Oleh: Ahmad Faozan*

Sosok KH. Habib Ahmad memiliki wajah sangat menyejukkan. Kiai ahli hadis ini, jika sudah duduk bersila menghadap ke barat di tempat yang dahulu kabarnya Kiai Hasyim mengajar santri terlihat sangat penuh berwibawa. Kita bisa membayangkan kemana-mana. Tempat duduk yang sangat kramat itu memang tidak sembarangan bisa diduduki. Dalam pengertian hanya kiai dan santri hebat yang pantas duduk di tempat itu untuk mengajar santri.

Ikut mengaji kepada Kiai Habib Ahmad butuh niat kuat dan penuh keikhlasan. Jika tidak, maka ikut mengaji sebentar sudah mengantuk.  Kemudian harus betah duduk berlama-lama. Kiai Habib Ahmad setelah tamat belajar di Pesantren Tebuireng tidak tinggal di daerah sekitar pesantren sebagaimana para abdi pesantren lainnya. Jarak rumahnya dengan Tebuireng lumayan jauh. Meski pak kiai tidak tinggal di dalam lingkungan pondok namun soal waktu beliau sangat disiplin.  Sudah menjadi ciri khas murid Kiai Kamali yang sangat menghargai waktu. Begitupun dengan Gus Sholah yang kita kenal sangat tepat waktu.

Selanjutnya, Kiai Kamuli Chudori yang sekarang masih sugeng (semoga diberi kesehatan, amin) dan menggantikan peran Kiai Habib Ahmad sangat tekenal disiplin waktu. Kalau mengaji ke beliau selain wajib baca sendiri apapun kitabnya juga harus menghafalnya. Jarang sekali libur  mengaji kepada beliau meskipun hujan deras, beliau selalu datang ke pondok. Itulah yang pernah saya amati selama ikut mengaji kepada beliau. Datang terlambat juga sama sekali tidak terlihat.

Selama ini KH. Habib Ahmad merupakan salah  satu santri senior  Pesantren Tebuireng yang ikut berkontribusi terhadap keberlangsungan peninggalan KH. M. Hasyim Asy’ari. Setelah lulus dari Madrasah Aliyah pada tahun 1967 beliau melanjutkan belajarnya dibawah bimbingan KH. Idris Kamali.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Saat mengaji kepada Kiai Idris Kamali beliau sering membawakan kitab-kitab gurunya. Kiai Idris Kamali sangat mempengaruhi kepribadian dan intelektual seorang Kiai Habib Ahmad. Banyak kitab yang beliau hafal dan dikaji secara mendalam. Maklum, semua kitab yang mau dingajikan kepada Kiai Idris Kamali para santri harus baca sendiri dan menghafalkan.  Sedangkan kiainya hanya menyimak bacaan, menerima setoran, dan menerangkan penjelasannya secara mendalam.

Belajar dibawah bimbingan Kiai Idris Kamali juga mewajibkan santri-santrinya shalat berjemaah, puasa sunnah, dan selalu aktif saat pengajian. Bila  ketahuan ada yang berhalangan hadir maka wajib meminta maaf kepada orangtua. Jika tidak maka tak segan bagi kiai untuk manakzir bahkan mengeluarkan. Belajar disiplin amat sangat ditekankan.

KH. Habib Ahmad belajar di Pesantren Tebuireng cukup lama. Khusus kepada kiai Idris Kamali beliau belajar selama 7 tahun. Kitab Shahih Bukhari dan Muslim pernah dibacakan di depan gurunya itu. Serta masih banyak kitab hadis dan lainnya yang dikhatamkan.

Kiai Habib tidak menyangka akan meneruskan tradisi membaca kitab Shahih Buhkari Muslim di Pesantren Tebuireng menggantikan gurunya, Kiai Syansuri Badawi tokoh sebelum beliau. Tradisi yang dimulai sejak era Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari hingga sekarang terus berjalan.

Alkisah, sekitaran tahun 1973, alm. KH. Yusuf Hasyim datang ke rumah Kiai Habib Ahmad di Perak, Jombang. Beliau meminta untuk membaca kitab Shahih Bukhari Muslim. Dan beliau sendiri juga pernah bercerita, pernah bermimpi didatangi Kiai Idris Kamali. Tentu saja, saat itu sempat membuat hatinya tersentuh, dan bertanya dalam diri, ada apa ini. Apalagi, bagi kita yang santri kemarin sore, kadang memang dipanggil kiai baik di dalam alam nyata maupun alam mimpi sering bikin bertanya-tanya, ada firasat apa ya…

KH. Habib Ahmad tak bisa menolak perintah Kiai Yusuf Hasyim. Dan beliau juga menduga inilah tanda mimpi kunjungan Kiai Idris Kamali ke rumahnya saat dalam mimpi. Sebelum memulai pengajian kitab Shahih Bukhari Muslim menjelang Ramadan, beliau selalu tirakat lebih dahulu. Beliau mendekatkan kepada Allah dengan cara berpuasa selama beberapa hari dan memohon ilmu barokah kepada Allah. Tak lupa, beliau juga selalu kirim Fatihah kepada Mbah Hasyim dan masyayikh yang lainnya.

Usahanya itu membuahkan hasil. Kata beliau, selain dapat istikamah juga diberikan pengetahuan dari Allah Swt. Saat pengajian semua lancar, tidak ada kesulitan mengartikan teks dan menjelaskan isi kitab.

KH. Habib Ahmad juga tercatat sebagai salah satu kiai yang diajak KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) untuk merintis mendirikan Madrasah Mualimin Hasyim Asy’ari. Lembaga pendidikan yang khusus berkonsentrasi kitab kuning ini secara resmi berdiri pada tahun 2008. Di Mualimin ini masa belajar 6 tahun. Materinya semua kitab kuning. Masa awal hanya beberapa santri, lima belasan yang mendaftar, kini sudah tiga ratusan kurang lebih jumlahnya, pelajar dan pengajarnya semuanya laki-laki.

Madrasah Mualimin tentu kini nampak besar baik dari segi jumlah santri dan gedungnya dibandingkan tahun 2008-2009. Setelah enam tahun mendalami kitab kuning diharapkan lulusannya melanjutkan belajarnya di Mahad Aly Tebuireng. Kiai Habib Ahmad selain tercatat sebagai pendiri juga dewan pengajarnya bersama kiai sepuh lainnya, seperti KH. Abdul Hakam, dan lainnya kala itu.

KH. Habib Ahmad di Pesantren Tebuireng satu kelas dengan KH. M. Ishak Latif. Kepada teman sekelasnya beliau menganggapnya bukan sekadar kawan namun juga gurunya. Pada tahun 2019 pengajian kitab Shahih Bukhari Muslim seterusnya dipercayakan kepada Kiai Kamuli Chudori. Sosok Kiai yang lebih muda secara usia dan masih kelihatan segar. Kiai Kamuli juga merupakan santri Kiai Idris Kamali generasi akhir. Karena faktor usia dan kesehatanlah yang membuat Kiai Habib berhenti.

Sabtu siang 26 September 2020, Kiai Habib Ahmad dipanggil sang Khalik. Udara yang siang ini terasa sangat panas tiba-tiba  rahmat Allah yang berupa hujan turun ke bumi. Suasana pun berubah menjadi sejuk. Selamat jalan, pak kiai. Semoga mendapatkan ampunan dan kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Kagem Kiai Habib Ahmad, Al Fatihah…

*Direktur Unit Penerbitan Tebuireng.