Oleh: Devi Yuliana*

Tentu menyenangkan ketika hari-harimu senantiasa dihiasi oleh mengaji dengan para kiai, memperdalam Al-Quran, bertemu dengan orang-orang alim dalam pesantren, menjalani pengabdian kepada masyarakat, dan masih banyak lagi. Kepingan kenangan itulah yang akan menjadi cerita yang indah kelak di masa depan. Namun di balik itu semua ada proses dalam menjadi seorang santri sejati yang tak boleh diabaikan. Karena dari proses yang benarlah akan tercipta hasil yang benar pula.

Melanjutkan dari tulisan sebelumnya, kali ini penulis akan menulis langkah selanjutnya tentang bagaimana atau apa saja yang harus dilakukan seorang santri dalam menjalani proses mencari ilmu di Kawah Condrodimuko alias pesantren.

Yang keenam ialah menyedikitkan porsi makan dan minum. Karena terlalu banyak makan dan minum dapat menyebabkan kenyang yang berlebihan. Apabila kita sudah terlalu kenyang, maka tubuh kita akan semakin berat untuk digunakan belajar bahkan kita akan merasa malas untuk melakukan apapun.

Selain itu, dengan mengurangi porsi makan, tubuh kita akan semakin sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Dilansir dari CNN Indonesia, salah satu dampak dari kebanyakan makan adalah tidak berfungsinya berbagai organ yang disebabkan terhimpitnya organ tersebut oleh tumpukan lemak. Naudzubillah min dzalik.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Yang ketujuh ialah seorang santri harus dan wajib untuk membiasakan diri dengan sifat wara’ yakni menjaga diri dengan makan dan minum dari sesuatu yang halal. Ia harus memiliki waspada yang tinggi dengan perkara syubhat, yakni perkara yang belum jelas halal-haramnya. Mengapa demikian? Karena dengan mengkonsumsi serta memakai barang yang halal, hati kita akan menjadi bercahaya serta mudah dalam menerima ilmu. Bayangkan saja jika apa yang kita makan merupakan hal yang diharamkan oleh Allah sedangkan makanan tersebut kelak akan menjadi darah yang mengalir di seluruh tubuh kita. Lantas apakah ilmu akan mudah diterima jika tubuh sendiri masih teraliri oleh makanan haram? Naudzubillahi mindzalik

Yang kedelapan yakni hendaklah seorang santri menjauhi makanan yang dapat membuat dirinya mudah lupa seperti apel yang masih masam dan cuka. Serta hendaknya seorang penuntut ilmu juga menghindari perkara yang menyebabkan mudahnya lupa seperti membaca tulisan pada nisan dan menjatuhkan kutu yang masih hidup ke tanah.

Yang kesembilan ialah menyedikitkan tidur dengan perkiraan tidak sampai membahayakan diri sendiri. Karena terlalu banyak tidur justru berdampak buruk bagi kesehatan tubuh seperti halnya terlalu banyak makan. Dengan menyedikitkan tidur pun kita akan memiliki banyak waktu untuk belajar. Hal ini sudah tentu sangat dianjurkan dan menjadi kebiasaan untuk para santri tapi belum tentu bisa dipraktekan bagi orang biasa.

Yang kesepuluh serta yang terakhir ialah meninggalkan pergaulan yang menyebabkan kita lalai untuk belajar. Karena dengan seringnya kita bergaul dengan orang-orang yang tidak tepat, sifat kita akan meniru mereka tanpa kita sadari. Solusinya ialah ketika kita ingin berkumpul atau berteman dengan seseorang, maka pilihlah orang-orang yang tepat, saleh serta berakhlakul karimah. Bukankah kita harus berteman dengan semua orang? Benar, tapi selektif lah dalam menentukan teman. Bergaulah dengan mereka yang bisa menularkan kebaikan kepada dirimu. Bukankah kualitas seseorang dilihat dari kualitas seorang yang menjadi temannya.

Demikian sepuluh poin yang harus diamalkan oleh seorang santri sebagai pencari ilmu. Dengannya diharapkan agar santri tersebut bisa menjadi petunjuk kelak ketika ia telah terjun ke masyarakat.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari