Tebuireng.online- “Ayo kita perbanyak membaca al-Quran,” tutur al-Habib Jamal bin Thoha bin Abu Bakar Ba’agil menyampaikan mau’idhoh hasanah di Pengajian Umum dan Penutupan Kegiatan Ramadhan 1440 H. Pesantren Tebuireng (24/5).
Habib Jamal mengajak hadirin senantiasa menjaga al-Quran, utamanya bagi yang menghafalnya. “Imam Malik bin Anas, kalau masuk bulan Ramadan, kitab hadisnya ditutup, langsung berkata, ja,a al-Quran, datang al-Quran,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Habib Jamal banyak menjelaskan keutamaan-keutamaan dan segala hal yang terkait dengan al-Quran. Secara ringkas, terdapat 6 keutamaan terkait dengan al-Qur’an. Diantaranya; pertama, keutamaan tertinggi diduduki oleh orang yang mengamalkan al-Quran. Sebab al-Quran diturunkan untuk diamalkan bukan untuk sekedar dibaca, sebagaimana sebuah maqolah yang dikutip oleh Habib Jamal; rubba tali al-Quran wa al-Quran yal’anuhu, “Terkadang seseorang membaca al-Qur’an namun al-Qur’an justru melaknatnya”.
Lanjut Habib Jamal, kedua, keutamaan bagi yang membacanya. Diceritakan bahwa sayyidina Utsman bin Affan melaksanakan shalat 2 rakaat di hadapan Ka’bah dan khatam 30 juz, ketika ditanya sahabat bagaimana bisa beliau melakukan itu, beliau menjawab; law thaharat qulubuna ma syabi’at min kalam Allah, “Hati yang suci tidak akan merasa kenyang membaca kalam Allah”.
“Jadi kalau sampean merasa bosan atau malas membaca al-Qur’an itu menandakan hati sampean kotor tidak bersih,” imbuh beliau. Dalam kitab Jawahir Lu’luiyyah dikutip bahwa Imam Ahmad bin Hambal bermimpi melihat Allah 99x, kemudian beliau berkata bahwa jika diberi kesempatan sekali lagi maka beliau akan mengajukan satu pertanyaan, dan atas kehendak Allah maka beliau bermimpi untuk yang ke 100x kalinya, maka terjadilah perbincangan antara Imam Ahmad dengan Allah. Imam Ahmad bertanya “Dengan apakah orang-orang yang dekat dengan-Mu mendekat pada-Mu ya Rabb?” “Dengan membaca kalam-Ku wahai Ahmad,” jawab Allah. Lalu Imam Ahmad bertanya kembali, “Dengan memahaminya atau tanpa memahaminya Ya Rabb?” Allah menjawab, “Dengan memahaminya maupun tidak”.
Ketiga, keutamaan orang yang menghafal al-Qur’an. Sejarah mencatat bahwa tidak ada satupun ulama salaf di bidang keilmuwan apapun yang tidak hafidz al-Quran. Di samping itu ada banyak cerita kemuliaan para penghafal al-Qur’an, jasadnya utuh bahkan setelah bertahun-yahun dimakamkan, sebab hal tersebut merupakan diantara janji-janji Allah.
Keempat, keutamaan orang yang memuliakan al-Quran. Diceritakan seorang santri sedang membaca al-Quran, ketika tiba-tiba lampu padam, kemudian sang santri tersebut kebingungan hendak meletakkan al-Qurannya dimana, dia khawatir al-Quran tersebut akan terkena kotoran atau sejenisnya jika ditaruh di sembarang tempat sementara dia tidak bisa melihat apapun. Akhinya dia memutuskan untuk meletakkannya di atas kepalanya sambil berkata ‘Kalam Rabbii”, dia terus mengulang-ngulangunya selama satu jam, hingga ketika lampu menyala. Maka, bukan hanya pandangan matanya saja yang Allah bukakan, namun juga bashiroh-nyamata hatinya, sehingga ketika dia kembali membaca al-Qur’an seketika dia memahami semua yang dibacanya.
Kelima, keutamaan orang yang melihat al-Quran. Sebab ulama mengatakan, li al-qari’ ajrun wa li al-nadhri ajrun, “Membaca melahirkan satu pahala dan melihat juga satu pahala”.
Keenam, keutamaan orang yang berobat dengan al-Quran. Terakhir sebelum menutup mauidhohnya dengan do’a, Habib Jamal berpesan “Yang kuat hubungannya dengan al-Qur’an, semoga kita termasuk ahlu al-Quran,” pungkas beliau.
Pewarta: Nailia
Publisher: MSA