Oleh: Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari

Setelah mengenal Allah SWT dan beriman kepada-Nya, setiap mukallaf wajib beriman kepada Rasulullah SAW dan mempercayai apa yang dibawa dari Tuhannya. (Karena beriman kepada Rasulullah SAW dan kepada semua Rasul merupakan salah satu rukun iman yang enam. Sebagaimana yang telah diterangkan oleh Rasulullah SAW. ketika menjawab pertanyaan Jibril as. dalam sebuah hadis yang panjang, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya).

Allah Ta’ala berfirman :

فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[1]

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا.

“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang”[2].

Allah Ta’ala berfirman :

فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون.

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.”.[3]

Allah Ta’ala berfirman :

وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا.

“Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala”. [4]

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah ra. beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda :

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَيُؤْمِنُوا بِى وَبِمَا جِئْتُ بِهِ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Saya diperintahkan oleh Allah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa, tidak ada tuhan yang wajib disembah selain Allah dan beriman kepada-Ku dan beriman kepada apa yang saya bawa. Jika mereka melakukan itu, maka terlindungilah darah mereka dariku, dan hisab mereka diserahkan kepada Allah”.[5]

Maka beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah fardlu ain (wajib bagi setiap muslim), dan tidak sempurna iman (seorang muslim) secara syar’i kecuali dengan beriman kepada Nabi SAW dan tidak sah Islamnya kecuali dengan beriman kepadanya SAW

Adapun makna beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan mempercayai kenabiannya dan kerasulannya, dan mempercayai semua yang dibawa dari Allah, serta mempercayai apa saja yang disabdakannya. Adapun persaksian lisan yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah adalah merupakan ungkapan yang sesuai dengan keyakinan hati yang mempercayai kerasulan itu. Maka jika keyakinan hati yang mempercayai kerasulan itu bersatu dengan ucapan persaksian lisan, maka sempurnalah iman dan keyakinannya.

Diceritakan dalam sebuah hadisnya Jibril as. ketika berkata kepada Nabi SAW:

أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ ! أَنَّهُ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ …  

”Ceritakanlah kepada saya tentang Islam!”. Lalu Nabi SAW bersabda : ”Hendaklah kamu bersaksi bahwa, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah….”. [6]

Kemudian Jibril as. menanyakan tentang “iman”. Jawab beliau SAW :

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِه ….

“Hendaklah kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para Rasul-Nya … “. [7]

Dalam hadis di atas, Nabi SAW telah menetapkan bahwa, iman kepada Nabi SAW membutuhkan keyakinan dalam hati. Demikian juga Islam membutuhkan pengucapan dengan lisan. Maka persaksian dengan lisan tanpa keyakinan dalam hati adalah kemunafikan yang nyata, wal ‘iyadzu billah. Allah Ta’ala berfirman :

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui, bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”.[8]


[1] At Taghabun ayat 8.

[2] Al Fath ayat 8 – 9

[3] Al A’raf ayat 158.

[4] Al Fath ayat 13.

[5] Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.

[6] Hadis riwayat Imam Muslim.

[7] Idem

[8] Al Munafiqun ayat 1 -3.


*Diterjemahkan oleh Ustadz Zainur Ridlo, M.Pd.I. dari kitab Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari