Pengurus HMP PAI Unhasy foto bersama pemateri seminar Ice Breaking pada Ahad (03/11/2017). (Foto: Panitia).

Tebuireng.online— Menjadi guru pasti menemukan berbagai karakter yang dimiliki oleh murid-muridnya. Untuk itu guru harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai karakter itu. Karakter-karakter murid yang berbeda-beda itu bisa sangat merepotkan atau suasana kelas menjadi membosankan, jika guru tak bisa menyesuaikan diri.

Hal itu yang disampaikan oleh Ketua Kampung Inggris, Pare, Kediri, Miftahul Asror ketika menjadi pembicara dalam Seminar Nasional dan Pelatihan Ice Breaking, yang mengusung tema “Menjadikan Pendidik yang Aktif, Kreatif, dan Inovatif 100% Happy Learning dan Happy Teaching” pada Ahad (03/12/2017).

Dalam acara yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng di Aula latnai 3 Gedung Rektorat kampus itu, ia menuturkan ice breaking bisa mengantisipasi kebosanan siswa.

Ia menjelaskan, Ice Breaking secara bahasa berarti “memecah es”, sedangkan secara istilah sering dipakai dalam pelatihan dengan maksud menghilangkan kebekuan-kebekuan di antara peserta latihan, sehingga mereka saling mengenal, mengerti dan bisa saling berinteraksi dengan baik antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, ia mengatakan, tak hanya untuk pelatihan, Ice Breaking juga sangat bagus dipakai untuk dunia pendidikan.

Ia juga menerangkan bahwa seorang guru ketika mengajar pasti menemukan banyak karakter dari para muridnya. Untuk itu, menurutnya, guru harus bisa menyesuaikan diri ketika mengajar, sebab dengan pengajaran yang normatif, murid akan mudah bosan. “Maka para calon guru butuh Ice Breaking untuk mencairkan suasana. Guru harus bisa menyederhanakan kalimat,” ungkap pria yang biasa disapa Mr. Ari itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ketua HMP PAI Unhasy, Sigit Mujiono mengungkapkan, acar Seminar Nasional dan Pelatihan Ice Breking ini diadakan karena mahasiswa semester 5 akan mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL). Hal itu, lanjutnya, bertujuan agar mereka dalam melaksanakan kegiatan praktek mengajar tidak menggunakan metode yang monoton dan membuat siswa malas untuk mendengarkan, tetapi menggunakan metode-metode kreatif.

“Dengan adanya pelatihan Ice Breaking dapat diterapkan waktu mengajar karena dalam acara dijelaskan tentang metode yang cocok untuk para murid-murid yang berbeda-beda serta diajar bagaimana dapat mencairkan kelas,” ungkap mahasiswa semester 5 itu.

Acara ini diikuti sekitar 145 peserta yang merupakan mahasiswa, bukan hanya dari Unhasy tetapi juga diikuti para mahasiswa dari beberapa kampus di Jombang, seperti STKIP PGRI, Unwaha, Iaibafa, Unipdu, dan UW. Hadir pula dalam acara itu, Dekan FAI, H. Ahmad Faruq, Kaprodi PAI, Ali Said, dan beberapa dosen PAI.


Pewarta:            Alfan

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin