Gerakan radikalisme dan terorisme semakin marak di Indonesia. Diberbagai belahan dunia terjadi kekerasan berkedok agama. Tidak bisa dipungkiri juga yang terjadi paling hangat dan tak habis-habis di sorot media international adalah radikalisasi agama di dunia islam. Sekarang aliran tersebut sudah masuk menyelundup bahkan terang-terangan di jantung NKRI. Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam paling tua dan menjadi pemegang panggung pendidikan islam di Indonesia bagaimanakah perannya dalam membendung radikalisasi yang sedang mengancam negara Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berikut wawancara Abror, wartawan TebuirengOnline dengan Ketua PW Rabithoh Ma’ahidil Islamiyah Jawa Timur, H. Reza Ahmad Zahid:

Menurut anda seberapa jauh pengaruh dari masuknya aliran radikalberkedok agama itu menghantui rakyat Indonesia khususnya kaum NU dan Pesantren?

Lebih tepatnya berpotensi untuk merusak ajaran leluhur kita, mencederai ajaran ahlus sunnah wal jama’ah, merusak citra islam itu sendiri dan member pengaruh negatif bagi generasi bangsa. Selain itu juga  mengganggu stabilitas rakyat, merobohkan NKRI dan melanggar Pancasila UUD 19945.

Apa yang sedang terjadi di dunia Islam misalkan dengan fenomena aliran radikal seperti ISIS dan teman-temannya itu dan apa faktor-faktor yang  mempengaruhi radikalisasi tersebut?

 Dari sisi sosial dunia sedang mengalami krisis kepercayaan antar sesama dan krisis toleransi. Dari sisi agama, dunia sedang mengalami pendangkalan makna dan  faham syari’at agama islam. Dari sisi politik dunia sedang mengalami hegemoni negara-negara besar terhadap negara-negara yang hendak berkembang. Dari sisi ekonomi ada kesenjangan pemberdayaan ekonomi di negara-negara yang mayoritas muslim.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Peta pergerakan aliran radikal di Indonesia sebenarnya seperti apa?

Peta pergerakan yang mereka lakukan adalah memberi materi radikalisme dan terorisme ke pelajar-pelajar dan masyarakat secara umum. Melakukan pencucian otak kepada kamu muda. Menanamkan prinsip paling benar sendiri dan berbeda adalah salah bahkan kafir.

Dalam pesantren sendiri, sejauh mana pengaruh aliran-aliran tersebut masuk ke jantung pesantren?

 Pesantren yang berbasis aswaja an-Nahdhiyah insyaallah tidak terpesona dengan organisasi yang mengajak kepada gerakan teror dan radika. Kalau toh memang ditemukan pesantren yang mengikuti faham radikalisme dan terorisme, maka berarti itu bukan pesantren  yang berfaham Ahlus Sunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah.

 Apa peran pesantren dan Rabithah Ma’ahidil Isamiyyah(RMI) dalam membendung radikalisasi agama yang bahayanya tingkat akut itu?

 Menginformasikan tentang gerakan terorisme dan radikaisme yang berkembang baik di dunia internationa atau di Indonesia. Kita juga membuat pernyataan sikap bersama menolak gerakan tersebut.  Membuat konsep dan stategi bersama membentengi pesantren Indonesia dari faham yang merusak keutuhan NKRI, Aswaja, dan islam,yang rahmatan lil ‘alamin.

Dengan usaha yang demikian capaian-capaian yang sudah terrealisasikan dan prospek kedepan bagaimana? Adakah kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat? Kalau ada dalam bentuk apa Gus?

 Kita sudah melakukan kerjasama dengan pesantren-pesantren, PP RMI dan Badan Nasional Penangguangan Terorisme (BNPT).  Kita sudah melakukan pernyataan sikap bersama untuk penanggulangan terorisme dan radikalisme, membuat konsep dan strategi penanggulangan, dan yang paling terpenting kebersamaan dan persatuan pesantren dalam menyikapi gerakan radikalisme dan terorisme.

Bagaimana pesantren seharusnya merespon dalam soal radikalisme ini?

 Merupakan tugas kita semua mempertahankan pondok pesantren sebagai tradisi para leluhur penyebar agama islam di Indonesia. Pesantren perlu berposisi sebagai pengayom masyarakat dengan membumikan paham ahlus sunnah wal jama’ah. Kita bersama menolak dan memerangi paham radikalisme dan terorisme serta membentengi NKRI, Pancasila, dan UUD

’45