KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) memberikan sambutan dalam peresmian Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari, Selasa (18/12/18) di kawasan Tebuireng Jombang. (Foto: Farid)

Tebuireng.online- Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari (MINHA) diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo, Selasa (18/12/18). Kehadiran tamu kehormatan disambut hangat oleh keluarga Pesantren Tebuireng. Dalam kesempatan ini, KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Pengasuh Pesantren Tebuireng mengungkap apa yang melatarbelakangi berdirinya MINHA ini.

“Pada awal maret 2010, saya melapor kepada presiden SBY,  bahwa jumlah yang ziarah ke makam Gus Dur itu banyak sekali, sehingga jalan itu penuh. Oleh karena itu diperlukan adanya tempat parkir khusus bagi para peziaroh,” ungkap Gus Sholah.

Selain itu, Gus Solah menyampaikan kepada Menteri Agung Laksono dan mengusulkan untuk mendirikan Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari atas dasar menjawab persoalan-persoalan yang tidak ringan, terkait adanya perbedaan kelompok-kelompok Islam di nusantara. Sehingga adanya museum tersebut dapat memberikan informasi kepada  masyarakat bagaimana Islam itu datang ke nusantara dengan cara damai tanpa dukungan militer baik politik semata-mata berdakwah dan juga berniaga, kemudian mereka kawin dengan penduduk lokal.

Gus Sholah menceritakan bahwa dalam pengusulan didirikannya museum itu, juga disampaikan bagaimana proses menerima Pancasila. Partai NU juga menolak Pancasila pada tahun 1945. Kemudian pada tahun 1956-1959, berjuang untuk menjadikan Piagam Jakarta sebagai bagian dari UUD akan tetapi tidak berhasil. Dan pada tahun 1884 lah NU menjadi muallaf Pancasila yang diikuti oleh muhammadiyah dan lain-lain.

“Kita harus memberikan informasi kepada masyarakat bahwa negara kita ini adalah persatuan antara ke-Indonesiaan dan ke-Islaman. Dalam berbagai bentuk, dalam budaya, dalam hukum, banyak sekali hukum-hukum Islam yang masuk dalam UUD kita,” terangnya cucu Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di dalam museum, lanjutnya, nanti akan ditampilkan ke depannya bagaimana, memunculkan tokoh-tokoh yang tidak hanya zaman dulu akan tetapi zaman sekarang pun juga ditampilkan, seperti pak Habibie yang betul-betul bisa mempertemukan Islam dengan teknologi,  kemudian ada Gus Dur, ada Cak Nun, dan lain-lain yang mengisi kemerdekaan dengan caranya masing-masing.

Tidak lupa,  pengasuh Tebuireng ini menyampaikan tokoh arsitek dibalik berdirinya Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan senior beliau di ITB, yaitu Ir. Sugeng Ginadi.

“Mudah-mudahan museum ini dapat memberikan sumbangsih yang besar bagi kemajuan bangsa Indonesia, khususnya bagi persatuan bangsa,” harapannya.

Pewarta: Rafiqatul Anisah

Editor/Publisher: RZ