
Tebuireng.online- Dosen Fakultas Psikologi dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yaitu Dr. Fathul Lubabin Nuqul, M. Si., mengulas materi “PFA (Psychological First Aid) fokus case studi kekerasan di pesantren” pada Ahad pagi (01/09/2024) pukul 08.00 WIB, dalam lanjutan kegiatan Pelatihan dan Pendampingan “Pesantren Ramah Santri” di Balai Diklat Pesantren Tebuireng.
Menurut Dr. Fathul, Psychological First Aid (PFA) merupakan keterampilan utama yang harus dipunyai oleh pembina guna memberikan bantuan pada santri yang mengalami problem emosi. Adapun konsep dari PFA adalah respon memanusiakan dan penuh dukungan yang diberikan kepada seseorang yang menderita dan membutuhkan dukungan.
Karena itu, tujuan PFA, ia sampaikan, yaitu; pertama membuat santri merasa aman, terhubung dengan orang lain, merasa tenang dan memiliki harapan. Kedua, menghubungkan santri dengan dukungan sosial, fisik dan emosional. Ketiga, membuat santri mendapatkan kembali kontrol untuk membantu diri sendiri. Keempat mencegah dampak psikologis yang lebih serius.
“Sebenarnya Psychological First Aid (PFA) ini harus bisa dilakukan oleh siapa saja yang berhadapan dengan santri. Dan kami sadar bahwa tidak semua pembina itu latar belakangnya psikologi,” tutur anggota Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) ini.
“Psychological First Aid (PFA) ini sangat penting karena mereka akan menghadapi santri-santri dengan berbagai masalahnya, misalnya mulai dari tidak kerasan, menjadi korban perundungan/bullying, dan yang lainnya. Diharapkan juga para pembina memahami apa saja yang dibutuhkan para santri ketika mengalami masalah,” imbuhnya.
Ketua Bidang II Pengembangan Keilmuan dan Riset Psikologi Forensik Apsifor ini mengungkapkan kesannya dalam mengisi materi dalam acara pelatihan. “Sebuah kehormatan bagi saya bisa berkontribusi untuk Tebuireng. Dan saya lihat dari pembina-pembina, sebenarnya beliau-beliau sudah memiliki potensi, tinggal bagaimana mempola, mempola untuk lebih sistematis dan lebih terarah,” katanya.
“Harapannya dalam acara ini, ada program pengimbasan. Para pembina yang mengikuti acara ini, mereka harus bisa menjadi fasilitator, dapat memberikan penjelasan sama seperti yang kami sampaikan hari ini kepada para pembina lain yang tidak mengikuti acara ini. Dan di sesi selanjutnya, ada contoh-contoh beliau yang sudah melakukan, jadi ada best practice, dan itu yang kami harapkan,” pungkas pria kelahiran Lamongan ini saat diwawancara tebuireng.online.
Baca Juga: Komunikasi Efektif Kunci Pesantren Ramah Santri
Pewarta: Ara