11823811_10203382551804645_282422131_ntebuireng.online – KH. Salahuddin wahid atau yang akrab dipanggil Gus Sholah mensinyalir adanya iming-iming untuk memuluskan sistem Ahlul halli wal aqdi (Ahwa) dalam proses pemilihan rois aam.

“Saya mengimbau, stop pihak yang mengiming-imingi (money politics) di pemilihan rais aam, karena itu akan menghancurkan NU. Banyak yang bertanya pada saya, Muktamar NU apa PKB?, banyak yang tanya itu,” terang Gus Sholah dalam konferensi pers di Media Center Muktamar NU -33 di SMAN 1 Jombang, Minggu (2/8). Menurut pengasuh pesantren Tebuireng itu, saat ini, NU pelan-pelan kehilangan ruh jihadnya, justru yang muncul adalah semangat pragmatisme.

“Kalau mau pragmatisme, ya jangan ke NU, ke partai saja. NU itu ormas, kemudian jadi partai, kembali lagi jadi ormas, lalu membuat partai. Sehingga banyak ke partai. Paradigma Parpol harus dipisahkan dengan NU. Itu (paradigma parpol masuk NU) harus kita cegah,” tegas salah satu kandidat ketua PBNU ini.

Gus Sholah menegaskan ketidaksepakatannya terhadap pemilihan rais aam menggunakan sistem Ahwa. Sebab, aturan dalam organisasi ditentukan oleh AD/ART di muktamar.

“Di situ tidak ada kata Ahwa. Kata musyawarah mufakat dimaksudkan sebagai Ahwa, ini kan terserah muktamirin. Keputusan Munas dan Kombes itu tidak ada kaitan dengan keputusan muktamar. Ngerti organisasi apa enggak sih. Yang memutuskan itu muktamirin,” tegasnya lagi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Dalam pleno, yang memutuskan muktamirin. Saya setuju Ahwa, tapi setelah AD/ART dirubah, tidak tahun ini. Tapi semuanya tetap diputuskan oleh muktamirin,” sambungnya. Pernyataan ini muncul karena banyaknya PWNU dan PCNU pemilik hak suara dalam muktamar menolak sistem AHWA yang diterapkan di muktamar ke-33 NU kali ini. Bahkan ada formulir pemaksaan persetujuan dan menyebutkan nama-nama kyai yang akan terpilih dalam sistem AHWA. (Aulia/Lutfi)