tebuireng.online– Walau diguyuran hujan sejak setelah Magrib, Wisuda Tahasus dan Al Quran Binnadhar Pesantren Tebuireng putra (27/05/2016) berjalan lancar. Acara yang dihadiri oleh Pengasuh Dr. Ir. Salahuddin Wahid dan KH. Kafabih Machrus Lirboyo ini berlangsung lancar dan tertib. Halaman depan gedung KH. M. Yusuf Hasyim dipenuhi oleh wajah ceria beserta haru. Para wisudawan diharapkan bisa menjadi penerus dalam mengemban ilmu keagamaan di masyarakat nanti.
“Wisuda ini adalah wisuda dari ilmu keagamaan atau bidang kepesantrenan. Sepuluh tahun yang lalu sekolah belum ada, yang ada hanya orang mengaji. Sekarang zaman berubah, orang mau masuk sekolah tapi harus bisa mengaji. Itu yang kami berikan,” dawuh Gus Sholah. Membaca Al Quran menjadi salah satu seraingkaian tes masuk Tebuireng, maka calon santri yang tidak menguasai bacaan Al Quran dianggap tidak lulus.
“Kita mengakui bahwa membaca Al Quran itu sangat penting bagi kita dan lebih baik lagi memahami makna dan tafsirnya. Jumlah muslim di Indonesia yang bisa membaca Al Quran itu tidak besar. Ternyata, hanya mencapai sekitar 23% saja yang bisa membaca Al Qur’an baik anak kecil, orang dewasa, dan lanjut usia. Jadi kalau ada 10 orang, paling banyak 3 orang yang bisa baca Al Quran, ini kecil sekali. Jumlah Al Quran yang ada di Indonesia juga sedikit, saya pikir setahun paling banyak 2 juta. Buku yang paling banyak di cetak di Indonesia ya Al Quran,” tambah beliau memaparkan.
Kalau dua juta, lanjut beliau, dikalikan 20 tahun hanya 40 juta, belum yang rusak. Padahal jumlah umat Islam di negeri ini sekitar 200 juta. Namun, Gus Sholah berpesan kepada orang tua agar berusaha terus supaya anak-anak bisa membaca Al Quran dengan baik. Tetapi terlebih yang penting adalah menjalankan apa yang tertulis di dalam Al Quran. “Hadratussyaikh KH. Hasyim Asyari selalu menyampaikan kepada santri-santrinya, santri yang baik adalah santri yang bisa menjalankan apa yang dia pelajari di pesantren ketika dia pulang ke rumahnya,” ucap beliau.
Tidak hanya dirumah, dimanapun santri berada baik di universitas atau yang lain, menurut beliau, harus bisa mengamalkan apa yang ia peroleh dari pesantren. Tentunya, dengan tidak melupakan perilaku yang baik, akhlak yang baik sebagaimana alasan Nabi Muhammad SAW. di utus ke dunia. Selain itu, juga bermanfaat bagi orang lain. “Jadi inti dari pelajaran agama sebetulnya itu, menjadi orang baik dan bermanfaat”, beliau menambahkan. (Sutan/Abror)