KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Oleh: KH. Salahuddin Wahid

Gus Dur adalah “buku” yang dapat dibaca semua orang. Ia dapat dibaca oleh siapa saja, kapan saja, dan dari sudut pandang apapun. Dalam tempo singkat, “buku besar” ini sulit ditemukan bandingannya.

Gus Dur mempunyai banyak kelebihan. Pertama, ia mempunyai kemampuan menulis yang dimiliki sejak kecil. Kemampuan menulis Gus Dur tergolong luar biasa. Sewaktu SD dia telah memenangkan lomba menulis se-Jakarta. Pada tahun-tahun 70-an dan 80-an, kolom-kolom Gus Dur, kalau ada sesuatu yang ingin ditulisnya, ia datang ke kantor majalah itu lalu membuat tulisan dengan langsung mengetiknya di sana. Sekitar setengah jam sampai satu jam sampai satu jam tulisan itu sudah selesai dan ia langsung meminta honornya.

Ketika tidak dapat menulis sendiri, Gus Dur mendiktekan apa yang ingin ditulisnya. Meskipun hanya didiktekan, tetapi hasilnya tetap merupakan sebuah tulisan yang bermutu dengan tata bahasa dan sistematika yang bagus. Ia produktif sekali, segala sesuatu bisa dijadikan obyek tulisannya.

Kedua, minatnya sangat luas. Sejak duduk di bangku SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) bacaannya buku-buku dan majalah-majalah yang seharusnya menjadi konsumsi orang-orang yang usia beberapa tahun di atasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ketiga, ia pandai menyerap apa yang ada dalam buku yang dibacanya, kemudian merangkainya dengan berbagai hal yang didapatnya dari luar. Ia pandai menarik benang merah atau hal-hal pokok dari sebuah buku. Ketika ia dioperasi pada sekitar tahun 1993, ia diminta untuk membuat kata pengantar sebuah buku berbahasa Inggris. Buku itu dibacakan oleh salah seorang putrinya. Ternyata dengan mudah saja Gus Dur dapat membuat kata pengantar dengan mendiktekannya. Saya tidak sanggup melakukan hal tersebut. Mungkin saya harus membacanya bolak-balik, baru kemudian bisa menangkapnya.

Keempat, Gus Dur mampu membaca situasi ke depan. Ibarat orang main catur, ia dapat mengetahui beberapa langkah di muka. Selain itu mempunyai keberanian menyampaikan sesuatu yang menurutnya benar. Terkadang langkah-langkah tidak taktis yang tidak perlu dilakukan ternyata diperbuatnya. Tidak jarang pula keberaniannya tanpa didukung perhitungan yang matang, sehingga hasilnya jauh dari harapan.

Contohnya, sikapnya dalam masalah dekrit. Sebenarnya ia tak perlu seperti itu. Tetapi saya dapat memahami karena sudut pandang orang berbeda-beda. Terlepas dari itu, ia mempunyai keberanian. Keberaniannya dalam menghadapi TNI adalah salah satu contoh yang tak terbantahkan.

Kelima, Gus Dur pandai berbicara. Pidatonya luar biasa dan memikat. Ia mampu bicara di depan berbagai kalangan, dari mulai lapisan paling bawah sampai paling atas. Dalam pidato-pidatonya, ia dikenal piawai melontarkan guyonan-guyonan yang cerdas. Meski demikian, pidatonya tetap berisi. Selalu ada saja pesan penting yang disampaikan lewat pidatonya itu.

Di samping kelebihan, Gus Dur tentu saja mempunyai kekurangan dan keterbatasan. Misalnya, Gus Dur itu tipe pemikir bukan tipe pelaksana. Dia juga terlalu percaya diri dan sering tidak sabar. Tetapi dibandingkan hal-hal negatifnya, kelebihan-kelebihan Gus Dur masih jauh lebih banyak.

Hubungan Gus Dur dengan adik-adiknya, termasuk dengan saya, sejak kecil biasa saja, tidak ada yang aneh. Bahwa sebagai anak tertua Gus Dur diistimewakan, itu sesuatu yang wajar dan itu banyak terjadi di keluarga mana saja. Kami mencintai dan menghormati Gus Dur sebagai kakak tertua namun tetap kritis. Kami sering menyampaikan kritik kepada Gus Dur dengan cara masing-masing. Adik-adiknya kagum kepada Gus Dur dalam banyak hal seperti yang diuraikan di atas.

Di NU, pengaruh Gus Dur luar biasa sampai ke lapisan bawah. Apa yang di kehendaki Gus Dur di NU selalu terjadi. Kehendaknya senantiasa dipatuhi oleh tokoh-tokoh NU dan warga Nahdliyyin. Tidak ada yang bisa membantah atau menolaknya. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir ada perubahan sikap sebagai tokoh dan warga NU terhadapnya. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi apabila Gus Dur memahami perubahan yang terjadi.

