Oleh: Selvi Rahma Gusni*
Nilai akademik sedikit bayak menjadi faktor penting dalam menentukan karir seseorang. Jika seseorang memiliki nilai yang tinggi, maka mereka cenderung memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan maju di karir mereka. Namun, apakah nilai akademik benar-benar harus menjadi penentu utama untuk maju dalam karir? Bagaimana dengan keterampilan, keahlian, pengalaman, dan karakteristik pribadi seseorang?
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemajuan karir seseorang, baik di lingkungan akademik maupun profesional. Sikap positif, kepercayaan diri, kemampuan bekerja sama, keterampilan interpersonal, dan keterampilan teknis adalah beberapa faktor penting yang juga perlu diperhatikan.
Namun, pada kenyataannya, nilai akademik masih dianggap sebagai faktor utama dalam menentukan karir seseorang. Padahal, kurangnya penguasaan keterampilan dan pengalaman yang sesuai dengan posisi pekerjaan yang diinginkan dapat menghambat seseorang untuk maju di karirnya. Selain itu, kurangnya keterampilan non-teknis seperti kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, dan kerja tim, juga dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk mencapai sukses di lingkungan profesional.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2020, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,78 persen atau sekitar 7,6 juta orang. Sedangkan, tingkat pengangguran terbuka di kalangan lulusan perguruan tinggi mencapai 7,66 persen. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun memiliki gelar akademik yang tinggi, lulusan perguruan tinggi tetap menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan yang sesuai dengan gelar mereka.
Tentunya, hal ini bukan berarti bahwa nilai akademik tidak penting. Nilai akademik tetap menjadi faktor penting dalam menentukan apakah seseorang dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi atau tidak. Namun, jika kita hanya mengandalkan keberhasilan akademik sebagai penentu sukses dalam karir, maka kita akan kehilangan banyak bakat dan potensi kreatif yang tersembunyi.
Dalam hal ini, alternatif lain yang perlu diakui dan diperhatikan adalah Aftricks (alternative tricks), cara-cara non-konvensional dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan pada bidang-bidang tertentu. Aftricks merupakan hal-hal yang tampak “sepele” namun memiliki pengaruh yang besar dalam mencapai kesuksesan di bidang tertentu.
Contohnya, seorang programmer atau desainer dapat meningkatkan kemampuan mereka melalui sumber-sumber online. Beberapa platform seperti GitHub, Stack Overflow, Udacity, Coursera, dan Codecademy memungkinkan seseorang untuk belajar pemrograman secara mandiri dengan harga yang terjangkau bahkan gratis.
Selain itu, berpartisipasi dalam coding challenge, hackathon, atau bahkan membangun proyek sederhana yang dapat diakses secara online juga dapat membantu meningkatkan keterampilan teknis seseorang. Hal yang sama berlaku untuk bidang lain, seperti pemasaran, keuangan, atau bisnis. Seorang pemasar dapat memperkaya pengetahuannya melalui membaca artikel, blog, atau buku tentang tren dan strategi pemasaran terkini.
Mereka dapat berpartisipasi dalam webinar atau mengikuti kursus online tentang pemasaran digital dan mempraktikkan apa yang mereka pelajari. Terkadang, memberikan nilai tambah pada diri sendiri dengan mengikuti sertifikasi di bidang yang diminati juga membantu meningkatkan keterampilan seseorang dan membuka peluang karir baru.
Namun, selain meningkatkan keterampilan, juga perlu disadari bahwa karakteristik pribadi seperti kepercayaan diri, kemampuan beradaptasi, kreativitas, dan semangat dalam belajar juga sangat penting. Mencari pengalaman dan belajar dari kegagalan juga merupakan bagian dari proses belajar.
Dalam hal ini, seseorang tidak perlu takut untuk mencoba hal-hal baru, bahkan jika mereka merasa tidak memiliki keterampilan atau pengalaman yang cukup. Selalu ada peluang untuk belajar dan berkembang.
Jangan biarkan nilai menjadi penentu utama dalam karir seseorang. Selain nilai akademik yang penting, juga perlu diperhatikan faktor-faktor lain seperti keahlian, pengalaman, keterampilan non-teknis, sikap, dan karakteristik pribadi seseorang. Alternatif lain seperti Aftricks dan keterampilan non-konvensional juga perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam mencapai sukses dalam karir dan kehidupan.
Bagi para pelajar, kita juga perlu meningkatkan pemahaman bahwa nilai bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan di masa depan. Sebaliknya, kita juga perlu mengembangkan keterampilan dan bakat yang kita miliki, serta ikut serta dalam kegiatan yang dapat membantu kita mengembangkan diri. Ini adalah cara yang efektif dalam memperoleh pengalaman dan meningkatkan keterampilan yang tidak bisa didapat dari kelas atau buku pelajaran.
Namun, tentunya masih banyak tantangan dalam mengubah pandangan masyarakat dan budaya konvensional yang menganggap nilai menjadi satu-satunya faktor penentu sukses dalam karir. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana kita dapat memperkenalkan Aftricks dan alternatif penting lainnya dengan cara yang lebih efektif dan terukur.
Salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini adalah melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Para siswa harus diberi kesempatan untuk menunjukkan keterampilan dan bakat mereka melalui kegiatan ekstrakurikuler atau pengalaman kerja lapangan yang relevan. Guru dan orangtua juga dapat bekerja sama untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan bakat mereka.
Selain itu, pelaku industri dan masyarakat juga harus berperan aktif dalam membantu memperkenalkan Aftricks dan alternatif penting lainnya. Mereka dapat membuka jalur kerja atau kursus yang membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan dan bakat mereka di luar standar akademik. Merek juga dapat memberikan dukungan untuk kegiatan ekstrakurikuler pelajar, seperti internship, workshop, atau seminar.
Oleh karena itu, penting untuk mengubah pandangan masyarakat bahwa nilai bukan satu-satunya penentu sukses dalam karir dan kehidupan. Alternatif penting lain seperti Aftricks dan keterampilan non-teknis juga memainkan peran penting dalam pencapaian kesuksesan.
Dalam menanamkan pembelajaran ini, pendekatan berbasis siswa dan kerja sama antara pelaku pendidikan, industri, dan masyarakat akan menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan mempertimbangkan keberagaman bakat, pengalaman, dan keterampilan individu.