Judul Buku       : Ibuku Inspirasiku “Nyai Solichah Wahid Hasyim”                               (Ibunda Gus Dur dan Gus Sholah)

Penulis             : KH. Abdurrahman Wahid & KH. Salahuddin Wahid

Penyusun         : Tim Pustaka Tebuireng

Penerbit           : Pustaka Tebuireng

Tahun Terbit     : Cetakan II 2016

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kota Terbit       : Jombang

Tebal Buku       : 97 halaman

Peresensi         : Rara Zarary*

“Negara akan bermutu kalau keluarga juga bermutu atau sakinah. Semua itu tidak akan tercapai kalau pendidikan di dalam keluarga tidak berjalan dengan baik. Dengan segala kekurangannya, Ibu telah berhasil mewujudkan pendidikan keluarga yang baik, telah berhasil mendidik putera-putrinya dengan baik,” (hal. 38-39)

Sebuah kalimat yang membuka pikiran tentang bagaimana kondisi baik-buruk suatu bangsa yang sejatinya berasal dari didikan keluarga itu sendiri. Dalam buku setebal 97 halaman ini menyisipkan cerita nyata perjuangan seorang Ibu yang begitu teguh dan kokoh dalam mendorong kehidupan anak-anaknya hingga bermanfaat untuk agama, nusa, dan bangsa.

Suatu hal yang sejatinya tidak bisa dihadapi oleh seorang diri, namun dalam buku ini telah membuktikan dengan jelas dan nyata betapa seorang Ibu yang sudah ditinggal wafat seorang suami telah berhasil mendidik enam anaknya begitu baik hingga menjadi salah satu saksi sejarah bahwa mereka semua telah berhasil, tidak hanya dalam lingkup keluarga, tetapi telah berkontribusi besar pada bangsa dan negara ini.

Seorang Ibu tidak hanya berkutik di ranah domistik, tapi dalam berbagai kesibukannya sebagai perempuan yang juga berkecimpung di ranah politik, tidak menjadikan Nyai Solichah Wahid meninggalkan tugas utamanya sebagai Ibu dalam mendidik anak-anaknya. Seperti yang telah ditulis dalam buku ini di halaman 49, “Ibu aktif dalam pembentukan ranting-ranting baru dan juga menjadi penceramah dalam pengajian ibu-ibu Muslimat NU,” kondisi ini telah membuktikan betapa kuat dan tangguhnya beliau yang dengan berbagai kesibukan masih dengan sigap memberikan perhatian khusus kepada semua anaknya.

KH. Salahuddin Wahid, salah satu putra Nyai Solichah Wahid juga menulis, “Ibu adalah pribadi yang terbuka dan mudah bergaul dengan siapa saja. Di kalangan anak-anak muda NU, banyak yang merasa dekat dengan Ibu dan mengganggapnya seperti orang tua mereka sendiri, terlebih bagi mereka yang sudah tidak punya orang tua lagi atau orang tuanya tinggal di tempat yang jauh,” (hal. 55).

Sebuah pengakuan yang begitu lembut tentang gambaran hidup betapa penting Ibunya bagi anak-anak muda yang lain. Dengan begitu pula terbukti bahwa Nyai Solichah telah mengayomi banyak anak bangsa, tidak hanya putra-putrinya atau keluarganya, namun anak muda yang lain dan masyarakat lain juga telah mendapatkan perhatian yang baik darinya.

Beliau merupakan seseorang yang telah menjadikan keluarganya sebagai tolok ukur kesuksesan dalam bermasyarakat. Tidak hanya sampai di situ, dari sekian cerita dalam tulisan ini juga telah memaparkan secara gamblang tentang bagaimana seorang Ibu menjadi tonggak utama dalam sebuah kehidupan. Seorang Ibu yang tidak hanya mengedepankan urusan keluarga, namun juga menjunjung tinggi dunia pendidikan, politik, dan segala urusan masyarakat.

