh dari luar negeri dan lain sebagainya.

Apa pesan Anda yang ingin disampaikan kepada seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa Ma’had Aly Hasyim Asy’ari yang masih berjuang di kampus?

Untuk mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, saya tidak perlu berpesan tentang motivasi-motivasi kepada kalian semua, karena tentu kalian punya cara tersendiri untuk memotivasi diri kalian. Jadi saya hanya berpesan bahwa ilmu yang ada di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari amatlah banyak, baik di dalam maupun di luar jam kuliah seperti halaqoh dan kegiatan lainnya.

Tebuireng punya banyak akses untuk ilmu, tidak hanya hadis, ada fiqh, ushul fiqh, tafsir, bahasa Arab dan lain-lain, tinggal bagaimana kalian memanfaatkannya. Di kampus memang kita dituntut untuk memahami banyak mata kuliah, namun kalaupun kalian tidak mampu memahami semuanya, setidaknya kuasailah atau pahamilah satu ilmu yang bisa kalian terapkan. Karena satu ilmu tersebut akan mengantarkan kalian untuk memahami ilmu-ilmu yang lain, jangan mudah menyerah lalu menyesal di kemudian hari.

Apa harapan Anda kedepannya untuk kampus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari?

Tentu banyak sekali harapan saya ke depannya untuk kampus tercinta, di antaranya:  Saya berharap Ma’had Aly Hasyim Asy’ari  membuka S2 untuk ilmu hadis, agar mahasantri yang ingin mendalami ilmu hadis mempunyai wadah untuk itu dan saya berharap kajian hadis di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari bisa dibina, diarahkan, dan dikembangkan. Yang terkahir, harapan saya semoga suatu hari Ma’had Aly Hasyim Asy’ari mempunyai dewan dan lembaga kajian hadis sendiri yang mana bisa dijadikan rujukan oleh semua orang dari berbagai kalangan dan masih banyak lagi. Semoga Ma’had Aly Hasyim Asy’ari semakin sukses, makmur, dan maju. Amiiin.

Biodata

Nama: Intan Albetti Putri Aisyah

Tetala: Tuban, 26 Juli 1998

Motto Hidup: Usahakan Semampunya dan berikan yang terbaik


Pewarta: Qurratul Adawiyah