KH. Abdul Hakim Mahfudz saat dalam acara Professorial Talk International Conference, program kunjungan antara Universitas Teknologi Mara (UiTM) Malaysia dengan Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy)

Tebuireng.online- Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng pada tahun ini menerima kunjungan dari Universiti Teknologi MARA (UiTM) Shah Alam, Malaysia. Kunjungan itu rencananya dilakukan selama satu minggu. Para mahasiswa Malaysia tersebut disambut oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng saat acara pembukaan pada Selasa (13/09/2023) di gedung Yusuf Hasyim lantai 3. Pengasuh juga memperkenalkan sejarah, sistem, dan model pendidikan yang ada di Tebuireng.

KH. Abdul Hakim Mahfudz memaparkan bahwa Pesantren Tebuireng didirikan oleh KH. M. Hasyim Asy’ari pada tahun 1899. Kiai Hasyim cukup lama belajar di Makkah, lalu kembali ke Indonesia dan mendirikan pesantren. Beliau lebih dikenal dengan gelar Hadratussyaikh karena menghafal Kutubussittah. Selama beberapa tahun pendidikan agama di Tebuireng disusun dengan sistem salaf, yakni hanya ngaji di serambi masjid. Namun, kemudian KH. Hasyim Asy’ari sebagai orang yang punya visi ke depan, pasti mengikuti perkembangan zaman, sehingga pada tahun 1918 Tebuireng membuka pendidikan klasikal.

Gus Kikin, sapaan akrabnya, menceritakan di zaman itu belum ada pesantren yang membuka pendidikan secara klasikal. Tahun 1928 di Tebuireng kemudian tidak hanya mengajarkan pendidikan agama, ditambah juga pendidikan bahasa, sejarah, ilmu bumi. Tahun 1933 di Tebuireng mulai ada managamen (Nidzamiyah), sehingga terbentuklah kelas Sifir awal, kelas satu, dan seterusnya. Setelah kemerdekaan, di Tebuireng ini didirikan Madrasah Tsanawiyah, Aliyah. Kemudian tahun 1963 didirikanlah Universitas Hasyim Asy’ari.

“Di sini sudah ada 11 lembaga pendidikan mulai dari elemen Sekolah Dasar, Menengah, perguruan tinggi, dan Ma’had Aly. Jadi kita ada dua perguruan tinggi di Tebuireng, Universitas Hasyim Asy’ari dan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari (konsentrasi Hadis dan Ilmu Hadis). Hingga saat ini pesantren Tebuireng memiliki 5200-an santri,” ungkap Pengasuh ke-8 Pesantren Tebuireng ini.

Beliau menegaskan banyak yang bisa diceritakan mengenai KH. Hasyim Asy’ari utamanya dalam hal melawan penjajah untuk kemerdekaan NKRI ini. Awal 1900 disebutkan dalam catatan-catatan beliau di Indonesia banyak masuk aliran-aliran baru dari agama Islam. 1912 banyak organisasi baru dan membawa pemikiran baru, sehingga menyebabkan perpecahan dalam tubuh umat Islam. 1930 KH. Hasyim Asy’ari mengundang semua tokoh organisasi Islam yang berbeda.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Tahun 1937, beliau mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang menaungi 13 organisasi Islam Indonesia. Kemudian Nahdlatul Ulama’ bergabung berikutnya, yakni 1938 M. Dan di situlah umat Islam pernah berada dalam satu wadah. Kemudian 1945 Indonesia mendapati kemerdekaannya sendiri. Puncak dari pada perjuangan mempertahankan kemerdekaan itu adalah pertempuran 10 November yang ada di Surabaya,” ungkapnya.

Pada akhir kesempatan Putra KH. Mahfudz Anwar berharap kolaborasi antara Unhasy dan UiTM dapat memberikan manfaat. Dan banyak hal yang dapat dibicarakan dan dikolaborasikan. Sehingga dapat menjadi manfaat bagi kedua universitas.


Pewarta: Yuniar Indra Yahya