Tebuireng.online- Madrasah Menerjemah Tebuireng Initiatives dibuka secara resmi oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng KH. Abdul Hakim Mahfudz pada Rabu, (24/02/2021) pagi. Peresmian ini dibuka secara luring di aula lantai 1 gedung Yusuf Hasyim dan secara virtual melalui zoom meeting.

Dalam sambutannya, KH. Abdul Hakim Mahfudz menyampaikan bahwa kita akan melakukan sesuatu yang masih baru di Pesantren Tebuireng yaitu kegiatan penerjemahan yang dikemas melalui satu lembaga yang lebih tertata, lebih resmi, yang mana ke depannya diharapakan dapat menghasilkan penerjemah – penerjemah yang lebih baik dan lebih profesional.

Untuk memiliki kompetensi menerjemahkan teks Arab ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya, seorang penerjemah harus memiliki teori mengenai penerjemahan. Penguasaan bahasa maupun pemahaman budaya dari Barat, dari bahasa asal maupun bahasa setempat. “Kegiatan menerjemah ini memang membutuhkan keterampilan, kemampuan berbahasa, seni dalam merangkai kalimat sehingga hasil terjemahan bisa dirasa seperti tulisan aslinya,” terangnya.

Sejak zaman dahulu, sudah banyak catatan sejarah yang menunjukkan bahwa kemajuan sebuah bangsa bisa dicapai salah satunya yaitu melalui kegiatan penerjemahan. Beberapa bangsa tercatat sejak zaman Abbasiyah pada masa Khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur pada abad ke-8. Kemudian bangsa Turki banyak melakukan penerjemahan – penerjemahan, begitu pula dengan bangsa Jepang di akhir abad ke-19.

Selain itu, Gus Kikin sapaan akrabnya, juga menerangkan bahwa pesatnya berkembangnya ilmu pengetahuan dimulai dari penyelenggaraan lembaga-lembaga penerjemahan, yang kemudian menjadi lembaga pendidikan tinggi. Sedangkan di Indonesia sendiri kegiatan penerjemahan terutama naskah keagamaan islam, sebagian transfer budaya dan ilmu pengetahuan telah dilakukan sejak masa Sultan Iskandar Muda sekitar tahun 1600-an.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Pada umumnya kegiatan menerjemah dari bahasa arab ke bahasa indonesia terfokus pada naskah – naskah keagamaan mulai dari kitab suci al-Quran, hadits, buku – buku tentang dakwah, akhlak, buku – buku yang masih menelaah aneka pemikiran islam. Kondisi tersebut bisa dimaklumi karena masyarakat indonesia sangat membutuhkan pendidikan ilmu agama untuk mengisi, melengkapi, dan menyempurnakan praktek keislaman secara utuh dalam segala dimensinya. Kenyataan ini semakin menguatkan bahwasanya penerjemahan yang dilakukan oleh masyarakat hanya berkenaan dengan bidang yang tidak dimiliki tetapi sangat dibutuhkan, sedangkan bidang itu dimiliki oleh masyarakat lain serta ditulis dengan bahasa asal mereka,” ungkapnya.  

Lanjutnya, melihat kenyataan yang ada pada masyarakat Indonesia di mana menunjukkan bahwa semakin banyak yang ingin meningkatkan pemahaman terhadap ilmu agama khususnya agama Islam. Sedangkan kitab-kitab maupun buku – buku yang tersedia pada umummya berbahasa Arab sehingga butuh diterjemahkan terlebih dahulu agar memudahkan pemahaman bagi yang belum menguasai bahasa arab. Hal ini menjadikan kebutuhan terhadap tenaga penerjemah semakin meningkat agar maksud dari isi kitab yang diterjemahkan tidak banyak mengalami perubahan, maka dibutuhkan tenaga penerjemah yang profesional yang bisa dihasilkan dari tenaga yang terlatih melalui pendidikan.

Dari Tebuireng Initiatives mendirikan Madrasah Menerjemah merupakan salah satu upaya untuk menjawab tantangan atas adanya peningkatan kebutuhan masyarakat. “Semoga upaya ini dengan ridla Allah SWT menjadikan manfaat bagi masyarakat Indonesia. Dan khususnya di lingkungan pesantren yang tersebar sampai di plosok – plosok seluruh Indonesia,” harapnya.

Dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohim secara resmi Madrasah Menerjemah dibuka oleh Gus Kikin.


Pewarta: Anis