Foto peserta bersama pemateri dengan sebagian hasil karya mereka
Foto peserta bersama pemateri dengan sebagian hasil karya mereka

tebuireng.online—Menjadi pembina santri tak akan luput dari masalah. Perlu metode untuk dapat memecahkan masalah demi masalah yang dihadapi saat membina santri. Dalam Diklat Kader Pesantren Tebuireng angkatan kedua, para peserta disuguhi materi menarik tentang Problem Solving dan Appreciative Inquiry yang dijelaskan oleh Dosen Psikologi Universitas Airlangga (Uniar) Surabaya, Dimas Aryo Wicaksono, M.Sc., Rabu (12/10/2016).

Sebelum masuk pada pembahasan cara memecahkan masalah, Mas Aryo, panggilan akrabnya, menerangkan tentang definisi masalah. “Masalah adalah kondisi atau keadaan yang kita hadapi tidak sejalan dengan tujuan atau harapan yang sesungguhnya,” terang Koordinator Program Studi Magister Perubahan dan Pengembangan Organisasi Fakultas Psikologi Unair tersebut. Memecahkan masalah berarti upaya untuk mengurangi atau mengatasi kondisi ketidaksesuaian tersebut.

Dalam proses problem solving, ada empat tahapan yang harus dilalui. Pertama, mendefinisikan permasalahan yang dihadapi secara rinci dan tepat. Kedua, menemukan alternatif solusi dengan melakukan mindmapping, atau merinci permasalahan dari sudut apa permasalahannya, siapa pihak yang terliabt, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana. Ketiga, mengambil keputusan dan mengimplementasikan keputusan tersebut. Keempat, selalu melakukan monitoring secara berkala guna menyusun bahan evaluasi pelaksanaan keputusan itu.

Modal utama dalam pemecahan masalah, lanjut bapak satu anak tersebut, adalah berpikir kritis dan berpikir kreatif. Seseorang yang berpikir kritis tidak akan mudah puas dengan sajian-sajian yang diberikan kepadanya, sedangkan berpikir kreatif adalah sedia menerima dan menciptakna hal-hal baru, terbuka, dan berpikiran luas. Problem solving memiliki kekurangan dan kelebihan. Kekurangannya adalah berpotensi menguras energi, waktu dan pikiran, menciptakan suasana tidak nyaman, dan dapat merusak relasi jika terkait masalah personal.

Namun, di samping punya kekurangan, problem solving juga memiliki beberapa kelebihan, di antaranya membuat manusia lebih giat belajar, memunculkan potensi yang dimiliki, mengenali lingkungan lebih baik, dan menstimulus otak untuk berpikir kreatif dan kritis. Setelah materi problem solving selesai disampaikan, peserta diminta untuk mengidentifikasi segala permasalahan yang terjadi di Tebuireng, lalu menuangkannya di atas kertas manila, dalam bentuk mindmap. Mindmap berfungsi memudahkan seseorang mengidentifikasi masalah hingga akar-akarnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain menerangkan problem solving, alumnus University of Stirling Inggris jurusan Human Resource Management itu, juga menerangkan tentang metode baru dalam membantu santri menemukan jati dirinya, dengan Appreciative Inquiry. Appreciative Inquiry adalah sebuah proses menggali, belajar dan mengenali potensi, atau pengalaman berharga baik bagi organisasi dan individu, sebagai modal berharga untuk melakukan perubahan dan mencapai impian. Metode ini bisa digunakan sebagai pendekatan, baik itu untuk pengembangan individu, maupun juga pengembangan organisasi.

Berbeda dengan problem solving yang berorientasi pada masalah, terang Mas Aryo, Appreciative Inquiry lebih pada memberikan apresiasi dan menghargai. Seseorang harus membaut sebuah impian besar untuk masa depan, mencari langkah-langkah bagaimana bisa mencapainya, lalu besama-sama (jika organisasi) mewujudkan perubahan dengan asumsi bahwa organisasi adalah misteri.

Langkah-langkah dalam metode ini adalah menentukan saru topik utama, menemukan apa itu apresiasi, bermimpi dan mengimajinasikan apa yang harus dilakukan, mendisain keputusan yang harus diambil, dan membuat langkah-langkah yang akan dilakukan. Dalam pemaparan materi, penjelasan Mas Aryo sangat singkat, tetapi sebagian besar waktu dipakai untuk aplikasi-aplikasi yang menunjang pemahaman peserta tentang Appreciative Inqury. Pada aplikasi kedua , peserta diminta menentukan impian besar mereka untuk Tebuireng di tahun 2026, sekaligus mengidentifikasi cara mereka dapat mewujudkannya dan ancaman-ancaman yang berpotensi menghadang. (Abror)