Oleh: Nur Indah*       

Pandemi yang datang tak diundang dan tak jua pulang, resah pada beberapa belahan dunia dan termasuk negara kita pula. Berdampak pada beberapa bidang yang tidak bisa kita bentak. Di antaranya bidang pendidikan, bidang sosial, bidang ekonomi dan bidang-bidang yang lainya. Pandemi menjadi ajang kemerosotan berubahnya pola kehidupan, merupakan sebuah ujian bagi semua yang merasakan dampak daripada pandemi ini. Ujian merupakan sebuah ketetapan Allah Swt yang pasti akan terjadi pada setiap umat muslim kapan pun dan di mana pun. Semakin tinggi kedudukan seseorang di hadapan Allah Swt, maka semakin berat ujian dan cobaan yang Allah berikan.[1]

Sebagaimana sebuah kisah salah satu nabi yang dijelaskan di dalam al-Quran pada surah as-Shad ayat 41-44 yang berbunyi :

وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ (٤١) ارْكُضْ بِرِجْلِكَ هَذَا مُغْتَسَلٌ بَارِدٌ وَشَرَابٌ (٤٢) وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَى لأولِي الألْبَابِ (٤٣) وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِهِ وَلا تَحْنَثْ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ (٤٤

Artinya : Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: “Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan (41) (Allah berfirman), Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum (42) Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat-gandakan jumlah mereka sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat (43) Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ayat di atas memaparkan kisah dari Nabi Ayyub yang pada mulanya merupakan sosok nabi yang kehidaupanya sangat sejahtera, kaya raya, memiliki banyak harta benda, berlian yang melimpah ruah dan banyak lainya, dan tibalah suatu ketika Allah SWT mencabut segala kemewahan tersebut. Semua harta benda Nabi Ayyub lenyap dan Nabi Ayyub juga diuji dengan penyakit yang menggerogoti anggota fisiknya, sehingga menjadikan Nabi Ayyub ditinggal oleh istrinya dan bersumpah akan memukul istrinya apabila kelak nanti istrinya kembali kepada Nabi Ayyub. Di tengah cobaan yang menimpanya, iman Nabi Ayyub tetap dalam pendirianya yakni beriman kepada Allah SWT untuk tetap sabar dalam segala hal apapun yang menimpanya dan juga terus berikhtiar kepada Allah SWT.

Adapun unsur – unsur sabar dibagi dalam 3 macam pembagian :

Sabar dalam Ketaatan kepada Allah

Sabar dalam ketaatan kepada Allah maksudnya menjalankan segala perintah-Nya dengan ikhlas, tidak mengeluh dan senantiasa bersyukur

Sabar dalam Menjauhi Larangan Allah

Sabar dalam menjauhi larangan Allah maksudnya meninggalkan segala perbuatan yang melanggar norma-norma agama, seperti berjudi, berzina, berdusta, dan lain-lain.

Sabar Menahan Ujian atau Sabar Terhadap Musibah

Sabar menahan ujian atau sabar terhadap musibah maksudnya senantiasa menerima dengan ikhlas dan tabah ketika musibah datang serta tidak menyalahi ketentuan Allah. karena sesungguhnya setiap mausia akan diberikan cobaan oleh Allah.

Adapun esensi sabar yang telah dilewati oleh Nabi Ayyub adalah sabar dalam menahan ujian atau sabar terhadap musibah yang diberikan Allah, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 155 :

وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Berdasarkan semua penjelasan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya Nabi Ayyub dapat kita jadikan panutan untuk diteladani kisahnya dan sikap yang dilakukan Nabi Ayyub di tengah merebaknya pandemi.


[1] Abu Ahmad Said Yai, Ujian Dari Allah Dan Cara Mengatasinya, Islam House, hlm. 6.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari