Tebuireng.online— Dalam semangatnya yang selalu merasa haus ilmu, Dosen Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy), Dr. H. M. Mukhsin Ks, M.Ag bersama anak dan sebelas orang lainnya menjelajahi Uzbekistan. Lelaki asal Demak itu berkomitmen mendalami perkembangan ajaran Ilmu Kalam Imam Maturidi dan menelusuri asal mula Tarekat Naqsabandi, dengan menjelajahi lembaga pendidikan, masjid, dan maqbarah para ulama di Uzbekistan (bekas Republik Uni Soviet yang sudah merdeka).
Bagi Doktor yang ahli di bidang Manajemen Pendidikan Islam tersebut, perjalanan ini tak hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi lebih dari itu telah membawanya pada perjalanan spiritual, yang membuatnya bahagia karena menyaksikan Islam begitu luar biasa berkembang di sana.
“Saya sangat bahagia, melihat tempat-tempat ibadah tertata bersih dan indah, masyarakat taat beragama, disiplin di jalan raya. Memelihara makam tokoh-tokoh agama dan bangsa. Dijajah Rusia selama 70 tahun, namun saat merdeka kegiatan Islam langsung semarak,” ungkapnya membagikan rasa bahagia dan bangga untuk Uzbekistan, melalui sebuah chat WhatsApp, Senin (28/10/2024).
Tak hanya itu, perjalanan ini juga diakui menambah ilmu untuk membuktikan perkembangan ajaran ilmu Kalam Imam Maturidi dan memahami lebih dalam soal asal mula Tarekat Naqsabandi, dengan mempelajari buku-buku literatur, dan mengadakan kunjungan maqbaroh Imam Maturidi.
Perjalanan selama seminggu sejak 23 hingga 30 Oktober 2024 nanti, diakuinya juga sebagai salah satu upaya mempelajari metode riset Irfani yang digunakan Imam Bukhari dalam meneliti keaslian hadits. Menurutnya itu untuk melengkapi metode yang sudah ada sebelumnya, yaitu: Bayani, Burhani, Tajribi dan sekarang Irfani. Dengan mempelajari metode ini, Ia berharap dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan studi hadits di Indonesia.
Melalui perjalanan ini, Dosen yang pernah menjabat Wakil Rektor II Unhasy itu tidak hanya berusaha untuk memperkaya pengetahuannya sendiri, tetapi juga berkomitmen untuk membawa kembali pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam ke kampus dan masyarakat.
“Bersama anak dan 11 orang lainnya, saya mengunjungi lembaga-lembaga pendidikan yang tradisional dan modern, mengetahui metode pembelajarananya yang bisa membuat jiwa kuat beribadah dan berjuang mengusir Rusia, memakmurkan umat Islam,” tambahnya.
Perjalanan ini menjadi salah satu langkah konkrit bagi dirinya sebagai akademisi untuk terus berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan, serta menegaskan pentingnya kolaborasi dan pertukaran budaya antar negara dalam rangka menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. Selama perjalanan itu pula, ada banyak kesan yang ia dapat tentang Uzbekistan.
“Masyarakat Uzbekistan sebagian besar Madzhab Hanafi, di sini aqidah cukup kuat, masih banyak ulama besar yang eksis dalam bidangnya. Dengan suka rela mengajar dan berdakwah, remajanya giat bekerja dan belajar, bahkan ada yang dari Indonesia,” tambah Doktor dengan keahlian dibidang Manajemen Pendidikan Islam itu.
Di sana, ia mengaku bahagia telah bertemu dengan Imam Masjid besar Bukhoro, pengelola lembaga kajian Al-Bukhori dan beberapa orang tokoh pendidikan. Selain itu, ia dan rombongannya juga berkunjung ke Musium Imam Muhammad bin Isma’il Al-Bukhori di Bukhoro Uzbekistan.
“Syukur Alhamdulillah, bisa nyuwun doa pada Imam sholat Jum’at di Masjid Bolo Hovuz Bukhoro,” tuturnya.
Ia mengakui bahwa komplek pendidikan Islam tradisional ada di Samarkand, yang memproduk kader-kader pejuang Muslim dalam mempertahankan aqidah dan pejuang melepaskan diri dari Komunis Uni Soviet.
“70 tahun dijajah, Islam tetap mengakar di masarakat, baru merdeka 1991, pembangunan di Uzbek sangat pesat. Ternyata akar masuknya Islam di Indonesia, menurut sebagian sumber Uzbek, berasal dari sana, data pendukungnya cukup kuat,” terang Dosen Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Unhasy itu.
Pewarta: Albii