sumber ilustrasi: republika.co.id

Oleh: KH. Fahmi Amrullah Hadziq*

اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Jumat Rahimakumullah…

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dikisahkan, suatu hari Khalifah Umar ibn Khattab dicegat oleh perempuan tua di tengah jalan dan diminta untuk berhenti. Cukup lama beliau terdiam hanya untuk mendengar nasihat wanita itu.

“Wahai Umar, dulu engkau dipanggil Umair (Umar kecil). Kemudian engkau dipanggil Umar. Dan sekarang engkau dipanggil Amirul Mukminin. Wahai Umar, barang siapa yang meyakini adanya kematian maka dia akan khawatir akan hilangnya kesempatan. Barang siapa yang meyakini adanya hisab, maka ia takut akan azab.” Ujar perempuan tua itu.

Sontak kejadian tersebut membuat warga sekitar tercengang. Kok bisa-bisanya, Umar mau mendengar nasihat perempuan yang mungkin mengganggu perjalanannya? Lalu ada seorang warga yang memberanikan diri bertanya kepada Umar.

“Mengapa panjenengan rela berlama-lama hanya untuk mendengar nasihat wanita tua itu?”

Umar pun menjawab, “sungguh andai wanita itu memintaku berdiri di sini mulai awal siang hingga akhir siang niscaya aku tidak akan beranjak kecuali melaksanakan salat. Tahukah kalian siapa wanita itu?”.

“Tidak Umar.”

“Dialah Haulah binti Tsa’labah. Wanita yang ucapannya didengar dan ditanggapi oleh Allah di langit ketujuh. Pantaskah seorang Umar tidak mendengarnya, padahal Allah mendengar perkataannya?”.

Sebagaimana kita ketahui Haulah adalah wanita yang mengajukan kepada Nabi tentang sikap suaminya yang melakukan Dhihar (menyamakan dirinya dengan ibu suami). Akhirnya, diberikan solusi oleh Allah melalui surah Al-Mujadalah 1-4.

Fokus kita adalah sikap Umar kepada seorang wanita tua yang mencegatnya di tengah jalan. Karena terkadang kita sering tidak mau mendengar nasihat orang lain. Bahkan merasa mangkel.

Apalagi ketika kita menjadi pemimpin, maka kebanyakan kita akan tutup telinga atas kritik orang yang tidak sekubu dengan kita, tidak seusai dengan kepentingan kita. Meski mungkin saja kritik itu meluruskan sikap kita.

Seharusnya kita bisa menjadi pemimpin yang lapang dada. Lebih-lebih meniru sikap Umar yang satu ini. Suatu hari Umar berjalan ke sebuah pelosok desa. Lalu ia menemui seorang yang kebetulan tidak kenal Umar dan menanyai tentang kepemimpinannya. Karena tidak menyadari yang bertanya adalah Umar sendiri. Akhirnya, orang itu mengeluarkan semua keluh kesah atas kepemimpinan Umar. Umar pun mendengar dengar seksama tanpa marah sedikit pun.

Semoga kita dapat menjadi pribadi yang mau mendengar saran dan kritik dari orang lain. Tanpa melihat siapa yang mengatakannya.  

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

*Pengasuh Pondok Putri Pesantren Tebuireng Jombang.

Pentranskrip: Yuniar Indra Yahya (Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari)