Foto bersama mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari bersama para Mudir Mahad Aly di Jawa Timur. (foto: maha)

Tebuireng.online— Lembaga Pengembangan Pesantren dan Diniyah (LPPD) Jawa Timur mengadakan Workshop Penulisan Karya Ilmiah bagi mahasantri program Marhalah Tsaniyah (M2), penerima beasiswa Pemerintah Provinsi Jawa Timur tahun 2024. Workshop yang berlokasi di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari ini dihadiri oleh masing-masing 15 mahasantri dari 3 Ma’had Aly penerima beasiswa Pemprov, yakni Ma’had Aly Situbondo, Ma’had Aly Lirboyo, dan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.

Salah satu pemateri dari workshop ini adalah KH. Nur Hannan, Ketua Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (AMALI). Pada Jumat (15/11/2024) itu beliau menyampaikan bahwa Ma’had Aly mempunyai standard pembelajaran yang spesifik dengan tujuan yang spesifik pula yakni menciptakan lulusan yang muttafaqqih fi diin dan mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning.

Baca Juga: Workshop Penulisan, LPPD Jatim Dorong Mahasantri M2 Terbitkan Buku

“Hal ini yang nantinya akan membedakan antara Ma’had Aly dengan perguruan tinggi lainnya,” ungkapnya.

Selain itu Yai Hannan juga menjelaskan bahwa yang menjadi standard mutu Ma’had Aly adalah Tarbiyah (pendidikan), Bahts (penelitian), dan Khidmah (pengabdian).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Tiga standard inilah yang kemudian dirumuskan oleh majelis masyayikh menjadi standsard mutu nasional Ma’had Aly,” imbuhnya.

Mahasantri (pi) foto bersama para Mudir Mahad Aly Jawa Timur. (foto: maha)

Mantan Mudir Mahad Aly itu,  juga mengungkapkan bahwa ada keterampilan umum yang harus dimiliki mahasantri program Marhalah Tsaniyah (M2).

Yang pertama adalah terampil membaca dan menerjemah teks kitab kuning secara harfiah dan melakukan kontekstualisasi dalam kehidupan,” ungkapnya.

Lalu ia melanjutkan, keterampilan kedua adalah terampil mengembangkan pemikiran ulama dalam merespon problematika kehidupan secara logis, kritis, sistematis, dan inovatif. Yang ketiga adalah terampil menampilkan nalar pemikiran ulama atas ayat-ayat dan hadis-hadis induk yang dijadikan pijakan pemikirannya.

“Lalu yang keempat adalah terampil memecahkan problematika keislaman melalui pendekatan ilmu-ilmu keislaman dan ilmu ilmu lainnya. Yang kelima adalah terampil mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali data untuk menjamin keshahihan,” lanjutnya.

Lalu, yang keenam adalah terampil melaksanakan pembelajaran kitab kuning secara inovatif. Yang ketujuh adalah terampil membangun wacana keagamaan masyarakat sesuai bidang ilmunya baik secara langsung maupun melalui media digital.

Diakhir beliau juga menjelaskan bahwa lulusan dari mahasantri program magister adalah minimal IPK 3,00 dengan predikat memuaskan.

“IPK kurang dari 3,00 itu tidak lulus, jadi untuk Marhalah Tsaniyah (M2) itu lebih tinggi daripada Marhalah Ula (M1).” Pungkasnya.



Pewarta: Devi Yuliana