KH. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) memaparkan kondisi membaca bangsa Indonesia kepada santri, dalam acara bedah buku menjelang Hari Santri Nasional 2018 di Pesantren Tebuireng, Jumat (19/10/2018). (Foto: Kopiireng)

Tebuireng.online- Menjelang peringatan Hari Santri Nasional 2018, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ceritakan kondisi membaca bangsa Indonesia kepada para santri dalam acara “Bedah Buku” karya W. Eka Wahyudi berjudul “Mendidik Kader Bangsa Nasionalis Religius Buah Pemikiran Prof. KH. Saifuddin Zuhri: Tentang Islam, Pendidikan, dan Nasionalisme yang digelar oleh Penerbitan Tebuireng.

Kegiatan berlangsung di aula gedung KH Yusuf Hasyim Lt.3 Jumat (19/10/2018). Hadir sebagai pembanding Nyai Hj. Farida Saifuddin dan Dr. Mif Rohim Syarkun. Dalam acara ini, Gus Sholah  berkesempatan memberikan sambutan. Sebelumnya, seluruh undangan dan peserta yang hadir diajak untuk membaca buku bersama selama 10 menit, hal ini menjadi usaha salah satu bentuk gerakan membaca pada para santri.

Gus Sholah mengatakan bahwa minat baca di negara Indonesia masih sangat rendah. Rata-rata setiap orang hanya 3 buku pertahun di Indonesia. Padahal menurut beliau, di negara-negara maju setiap orang membaca 20-30 buku per tahun. Menurutnya, buku adalah jendala bagi ilmu pengetauan, “negara yang ingin maju, kuncinya adalah SDM yang gemar membaca,” ungkap Gus Sholah.

Cucu Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari ini merincikan hal-hal yang menyebabkan kenapa masyarakat Indonesia tidak gemar membaca. Menurutnya, hal pertama adalah perpustakaan yang masih terbatas serta koleksinya masih terbatas. Kedua, budaya membaca masih kalah dengan budaya bertutur. Ketiga, sistem pendidikan yang belum menganjurkan siswa agar gemar membaca. Keempat, jumlah penduduk yang buta aksara masih cukup tinggi.

Untuk mengetahui kemampuan membaca santri Tebuireng, Gus Sholah sudah membuat perpustakaan yang cukup baik, baik itu di pondok maupun di masing-masing sekolah. Bahkan beberapa tahun yang lalu beliau sempat membuat program, agar santri Tebuireng membaca satu buku setiap bulannya. Anggaran pun sudah disiapkan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Tetapi keseriusan siswa dan guru menjadi kendala,” ungkap Gus Sholah. Beliau mempunyai harapan agar program membaca ini bisa terlaksana kembali di tahun ajaran yang akan datang.

Beliau menjelaskan bahwa sejak tahun 2015, beberapa ustadz di Pesantren Tebuireng berupaya untuk mengelola Pustaka Tebuireng agar menjadi pengelola buku yang baik. Diharapkan bisa membentuk jaringan penerbit buku antar pesantren. Hasilnya banyak siswa/siswi Tebuireng yang sudah menulis buku.

“Menulis yang penting bukan hanya bakat tapi ada kemauan untuk menulis,” pungkas Gus Sholah, dengan menyampaikan harapan kegiatan membaca ini terus berkembang.


Pewarta: Luluatul Mabrurah

Editor: RZ