Ngaji Bareng bersama Prof. Quraish Shihab & Gus Baha “Meneladani Khazanah Tafsir Al-Qur`an di Indonesia” Universitas Islam Indonesia pada Hari: Senin, 3 November 2023 di Auditorium Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakir Kampus Terpadu UII
Ngaji Bareng bersama Prof. Quraish Shihab & Gus Baha “Meneladani Khazanah Tafsir Al-Qur`an di Indonesia” Universitas Islam Indonesia pada Hari: Senin, 3 November 2023 di Auditorium Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakir Kampus Terpadu UII

Indonesia yang damai ini tidak lepas dari kitab-kitab yang datang ke Indonesia. Misalnya makna “kemenangan”, tafsir yang datang ke kita terutama dalam Tafsir Munir karangan Syaikh Nawawi Al-Bantani beliau menyebut “kemenangan” umat Islam itu adalah kemenangan logika. Yakni logika bahwa alam raya ini dimulai dari satu entitas, yang berstatus wajib al-wujud. Tentu lebih masuk akal daripada logika yang lain, misalnya Nihilisme yang melahirkan kesimpulan bahwa ketiadaan menciptakan keberadaan. Jadi nanti membingungkan bagaimana mungkin ketiadaan menjadi sebab keberadaan?

Imam Nawawi ketika menafsirkan ayat:

وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغالِبُونَ (56) أي ومن يتخذهم أولياء في النصرة فإنهم جند الله وجند الله هم الغالبون على أعدائهم بالحجة فإنها مستمرة أبدا، أما بالصولة والدولة فقد يغلبون

Kemenangan umat Islam yang permanen itu kemenangan logika. Kalau kemenangan perang, bernegara, juga pernah kalah. Zaman Nabi masih hidup saja pernah kalah dengan periode Makkah. Ketika di Madinah Nabi juga pernah kalah pada persitiwa perang Uhud. Tapi kekalahan-kekelahan sosial tersebut tidak bisa mengalahkan kemenangan logika. Yaitu logika bahwa alam ini dimulai dari zat wajib al-wujud tentu lebih mudah dicerna. Karena logika juga bersifat abadi.

Artinya meskipun secara sosial umat Islam pada segi ekonomi kalah, jangan pakai ukuran itu. Misalkan umat Islam kalah kaya dengan non-muslim, atau yang shalat menjadi buruh orang yang tidak shalat, yang sujud buruh dari orang yang sujud. Anda harus menstatuskan diri sebagai orang yang mencari harta halal. Hal itu bernilai ibadah karena perintah Allah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dulu Ali bin Abi Thalib juga pernah bekerja dengan orang Yahudi. Tapi tidak pernah merasa hina, karena mencari harta halal perintah Allah. Dulu Nabi juga pernah tidak punya uang, akhirnya Nabi pernah ingin beli gandum dan menggadaikan rompi perangnya kepada orang Yahudi.

Bahkan cerita siksa kubur itu Aisyah didatangi oleh dua orang Yahudi karena ia sangat dermawan sekali, sampai-sampai Yahudi berkata semoga engkau dijauhkan dari siksa kubur. Aisyah bingung mau membenarkan atau tidak atas pernyataan orang Yahudi tersebut.

Kemudian beliau sowan ke Nabi, dan oleh Nabi dibenarkan kalau nanti memang ada azab kubur. Termasuk cerita Nabi yang ditanya oleh Yahudi tentang kiamat, “nanti pas kiamat itu kan hancur semua Muhammad, lalu orang-orang yang sudah mati diletakkan di mana?” Sehingga ada cara saat menghadapi orang Yahudi itu jangan membenarkan, juga jangan mendustakan (la tukhadzibuhum wa la tushaqqiquhum).

Masih dalam tafsir Munir, mengapa Al-Quran dimulai dari ba’ dan ba’ ada titiknya satu. Itu seakan-akan Allah memaklumatkan bahwa awwalu hadizh al-maujudat nukhthah wahidah. Orang menggambar apa saja tetap dimulai dari satu titik. Angka sampai satu juta, satu triliun tetap dimulai dari angka satu.

Sebab itu, kata Syaikh Nawawi ba’ di situ adalah bi kana ma kana, wa bi yakunu ma yakunu (dengan Aku—Allah—yang ada menjadi ada, dengan Aku juga yang akan ada juga akan ada). Jadi kalau kita membaca tafsir-tafsir yang ada di Indonesia pasti menguatkan akidah, bukan menang kalah urusan sosial dan sebagainya.

Dalam Fath al-Bari itu dijelaskan bahwa umat Islam itu menang karena ltidzan ‘Aqliyyan logika yang nyaman. Dulu ada sahabat Jubari ibn Muth’im tokoh besar di kafir Quraiys. Dia menginap di masjid hingga kemudian Nabi membaca ayat:

أَمۡ خُلِقُوا۟ مِنۡ غَیۡرِ شَیۡءٍ أَمۡ هُمُ ٱلۡخَـٰلِقُونَ

Masa’ alam raya yang seluas ini diciptakan tanpa sebab, atau kamu yang menciptakan?. Hingga Jubair menangis dan langsung masuk Islam.

Kemudian kata Syaikh Nawawi Al-Bantani dalam tafsirnya:

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا على مشقة الاستدلال في معرفة التوحيد والنبوة والمعاد وعلى مشقة استنباط الجواب عن شبهات نحو الفلاسفة

Beliau menafsiri perintah “bersabarlah” yakni wahai orang beriman bersabarlah membuat logika yang mudah dipahami banyak orang kemudian mereka mencintai Allah dan Rasulullah. Dulu orang Badui itu iman yang diterima itu iman al-mufakkir bukan iman al-muqallid. Coba jalan-jalan di kampung, tanya mereka bagaiman Anda bisa mengenal Tuhan kalian? Jawaban mereka:

البَعْرَةُ تَدُلُّ عَلَى الْبَعِيْرِ وَالْأثَرُ يَدُلُّ عَلَى الْمَسِيْرِ

Ada kotoran ya ada sapi, ada bekas jalan, berarti ada orang lewat

Maknanya, bahwa adanya atsar atau bekas alam semesta ini tentu ada yang menciptakan, yaitu Allah Swt.

Baca Juga: Pesan Gus Baha’ ke Santri Tebuireng 


Disadur dari Ngaji Bareng bersama Prof. Quraish Shihab & Gus Baha “Meneladani Khazanah Tafsir Al-Qur`an di Indonesia” Universitas Islam Indonesia pada Hari: Senin, 3 November 2023 di Auditorium Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakir Kampus Terpadu UII


Pewarta: Yuniar Indra Yahya