Tebuireng.online- Tim Pusat Kajian Pemikiran Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari kembali mengadakan seminar yang kali ini bertempat di daerah Blokagung Tegalsari Banyuwangi. Kemarin, Sabtu (2/2/19), tim kajian bekerjasama dengan Ponpes Darussalam menyelenggarakan seminar yang bertajuk Integrasi Religius dan Nasionalis Menuju Pemilu Damai.
Beberapa pembicara dihadirkan untuk menyampaikan materi terkait, diantaranya Imam Wahyudi, Anggota Dewan Pers. Pada kesempatan tersebut beliau menyampaikan keperihatinannya terhadap persebaran hoaks dalam konteks pemilu. “Hoaks sekarang dalam konteks pemilu alurnya deras banget, hampir setiap hari ada hoaks baru,” ungkap beliau.
“Hoaks itu bisa berasal dari kedua kubu dan di sinilah pentingnya integrasi religius dan nasionalis, karena baik paslon no 1 maupun 2 membenturkan nilai-nilai nasionalis kita,” imbuhnya.
Imam Wahyudi menyampaikan beberapa contoh hoaks terkait dengan hal tersebut. “Diantaranya hoaks yang menyerang paslon nomor 2, dikatakan gerakan 212 itu menolaknya, dengan mengutip kata-kata kemenag Jember, dan ini terbukti hoaks,” jelasnya.
Anggota Dewan Pers tersebut juga mengungkap di hadapan para peserta seminar beberapa bentuk/model hoaks yang dilakukan oleh para pembuatnya. “Biasanya mereka melakukan yang disebut dengan clickbait, membuat berita yang dilepaskan dari konteksnya,” Imam Wahyudi memaparkan bahwa biasanya hal ini dilakukan dengan mengambil sebuah foto dan menampilkannya, kemudian memberikan pembahasan yang terlepas dari konteks situasi saat foto itu diambil, dan ditambahkan dengan menampilkan judul yang kontrversial, bahkan tidak sesuai dengan isi.
“Misalnya ini, bapak Jokowi sedang ziarah ke makam, ada foto diambil, lalu dipasang dan diberi judul yang mengatakan bahwa Pak Jokowi ziarahi makam PKI, padahal ya tidak,” kemudian ia menambahkan, “atau misalkan Pak Prabowo lagi berada disuatu tempat, lalu meniup lilin, asal ambil foto, lalu dikatakan Pak Prabowo kristen,” jelas beliau yang disambut tawa meriah para hadirin.
Selain itu, beliau juga memaparkan bahwa bahaya lain yang perlu mendapat perhatian ialah, adanya upaya menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap jalannya pemilu. Bapak Wahyudi menjelaskan, “misalnya seperti kemarin, perubahan angka paslon dari 1 dan 2 menjadi 01 dan 02, tersebar kabar bahwa angka 02 nanti tidak akan terlacak komputer, hal ini bertujuan untuk membuat masyarakat ragu, karena komputer itu satu, satu, no satu nol dua. Padahal tidak ada masalah, bahkan yang meminta penggantian nomor paslon tersebut adalah para capaslon sendiri, untuk membedakan dengan para calon legislatif,”
Berita-berita semacam ini sangat perlu mendapat perhatian, sebab tolok ukur keberhasilan pemilu tentunya besarnya partisipasi saat pemilu, sehingga tindakan penyebaran kabar hoaks semacam ini tentu sangat perlu mendapat perhatian.
Kemudian, setelah memaparkan berbagai contoh hoaks dan bahaya yang ditimbulkan, Imam Wahyusi memberikan arahan kepada para peserta seminar untuk mengatasi kondisi darurat hoaks semacam ini dengan kembali kepada perintah Al Quran dan sunnah.
“Saya ini sudah lama terjun dalam dunia jurnalisme, dan solusi yang saya rasa paling efektif ialah kembali kepada perintah Al Quran dan sunnah, yakni verifikasi atau tabayyun,” pungkasnya.
Sebagai bekal verifikasi, pada kesempatan tersebut Imam Wahyudi menjelaskan beberapa perbedaan informasi yang berasal dari pers dan non pers, serta tampilan berita pers yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memverifikasi kebenaran berita yang diterima.
Pewarta: Nailia Maghfiroh
Editor/Publisher: RZ