Oleh: Ustadz Bukhori*

Dirundung Perang

yaman1Yaman, negara Semenanjung Arab (Jazirah Arab) paling selatan adalah negara yang baru-baru ini menjadi sorotan. Setelah perang 1994 antara Yaman Utara dan Yaman Selatan yang dikuasai partai sosialis, sepertinya negeri Arabia Felix ini benar-benar diguncang perang kembali, antara milisi al Houti yang beraliran Syi’ah Zaidiyah dan pemerintah Yaman yang dibantu oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan AS.

Julukan Arabia Felix atau Arab yang damai sejatinya sekarang hanya isapan jempol. Kepentingan politik dan kekuasaan telah merengut kedamaian dan keindahan beragama dan bermasyarakat di Yaman. Perang tak hanya berdampak bagi perekonomian dan perengutan jiwa-jiwa penduduk, tetapi juga “mengusir” para pelajar ajanib (asing) dari negeri yang didoakan langsung oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis Bukhari Muslim ini. Para pelajar asing, termasuk Indonesia dipulangkan dengan alasan perang yang membahayakan jiwa.

Padahal, menurut penuturan pelajar yang pernah menimba ilmu disana, termasuk juga penulis, Yaman adalah kota yang sangat nyaman dan asyik dibuat belajar agama. Selain keunikan alamnya, Yaman memang terkenal dengan pesantren, universitas, dan lembaga pendidikan agama Islamnya yang masyhur di dunia. Itulah kenapa Yaman menjadi tujuan para pelajar muslim dari penjuru dunia termasuk Indonesia untuk belajar. Terlebih saat Ramadan, banyak kenangan indah dan tak terlupakan oleh pelajar asing tentang Yaman.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ramadan di Yaman

downloadSaat Ramadan ada tradisi yang biasa dilakukan oleh penduduk Yaman, yaitu maraknya majlis shalawat dan ziarah makam para ulama. Tradisi ziarah makam yang biasa dilakukan oleh penduduk Yaman, khususnya di bumi Tarim al Ganna yang juga biasa disebut dengan kuburan 1000 wali bernama pemakaman Zambal. Itulah kenapa Yaman disebut juga dengan Negeri Seribu Wali. Pada umumnya penduduk Kota Tarim melakukan ziarah di Zambal setiap hari Jumat. Di tempat inilah para ulama dimakamkan. Peziarah tak hanya datang dari Tarim saja, tapi seluruh Yaman, bahkan peziarah mancanegara juga banyak yang menyempatkan datang ke kota yang diberkati ini.

Selain Zambal, ada pemakaman yang sangat ramai dikunjungi oleh penduduk Yaman, yaitu makam Nabi Hud as di Hadhramaut, 80 KM dari Kota Tarim al Ganna. Peziarah setiap harinya ramai berziarah, terutama saat Bulan Sya’ban, tepatnya tanggal sepuluh Sya’ban. Daya tarik makam Nabi Hud sangat laur biasa. Bahkan ada penduduk Yaman luar Hadhramaut maupun luar Yaman yang sengaja mendirikan rumah untuk tinggal khusus hanya ketika sedang berziarah ke makam Nabi Hud as. Biasanya sampai empat hari lamanya.

Tradisi lain yang biasa dilakukan oleh penduduk Yaman adalah Shalat Tarawih yang berbeda dengan negara-negara lain. Jika Shalat tarawih pada umumnya dilakukan sebanyak 8 atau 20 rokaat. Di Yaman memungkinkan orang untuk melaksanakan tarawih hinga 100 rokaat dalam semalamnya. Tak perlu heran, karena penduduk Yaman melaksanakan Shalat Tarawih sebanyak 5 waktu dalam semalam, berbeda-beda di setiap masjid. Ada masjid yang melasanakan sholat tarawih pada pukul 19:30, ada pula yang shalat pukul 21:30, 23:30, 01:00 dan ada pula yang shalat pukul 02:00 hingga menjelang Shubuh.

