Sumber gambar: https://rachdie.wordpress.com/2016/01/05/jadikan-anak-penghafal-al-quran/

Oleh: Devi Yuliana*

Setiap anak adalah anugerah yang telah dititipkan oleh Allah kepada setiap orang tua. Baik anak laki-laki ataupun anak perempuan saling memiliki keutamannya masing-masing. Seorang anak yang dididik agamanya dengan baik akan menjadi penolong bagi orang tuanya ketika di akhirat kelak. Sebaliknya, sorang anak yang tidak terdidik dengan baik juga akan meminta pertanggungjawaban kelak.

Namun pada jaman jahiliyah, memiliki anak perempuan merupakan sebuah aib bagi keluarganya. Bahkan ketika seorang istri melahirkan seorang bayi perempuan maka sang ayah tak segan untuk membunuh bayi tersebut dengan menguburnya hidup-hidup. Bahkan peristiwa ini juga tertulis dalam Al-Quran yakni pada surat An-Nahl ayat 58;

وإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِٱلْأُنثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُۥ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ

Artinya: Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah (Q.S. An Nahl: 58)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sungguh mengerikan apa yang terjadi pada zaman tersebut. Untunglah Islam hadir sebagai pengangkat derajat kaum hawa. Peraturan sebelumnya yang menjerumuskan perempuan kini telah berubah karena Islam sangat memuliakan perempuan terutama ibu.

Memiliki anak perempuan tentunya merupakan suatu anugerah serta tanggung jawab yang besar pula. Bagaimana tidak? Ketika masih kecil hingga remaja ia menjadi tanggung jawab orang tuanya dan ketika ia telah menikah ia menjadi tanggung jawab suaminya.

Dalam kitab Shohih Muslim, terdapat 3 hadis yang mengungkapkan tentang keutamaan merawat serta mendidik anak perempuan dalam bab keutamaan berbuat baik terhadap anak perempuan :

أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: جَاءَتْنِي امْرَأَةٌ، وَمَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا، فَسَأَلَتْنِي فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ وَاحِدَةٍ، فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا، فَأَخَذَتْهَا فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا، وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا شَيْئًا، ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ وَابْنَتَاهَا، فَدَخَلَ عَلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَحَدَّثْتُهُ حَدِيثَهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنِ ابْتُلِيَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ، فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ»

Artinya : Bahwa ‘Aisyah istri Nabi SAW berkata “Ada seorang wanita yang datang menemuiku dengan membawa dua anak perempuannya. Dia meminta-minta kepadaku, namun aku tidak mempunyai apapun kecuali satu buah kurma. Lalu aku berikan sebuah kurma tersebut untuknya. Wanita itu menerima kurma tersebut dan membaginya menjadi dua untuk diberikan kepada kedua anaknya, sementara dia sendiri tidak ikut memakannya. Kemudian wanita itu bangkit dan keluar bersama anaknya. Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang dan aku ceritakan peristiwa tadi kepada beliau, maka Nabi shallallhu ‘alaii wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudian dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka” (H.R. Muslim 2629)

عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ: جَاءَتْنِي مِسْكِينَةٌ تَحْمِلُ ابْنَتَيْنِ لَهَا، فَأَطْعَمْتُهَا ثَلَاثَ تَمَرَاتٍ، فَأَعْطَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا تَمْرَةً، وَرَفَعَتْ إِلَى فِيهَا تَمْرَةً لِتَأْكُلَهَا، فَاسْتَطْعَمَتْهَا ابْنَتَاهَا، فَشَقَّتِ التَّمْرَةَ، الَّتِي كَانَتْ تُرِيدُ أَنْ تَأْكُلَهَا بَيْنَهُمَا، فَأَعْجَبَنِي شَأْنُهَا، فَذَكَرْتُ الَّذِي صَنَعَتْ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «إِنَّ اللهَ قَدْ أَوْجَبَ لَهَا بِهَا الْجَنَّةَ، أَوْ أَعْتَقَهَا بِهَا مِنَ النَّارِ»

Artinya : Dari ‘Aisyah berkata “Seorang wanita miskin datang kepadaku dengan membawa dua anak perempuannya, lalu  aku memberinya tiga buah kurma. Kemudian dia memberi untuk anaknya masing-masing satu buah kurma, dan satu kurma hendak dia masukkan ke mulutnya untuk dimakan sendiri. Namun kedua anaknya meminta kurma tersebut. Maka si ibu pun membagi dua kurma yang semula hendak dia makan untuk diberikan kepada kedua anaknya. Peristiwa itu membuatku takjub sehingga aku ceritakan perbuatan wanita tadi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, : Sesungguhnya Allah telah menetapkan baginya surga dan membebaskannya dari neraka” (H.R. Muslim 2630)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ» وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

Artinya : Dari Anas bahwa ia berkata“Nabi bersabda :Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (H.R. Muslim 2631)

Dari ketiga hadis di atas dapat diambil hikmah bahwa anak perempuan adalah ladang pahala bagi setiap orang tua. Hal ini tidak mengartikan bahwa anak laki-laki tidak memiliki keutamaan. Setiap anak yang saleh akan menjadi tabungan pahala bagi orang tuanya.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari