Tebuireng.online- Peristiwa yang terjadi belakangan ini sedikit banyak dikaitkan dengan pemilu 2019, sehingga untuk memberikan informasi yang baik dan tepat, solusi, dan menjadi mediator masyarakat, maka Ahad (11/11/2018) Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari selenggarakan seminar nasional aktualisasi resolusi jihad untuk persatuan bangsa menuju pemilu damai. Dalam kesempatan ini, KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) memberikan sambutan yang dimulai dengan pembacaan puisi Taufik Ismail.
Itulah pemilihan umum yang paling indah
dalam sejarah bangsa
Pemilihan
umum pertama, yang sangat bersih dalam sejarah kita
Waktu
itu tak dikenal singkatan jurdil, istilah jujur dan adil
Jujur
dan adil tak diucapkan, jujur dan adil cuma dilaksanakan
Waktu
itu tak dikenal istilah pesta demokrasi
Pesta
demokrasi tak dilisankan, pesta demokrasi cuma dilangsungkan
Pesta
yang bermakna kegembiraan bersama
Demokrasi
yang berarti menghargai pendapat berbeda
Pada
waktu itu tak ada huru-hara yang menegangkan
Pada
waktu itu tidak ada setetes pun darah ditumpahkan
Pada
waktu itu tidak ada satu nyawa melayang
Pada
waktu itu tidak sebuah mobil pun digulingkan lalu dibakar
Pada
waktu itu tidak sebuah pun bangunan disulut api berkobar
Pada
waktu itu tidak ada suap-menyuap, tak terdengar sogok-sogokan
Pada
waktu itu dalam penghitungan suara, tak ada kecurangan
itulah masa, ketika Indonesia dihormati dunia
Gus Sholah menjelaskan pada hadirin tentang pemilu pertama di Indonesia, “Pemilu pertama Indonesia dilaksanakan pada tahun 1955, ketika kita berusia 10 tahun, pemilu yang akan diselenggarakan pada 2019 adalah pemilu yang ke dua belas. Pemilu yang pertama adalah pemilu yang terbaik dalam sejarah bangsa Indonesia,” ungkap cucu Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari ini.
Pengasuh Pesantren Tebuireng ini berasumsi bahwa pemilu 2019 kali ini menitikberatkan pada pemilihan presidennya bukan pada anggota legeslatif, baginya kita dapat menyelengarakannya dengan baik mengingat sejarah yang telah dilalui bersama pada masa lalu. Namun menurutnya, pada tahun 2014 kemarin mulai terjadi ketegangan politik yang kemudian muncul pada 2017 yang terjadi pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta, dan yang kembali terjadi saat ini.
Bagi Gus Sholah, pergantian presiden bukan menjadi masalah, “kita semua berharap bisa menjaga diri kita semua, terutama para pendukung kedua pihak yang harus menjaga lisan dan jari supaya tidak mengucapkan atau mengeluarkan kalimat yang memancing emosi yang dapat bisa memicu suasana menjadi tidak baik,” pesannya.
Selain itu, Gus Sholah juga menjelaskan bahwa dulu begitu banyak aliran-aliran di Indonesia sekarang tidak, semua partai berdasar Pancasila, kemudian pergantian presiden bukan jadi masalah, semua tidak menjadi masalah, “yang menjadi masalah saat ini adalah komunikasi yang kurang baik, rasa curiga ditambah lagi ucapan-ucapan yang memancing emosi,” pungkasnya.
Pewarta: Nazhatuz Zamani
Editor/Publisher: RZ