Dunia Malam Ramadlan di Kota Sejuta Wali, Tarim Yaman. Suasana shalat tarawih
Dunia Malam Ramadlan di Kota Sejuta Wali, Tarim Yaman. Suasana shalat tarawih

Jadi bagi orang yang ingin melaksanakan Shalat Tarawih, jika berkenan, dapat melakukannya 5 kali dalam semalam. Kalau sudah melakukan tarawih 5 kali dalam semalam maka akan terhitung shalat sebanyak 100 rakaat. Pelaksanaan Shalat Tarawih di masjid-masjid Yaman memang tidak dilakukan dengan waktu yang sama, hal itu bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada penduduk Yaman atau pendatang bisa shalat sesuai dengan waktu yang dikehendaki.

Uniknya lagi dari suasana Ramadhan di Tarim, setelah melaksanakan shalat tarawih dan witir para jamaah lantas tidak langsung pulang, tetapi mereka tetap duduk untuk bersama-sama melantunkan pujian-pujian kepada Rasulullah SAW sahut-sahutan khas Tarim. Pujian ini disebut “Qashidah Fazzaziyah dan Witriyah”. Tak sembarang yang bisa jadi vokalis, dipilih yang punya suara merdu, agar menambah suasana syahdu malam-malam Tarim.

Kemagahan Masjid Sana'a Yaman
Kemagahan Masjid Sana’a Yaman

Selama pembacaan qasidah ada beberapa orang tua yang berkeliling sekitar masjid membawa bukhur (sejenis kemenyan khas Arab-India), dan ada pula yang berkeliling membagikan air dingin dan kopi. Terkadang juga ada yang membagikan air mawar untuk pewangi badan, halawah (manisan), dan ka’ak (kue khas Tarim).

Tak cukup disitu, setelah Qasidah usai, dilanjutkan dengan pembacaan “Qawafi”, yaitu lantunan syair yang berisi nasihat dan pengingat yang dibaca sesuai abjad huruf hijaiyah setiap harinya satu judul huruf hingga selesai pada akhir Bulan Ramadan. Acara ini diakhiri doa khusus di Bulan Ramadhan yang disusun oleh al Habib Umar bin Saqqof Asshofi. Ritual 40 menitan ini tak terasa, sangat menakjubkan.

Ada lagi yang instimewa, pada tanggal 11 hingga 29 Ramadan, penduduk berburu keberkahan dan malam Lailatul Qadar dengan bersedekah. Satu rumah dengan rumah lainnya bergantian saling mengundang untuk menyantap makanan dalam rangka khataman masjid di sekitar rumah mereka. Waktu sahur, kalau di Indonesia ada patrol, yaitu beberapa pemuda yang membawa alat musik untuk dibunyikan dengan kencang hingga masyarakat bangun, di Yaman juga ada tradisi demikian. Dua orang anak muda, yang satu menabuh gendang dan yang satu membaca doa dan dzikir berjalan di gang-gang, sehingga membangunkan para ibu untuk masak sahur.

Makanan dan Minuman di Yaman

nasi mandhiDalam hal makanan dan minuman tentulah berbeda dengan Indonesia. Makanan keseharian penduduk Yaman adalah daging dan roti, baik daging sapi, unta, kambing maupun ayam. Sedikit penduduk yaman yang bergantung terhadap nasi. Hal ini sangat berbeda dengan penduduk Indonesia yang sangat bergantung pada nasi. Itulah sebabnya penduduk Indonesia di Yaman sulit beradaptasi, sehingga banyak orang indonesia yang memasak dan menjual nasi yang menjadi kebutuhan khusus orang Indonesia.

Tapi tidak bisa dipungkiri, bagaimanapun juga harus bisa menyesuaikan dengan kebiasaan orang Yaman. Penulis juga dulu mengalami demikian, tetapi akhirnya juga bisa menyesuaikan. Tidak sedikit orang Indonesia yang menyukai makanan di sana, bahkan menjadi kerinduan tersendiri ketika sudah kembali ke tanah air, seperti lezatnya Syasuka yang terbuat dari kentang, telur dan ada sebagian yang campuran tomat dan cabe. Ada juga Fasulia yang terbuat dari kacang dan tomat, ada juga yang dibuat adonan. Namun, tidak semua makanan disana disukai masyarakat luar. Bahkan makanan yang terkenal seperti nasi bukhori, ayam bakar, daging bakar, dan lain sebagainya, kalau lidah tak bisa menerima, mau dikata apa? Untuk minuman di Yaman tak susah untuk menyesuaikan diri, semua kalangan bisa cepat menerimanya seperti Syahi (teh), Qohwah (kopi), Halib (susu), dan Limon (juz jeruk/jeruk peras).