Hal itu menjadi saksi bahwa kemakmuran dan kebersatuan bangsa dan negara ini memang diawali dari hal-hal yang terkecil dulu, yakni dari bagaimana seorang ibu mendidik dan menjadikan keluarga sebagai tempat paling baik dalam menumbuhkembangkan anak-anak yang baik dan bermanfaat.

Pada tulisannya yang begitu renyah, Gus Sholah mengungkapkan, “Salah satu kelebihan Ibu yang saya catat ialah semangat dan keberanian beliau dalam menghadapi tantangan kehidupan. Ketika bapak wafat, Ibu masih berusia sangat muda. Pendidikan formal yang Ibu jalani hanyalah madrasah tsanawiyah, tetapi beliau tidak merasa rendah diri atau takut menghadapi tantagan hidup untuk membesarkan enak orang anak yang masih kecil-keci,” (hal. 64).

Tulisan ini tidak hanya mengisyaratkan tentang apa dan siapa seorang perempuan yang telah melahirkan kita, akan tetapi siapa dia saat tengah memperjuangkan kehidupan ini dengan seorang diri tanpa mengenyampingkan hal lain dan tetap menjadikan keluarga, masyarakat, dan negara berjalan seimbang.

Pada tulisan terakhir, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menulis, “Ibu memahami betul bahwa dalam proses modernisasi mau tidak mau orang-orang Islam itu harus menguasai skillnya orang lain. Dalam hal ini termasuk bidang pendidikan. Karena itu anaknya terserah mau mengambil jurusan pendidikan apa saja, asal bertanggung jawab dalam setiap pilihan dan pekerjaannya,” (hal. 91).

Tidak berbeda dengan apa yang telah diutarakan oleh KH. Salahudin Wahid yang juga menulis tentang bagaimana seorang Ibu yang bejuang kokoh dalam menyukseskan anak-anaknya. Dalam tulisan Gus Dur tersebut bisa dipahami betapa pentingnya sebuah pemahaman tentang pendidikan dan skill anak untuk keberlanjutan hidupnya. Seorang Ibu yang telah dengan tabah dan cerdas mendidik anak-anaknya akan menjadikan anak-anaknya seseorang yang tumbuh cerdas pula. Seorang anak yang tumbuh cerdas, bertanggung jawab, dan amanah juga akan menjadikan bangsa dan negara ini maju dan baik-baik saja tanpa sebuah pertentangan yang dilatarbelakangi oleh bangsa-bangsa yang kurang belajar dan kurang memahami proses kehidupan.

Benar, bahwa kondisi suatu bangsa esok ditentukan oleh kondisi beberapa orang dalam sebuah keluarga kecil. Baik itu dalam hal pendidikan, sosial, dan segala jenis pengajaran yang telah ditanamkan dalam keluarga sejak kecil. Buku ini sangat cocok dibaca oleh berbagai macam kalangan. Terutama oleh para Ibu agar tidak hanya berpikir bahwa pendidikan itu hanya cukup di tingkat SMA saja, atau seorang Ibu yang berpikir bahwa anak hanya cukup berbakti kepada keluarga.

Lebih umumnya semua masyarakat agar sadar bahwa memahami seorang anak dan memberikan kesempatan pada anak untuk berpikir dan memilih jalan hidupnya sendiri dengan penuh tanggung jawab dan amanah itu perlu diberikan, bukan malah menuntut anak untuk melakukan ini-itu yang mereka paksakan karena ingin memuaskan keinginan mereka. Selain dibaca oleh Ibu dan masyarakat pada umumnya, buku ini sangat penting dibaca oleh para pemuda yang notabenenya sebagai penerus bangsa yang tangguh dan tentunya memiliki kewajiban untuk memikirkan kemajuan bangsa dan negara ini.


*Penyair dan editor di Tebuireng Online

Editor/Publisher:  M. Abror Rosyidin