Di tahun 2001, saya pernah membuat tulisan ketika sementara orang mengatakan bahwa ada upaya mendelegitimasi Gus Dur. Menurut saya, tidak ada yang bisa mendelegitimasi Gus Dur kecuali Gus Dur sendiri. Tindakan-tindakan Gus Dur sendiri yang mengurangi pengaruhnya. Tetapi Gus Dur memang seperti itu. Ia selalu yakin dengan apa yang ia inginkan. Di kalangan bawah, di lapisan akar-rumput, fanatisme warga NU terhadap Gus Dur masih tetap tinggi. Hal ini terlihat ketika jutaan Nahdliyyin dari seluruh Indonesia menghadiri upacara pemakamannya.

Jasa terbesar Gus Dur terhadap NU adalah membuat NU dikenal oleh banyak orang, di dalam maupun di luar negeri. Sebelumnya NU kurang dikenal dan kurang diperhitungkan. Karena Gus Dur berbicara di mana-mana tentang NU, maka NU sering menjadi pusat perhatian seperti yang kita lihat sekarang .

Sumbangan lain Gus Dur bagi NU adalah mendorong dan memberi ilham kepada anak-anak muda NU untuk berani merambah jalan menuju kemajuan berpikir. Hasilnya bisa kita lihat berupa anak-anak muda NU yang berpikir progresif. Tetapi di pihak lain bagi yang berpikir konservatif, munculnya anak-anak muda NU seperti itu dapat dianggap telah melunturkan “ke-NU-an” mereka, dalam pengertian seperti yang dipahami sekian puluh tahun lalu. Lepas dari setuju atau tidak, pengaruh Gus Dur itu tidak dapat dipungkiri dan merupakan proses yang niscaya terjadi. Proses itu pasti terjadi, hanya soal waktu dan siapa yang memicunya.

Selama Gus Dur menjabat sebagai presiden, ada kelebihan dan kekurangannya. Tetapi kalau dihitung-hitung, nilai plusnya masih jauh lebih banyak. Yang jelas, demokrasi bisa lebih banyak. Yang jelas, demokrasi bisa terus dilaksanakan oleh Gus Dur setelah dirintis oleh Habibie. Dalam dunia pers, media diberi kebebasan sebebas-bebasnya oleh Gus Dur sampai kebablasan seperti bebas mencaci-maki presiden. Ia juga berhasil mengangkat citra Indonesia di luar negeri yang sebelumnya terpuruk, terutama dalam kesungguhan untuk menegakkan hak asasi, sesuatu yang menjadi sorotan dunia internasional.

Di bidang ekonomi, Gus Dur tidak dapat berbuat banyak akibat berbagai hal, terutama stabilitas politik. Kendala lain, aparat pemerintahannya tidak dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya karena banyak di antara mereka yang merupakan “orang lama”. Dalam hal pengembangan otonomi daerah, tampaknya pemerintah pusat masih “setengah mati”.

Di bidang hukum pun belum menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kendala utamanya sama; perangkatnya masih didominasi oleh struktur yang lama. Kelemahan lain Gus Dur selama menjadi presiden tidak dapat mempertahankan hubungan dengan berbagi pihak. Padahal, sebelum menjadi presiden, Gus Dur melakukan langkah-langkah yang bagus sekali dengan merangkul semua pihak. Tetapi setelah menjadi presiden malah berubah. Kalau Gus Dur bisa menjaga kebersamaan semua pihak, Gus Dur tidak akan terlempar dari kursi presiden yang baru dijabat 21 bulan. Apalagi tuduhan-tuduhan yang diarahkan kepadanya tidak terbukti. Semua tuduhan itu berbau politis, hanya untuk melengserkan Gus Dur.

Kalau kita cermati, begitu banyak yang menarik untuk dikaji dan ditulis tentang Gus Dur. Namanya menjadi magnet di mana-mana. Dunia internasional juga akrab dengannya. Daya tarik Gus Dur bisa disejajarkan dengan Bung Karno, Bung Hatta, Tan Malaka, Sutan Syahrir, KH. M. Hasyim Asy’ari, KH. A. Wahid Hasyim, KH. Ahmad Dahlan, dsb. Gus Dur tetap menjadi faktor yang diperhitungkan oleh semua pihak, dan juga tetap menjadi news-maker bagi kalangan media hingga akhir hayatnya.

Gus Dur adalah salah seorang putra terbaik bangsa Indonesia dan akan menjadi sosok yang tetap dikenang dalam waktu yang cukup lama. Jasadnya memang sudah tiada. Akan tetapi jasa-jasa dan pemikiran-pemikirannya tidak akan pernah pudar. Layaknya sebuah buku, dia tetap bisa dibaca oleh generasi-generasi berikutnya.


Sumber tulisan: Majalah Tebuireng Edisi 09/Januari-Maret 2010.