sumber ilustrasi: kompasiana.com

Oleh: Ara*

Banyak yang bilang bahwa generasi sekarang si paling mental health. Siapa yang masih berpikiran kalau anak zaman sekarang lembek-lembek? Dikarenakan cara parenting orang tuanya dibilang gak tegas dan nggak keras, seperti zaman anak kelahiran 90-an dulu.

Kalau diamati anak kelahiran tahun 90-an dianggap memiliki mental yang kuat, sebenarnya bukan karena makian dari orang tuanya apalagi kekerasan. Lalu, jika bukan dengan makian ataupun kekerasan, bisa terjadi karena apa?

Generasi 90-an dari kecil sudah terbiasa yang namanya menunda rasa kepuasan atau bahasa kerennya “Delayed Gratification”. Adapun Delayed Gratification merupakan kemampuan menahan diri untuk mendapatkan imbalan atau kepuasan sekarang juga demi mendapatkan imbalan atau kepuasan yang lebih besar nanti.

Dalam hal ini, seseorang menunda kepuasannya berkaitan dengan kesabaran, kontrol diri dan kemauannya. Kemampuan untuk mengatur diri ini mencakup kemampuan seorang untuk menyesuaikan diri sebagaimana diperlukan untuk memenuhi tuntutan lingkungan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Bagi anak yang kelairan tahun 90-an mengalami transisi dari masa-masa yang awalnya belum ada internet, lalu munculnya internet. Masih ingat tidak anak zaman 90-an, dulu waktu kecil, jika ingin menonton kartun itu harus menunggu hari minggu dulu, mau beli baju pun harus menunggu lebaran, bahkan sesimpel mau membeli mainan saja harus bobol celengan terlebih dahulu.

Contoh lainnya naik angkot ke pasar baru bisa membeli keperluan kebutuhan sehari-hari, pada zaman itu mana ada olshop (Online Shop), apa ada dulu Gosend? Dahulu jika mau internetan saja itu harus ke warnet (Warung Internet), bukan hanya itu dulu jika main internet saja juga dibatasi dengan billing lumba-lumba untuk durasi waktunya.

Tidaklah sama seperti zaman sekarang yang kapanpun bisa mengakses internet, Jadi anak 90-an itu sudah dididik untuk disuruh sabar, dididik untuk menunda kesenangan, dididik untuk menikmati proses walaupun terasa membosankan dan membutuhkan waktu yang lama.

Lalu hasilnya anak zaman 90-an sekarang, angkatan 90-an ini mentalnya bisa kuat di berbagai proses dan cobaan kehidupan. Jadi, bukan karena parenting yang penuh kekerasan, yang membuat anak 90-an itu kuat.

Apakah kalian tau efek dari kekerasan itu justru bukan membuat anak menjadi tangguh, tetapi justru membuat anak itu sulit mengekspresikan dan memahami emosi orang lain dan juga dirinya sendiri. Anak-anak mungkin lebih rentan mengalami gangguan kecemasan saat dewasa. Akibatnya, anak kesulitan memahami ketakutan yang dirasakannya. Jika tidak segera ditangani, ketakutan ini bisa berujung pada penyakit mental.

Sedangkan generasi 2000an dari kecil sudah terbiasa yang namanya serba instan atau bahasa kerennya “Instant Gratification”. Instant Gratification merupakan keinginan untuk mendapatkan sesuatu secara instan untuk memenuhi kepuasan. 

Kepuasan itu sesaat tanpa memikirkan efek jangka panjangnya. Pada zaman sekarang kemudahan mengakses sesuatu di internet menjadi salah satu alasan mengapa kelahiran 2000 an sekarang menjadi tidak sabaran.

Seperti kebanyakan pengguna aplikasi TikTok, mereka tidak memikirkan matang-matang efek samping yang mungkin terjadi saat mengunggah konten ke aplikasi. Mereka rela melakukan apa saja demi kepuasan dirinya sendiri, meski sebenarnya mereka tidak punya bakat atau keterampilan yang hebat, asal bisa cepat terkenal karena keren, lucu, atau bahkan kontroversial.

Sebenarnya hal ini sangat berbahaya bagi mereka. Jika anak-anak membuat video kontroversial tentang rasisme hal itu akan mendapat perundungan dan trauma berat dari para pengguna media sosial di seluruh Indonesia, sehingga bisa jadi menonaktifkan akun Tiktok nya karena trauma.  Inilah salah satu alasan mengapa remaja masa kini sangat rentan terkena penyakit mental seperti depresi.

Sebagaimana diketahui, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang di dalamnya terjadi perkembangan fisik dan mental. Masa remaja yang seharusnya melatih emosi dan spiritualitas seseorang menuju hal-hal positif, para orang tua ataupun calon pengantin hendaknya belajar mengenai parenting untuk anak-anak zaman sekarang.

Bagaimana cara menjadi orang tua yang baik. Karena tentu nya pola asuh anak zaman 90 berbeda dengan anak zaman sekarang. Para orang tua hendaknya lebih bijak dalam mengasuh dan mendidik anak-anak tanpa membeda-bedakan.

*Anggota Sanggar Kapoedang.