Oleh: KH. Fawaid Abdullah*
Pernahkah kita sebagai umat Baginda Nabi merasa kalau beliau itu begitu sangat cinta dan sayang kepada umat beliau? Jangan-jangan kita ini sebagai umat beliau tidak pernah merasa kalau Baginda Nabinya sangat cinta dan sayang kepada kita sebagai umat beliau. Padahal Baginda Nabi selalu hadir di tengah-tengah umatnya yang selalu bershalawat kepadanya, Baginda Nabi selalu mendoakan umatnya. Baginda akan memberikan syafa’at dan keberkahan untuk umatnya. Shalawat adalah bentuk manifestasi kecintaan umat dan Nabinya, pun begitu pula sebaliknya.
Baginda Nabi itu selalu lemah lembut kepada siapapun, beliau tidak pernah marah-marah sedikit dan sekecil apapun. Rasulullah hanya marah ketika kehormatan agama-Nya dihinakan. Kasih sayang beliau melebihi dari kasih sayang seorang ayah kepada anak-anaknya. Justru karena sikap lemah lembut dan kasih sayang yang ada pada diri Baginda Nabi inilah, agama Islam cepat diterima oleh masyarakat Arab yang dikenal keras itu.
Islam yang dibawa oleh Baginda Nabi itu datang dengan merangkul, bukan memukul. Datang dengan penuh kedamaian dan kasih sayang. Datang dengan penuh maaf dan musyawarah. Allah menegaskannya dalam firman-Nya:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imron: 159).
Ayat di atas ini dengan tegas mengatakan bahwa betapa pentingnya didalam berdakwah dan mengajak kebaikan itu harus dengan cara lemah lembut dan penuh kasih sayang. Karena itulah yang dicontohkan Baginda Nabi. Dengan tangan dingin dan kasih sayang Nabi dalam berdakwah maka musuhpun ikut segan dan hormat.
Karena keagungan akhlak Baginda Nabi dan kasih sayangnya, beliau mampu mengumpulkan klan Arab yang dikenal keras dan punya tingkat ta’assubiyah (fanatisme) yang tinggi. Watak masyarakat arab yang seperti itu takluk oleh lemah lembut dan kasih sayangnya Baginda Nabi dalam menyiarkan Islam. Andai Nabi bersikap kasar, intoleran, dan tidak mengedepankan kasih sayang dan cinta, maka dapat dipastikan mereka (masyarakat Arab kala itu) akan lari dan menjauh dari Baginda Nabi. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Islam dalam kurun waktu sekitar 23 tahun telah menyebar luas ke semenanjung Jazirah Arab, bahkan ke Afrika, Eropa dan bahkan ke Asia.
Ini semakin menegaskan kepada kita semua yang ada di era sekarang ini, bukan jamannya dan bukan pada tempatnya lagi, berdakwah memakai cara kekerasan, apalagi teror bom di sana sini, cara-cara intimidasi dan model penthungan, laskar dengan wajah garang dan lain-lain. Hal semacam itu tidak pernah diajarkan oleh Baginda Nabi. Sebab kalau cara-cara seperti itu yang dipakai maka, “Lan Fadldluu min Haulik”, mereka (objek dakwah) akan berpaling dari kita, dan akan lari menjauhi kita.
Inilah pentingnya akhlakul karimah, sikap yang tawadu, andhap-ashor, lemah lembut dan kemuliaan dalam berdakwah dan menyebarkan Islam, sehingga Islam benar-benar menjadi agama yang rahmatan lil alamin. Wallahu a’lam bisshawab.
*Santri Tebuireng 1989-1999, Ketua Umum IKAPETE Jawa Timur 2006-2009, saat ini sebagai Pengasuh Pesantren Roudlotut Tholibin Kombangan Bangkalan Madura.