Ada Tradisi yang sangat dijaga oleh penduduk Yaman yaitu menolak rokok. Walaupun tidak sedikit penduduk Yaman yang merokok, tapi mereka sangat mejaga tradisi no smoking, terumata penduduk Kota Tarim. Bahkan penduduk asing juga akan dibuat malu jika berani merokok di area umum dan terbuka. Jika ingin merokok maka harus menyewa kontrakan atau hotel agar bisa merokok. Para ulama Yaman juga tidak ada yang merokok.

Walaupun penduduk di sana tidak sedikit yang merokok, tapi para habaib, masyayikh dan asatidz disana tidak merokok. Hal ini berbeda sekali dengan tradisi merokok yang banyak terjadi di Indonesia yang sudah meraja rela di semua kalangan, bahkan ada daerah yang 90% persen ulamanya, tidak mengurangi rasa takdzim, merokok seperti di Madura, baik itu di Bangkalan, Sampang, Pamekasan ataupun di Sumenep.

Ke-tawadhu-an dan Keramahan Penduduk Yaman

Masyaraka Yaman terkadang juga bercengkrama di warung kopi
Masyaraka Yaman terkadang juga bercengkrama di warung kopi

Ada hal yang layak untuk dikagumi di Negara Yaman yaitu ke-tawadhu-an penduduknya. Walaupun Yaman adalah negara padang pasir, gersang, kering, panas, dan keras, tetapi kerendahan hati penduduknya sangat luar biasa. Bahkan penulis bisa katakan nyaris tak menemukan kesombongan, malah kesederhanaan yang tergambar. Kota-kota di Yaman juga terkesan sangat sederhana, bahkan banyak yang masih tradisional menggunakan tanah liat dan batako. Seperti kota Shibam yang seluruh bangunannya terbuat dari batako, namun indah dan elegan. Bahkan dikatakan sebagai kota tertua di dunia dengan gedung pencakar langit menjulang.

Begitupula dengan keramahan penduduknya. Banyak penduduk Yaman yang memberikan tumpangan gratis kepada orang yang sedang berjalan, baik penduduk asli maupun pendatang. Ada hal lain yang tak kalah unik, karena benar-benar menjaga martabat wanita dan menghalangi tindakan tak layak terhadap wanita, masyarakat Kota Tarim Yaman membangun Sukunnisa atau pasar khusu untuk wanita, di mana penjual dan pembeli semuanya adalah wanita. Penjagaan terhadap wanita di Yaman tergolong sangat ketat. Bahkan ada yang mengatakan bahwa wanita tarim hanya keluar rumah tiga kali, saat kecil, saat pindah ke rumah suami, dan saat meninggal (akan dimakamkan).

Begitu menarik bukan tinggal di Yaman dan menjalani Ramadan di kota para habib itu. Sekarang, Yaman masih belum usai dalam jangkar perang. Entah sampai kapan. Semoga peperangan ini cepat usai, sehingga kesejukan negeri yang diberkati oleh Allah ini kembali hadir dan menerima para pelajar asing yang haus akan kesegaran air ilmu yang disediakan Allah di sumur-sumur ilmu Yaman. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan.


Penulis dalam sebuah majlis ilmu
Penulis dalam sebuah majlis ilmu

*Ustadz pengajar di Pesantren Tebuireng, alumnus Pesantren Nurul Islam Madura dan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, serta pernah belajar selama tiga tahun di Jami’ah al Ahgaff dan Madrasah al Fatt wa al imdad Habib Zein al Habsyi Tarim Yaman.