Oleh: Firda Dwi*

Muslimah yang produktif, yang dapat membagi seluruh kegiatannya dengan mengatur waktu sebaik mungkin. Produktif berarti melakukan berbagai aktivitas sehingga ia begitu aktif di segala bidangnya. Seseorang yang begitu produktif dapat disebut sebagai aktivis yang biasa terdengar sebagai sosok yang bergelut pada segala bidangnya terutama dalam organisasi. Lantas apakah perempuan tidak boleh menjadi sosok aktivis?

Saat ini banyak para aktivis dari pemuda dan pemudi yang berjihad untuk bangsa, maupun agamanya. Dengan menegakkan segala sesuatu yang di rasa kurang benar sehingga perlu suatu tindakan agar menjadi benar, dengan kajian atau aturan yang jelas, serta memahami segala aspeknya. Aktivis lebih terlihat pada ranah politik.

Ternyata pada zaman Rasulullah telah ada muslimah aktivis. Ummu Ri’lah al-Qusyairiyyah namanya. Muslimah pertama di era awal Islam yang menyuarakan tentang perempuan. Tak hanya itu, beliau juga dikenal sebagai pribadi yang ramah dan juga pandai dalam menjalankan diplomasi. Beliau sosok yang berani, dibuktikan baik dengan sikap maupun pemikirannya dengan bertanya terlebih dahulu agar apa yang ia tempuh pada saat itu berada pada jalan kebenaran.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ummu Ri’lah pernah bertanya kepada baginda Rosulullah mengenai, batasan perempuan yang selalu di rumah, sedangkan suaminya dan para laki laki terus berjihad dalam memperjuangkan agama Islam, lantas patuhnya istri dan perempuan terhadap perintah suami dan istri lalu ia berdiam diri di rumah itu sama dengan jihadnya para laki laki dalam membela Islam?

Mendengar pertannyaan seperti itu Rasulullah terkejut dengan menjawabnya, perempuan di rumah dengan mentaati perintah suami serta orang tuanya lalu berdzikir sepanjang hari. Dan menunaikan ibadah shalat maupun puasa dengan menjaga pandangannya juga selalu berbuat baik dan menegakkan kebaikan serta keadilan dalam lingkup keluarga dan sekitarnya.

Lalu beberapa pertanyaan yang dikemukakannya lagi untuk mendapatkan jawaban dari Rasulullah yang kemudian diimplementasikan pada perbuatannya. Sehingga dalam perkembangan zaman perempuan dapat berjihad seperti menyiarkan agamanya dan lain-lain, namun harus pada batas batasannya. Ummu Ri’lah telah memperjuangkan suara muslimah, sikap kritis, diplomasi yang baik, serta ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT. Dengan jubahnya, zikirnya, atau bahkan kreasi tangan perempuan, muslimah sejatinya tak pernah dilarang untuk berekspresi sama sekali.

Dan pada zaman saat ini,  para muslimah aktivis semakin maju, dengan berbagai cara.  Misalnya, pengajar, menyiarkan ajaran islam, hingga masuk pada tatanan pemerintahan seperti Ibu Khofifah Indar Parawansa. Sosok perempuan muslimah yang menduduki kepemimpinan sebagai Gubenur Jawa Timur.

Beliau sejak kecil sudah memiliki semangat juang yang besar. Dalam sisi akademis, nampaknya Ibu Khofifah aktif dalam berbagai organisasi dan sudah memiliki jiwa kepemimpinan. Diawali dengan menjabat sebagai ketua, misalnya OSIS, Gerakan Pramuka juga Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (IPPNU). Pada jenjang perkuliahan beliau mengenyam dan menyelesaikan S1 dalam bidang ilmu sosial dan politik lalu mengenyam S1 di bidang dakwah kemudian dilanjut S2 di bidang ilmu sosial dan politik. Beliau patut menjadi teladan untuk para muslimah aktivis-aktivis pada masa zaman sekarang.

*Mahasiswi Universitas Hasyim Asy’ari