Sumber: http://maxgala.com/2017/08/fatima-al-fihri-founder-of-the-oldest-university-in-the-world/

Perempuan dan pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, sosok ibu adalah sebagai madrasatu ula atau pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Seorang perempuan juga ternyata mampu mendirikan pusat pendidikan pertama di dunia. Ada yang mengaggap al Azhar adalah yang pertama. Namun sebenarnya ada yang lebih tua dari al Azhar. Uniknya pendirinya adalah seorang perempuan bernama Fatimah al Fihri, putri dari Muhammad Fihri saudagar kaya nan sukses dari kota Tunisia yang kemudian berimigrasi ke Fes, Maroko.

Pada awal abad ke 9 Muhammad al Fihri, seorang pengusaha sukses di Kota Qayrawan atau saat ini dikenal sebagai Tunisia bermigrasi ke Fes, Maroko pada masa pemerintahan Raja Idris II. Fez dikenal sebagai kota metropolitan dengan penduduk “Muslim Barat” di negeri yang dikenal dengan sebutan al Maghrib (meliputi Maroko, Tunisia, Libya, Aljazair, dan Mauritania). Namun kini nama al Maghrib mengacu pada Maroko, sebuah negara monarki di pojok barat utara benua Afrika.

Fatiamah al Fihri lahir di Tunisia pada tahun 800 M, ia merupakan sosok perempuan keturunan bangsawan, kaya dan memiliki strata sosial yang tinggi. Selain Fatimah, Muhammad Fihri memiliki putri bernama Maryam. Keduanya menorehkan sejarah yang baik. Fatimah dan Maryam memiliki visi, misi, dan semangat yang sama, yakni memajuan masyarakat di kota tersebut. Keduanya menyadari akan pentingnya menjaga pengetahuan Islam dan mengembangkan intelektual masyarakat setempat. Tahap awal yang dilakukan oleh dua saudari tersebut adalah dengan membentuk komunitas studi.

Keluarga Muhammad al Fihri dikenal sebagai saudagar kaya dan mengedepankan agama. Hal itu tertanam dalam diri Fatimah dan Maryam. Sepeninggal ayahnya, kedua perputrinya mendapatkan harta waris yang cukup banyak. Kendati demikian kedua saudara tersebut memilih mewakafkan hartanya untuk pembangaunan masjid. Maryam membangun masijid Andalus dan Fatimah membangun masjid al Qarawiyyin (al Karaouine). Keduanya mengharap agar harta orang tuanya senantiasa bermanfaat dan pahalanya dapat mengalir.

Fatimah memilih untuk membangun masjid, yang dinamakan al Qarawiyyin (terkenal juga dengan julukan Masjid Jami’ asy Syurafa’). Sementara Maryam membangun masjid al Andalus, di Spanyol. Dua masjid ini kemudian bertransformasi menjadi universitas, yang kelak menjadi kiblat dunia pendidikan modern.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ramadhan 245 H/859 M. Fatimah mendirikan masjid al Qarawiyyin, tidak hanya mendirikan Fatimah juga ikut andil dalam pemilihan lokasi yang strategis sampai dengan arsitektur bangunanya. Fatimah memberikan seluruh hartanya untuk pembangunan masjid tersebut. Selain itu Fatimah juga berpuasa selama pembangunan masjid berlangsung, sebagai bentuk tirakatnya demi suksesnya pembangunan. Pembangunan berlangsung selama dua tahun, tepatnya dari 859-861. Pada tahun 861 masjid megah al Qarawiyyin berdiri dengan tegak dan beroprasi.

Dalam buku catatan Guinnes World Records pada tahun 1998 Universitas Al-Qarawiyyin ditempatkan sebagai universitas pertama dan tertua di dunia yang menawarkan beasiswa derajat. Pada mulanya al Qarawiyyin melakuakan aktivitas diskusi yang dilaksanakan di sekitar masjid. Selain menjadi tempat ibadah masjid al Qarawiyyin digunakan sebagai tempat untuk membahas pengembangan politik.

Materi yang diajarkan dan dibahas dalam diskusi beragam, bukan hanya prihal agama seperti studi Al Quran dan fikih, tetapi juga mengajarkan tata bahasa, logika, kedokteran, matematika, astronomi, kimia, sejarah, musik, dan geografi. Universitas ini juga dianggap berhasil mengumpulkan risalah penting kompilasi naskah yang disimpan di perpustakaan yang didirikan oleh Dinasti Sultan Abu Marinid, penguasa Annan. Beberapa risalah antara lain Mutta Malik yang ditulis tahun 795 M, Ishaq bin Siraq yang ditulis pada 883 M dan salinan kitab suci A Quran yang dihadiahkan Sultan Ahmed al Mansur ad Dhahabi ke universitas tersebut pada tahun 1602.

Universitas al Qarawiyyin dianggap sebagai pusat intelektual utama di Mediterania. Reputasi yang sangat baik bahkan menyebabkan tokoh Gerber dari Auvergne ikut menjadi mahasiswa Universitas Masjid al Qawariyyin. Gerber kemudian menjadi Paus Silvester II dan kemudian memperkenalkan angka Arab dan angka nol ke seluruh Eropa. Universitas al Qawariyyin terus berkembang meluas, tanpa ada diskriminasi. Selian dari kalangan muslim, terdapat banyak pelajar atau mahasiswa  beragama Yahudi dan Kristen mengenyam pendidikan di Universitas al Qarawayyin.

Universitas al Qarawayyin meluluskan banyak sosok pemikir dan ilmuwan Muslim terkemuka. Beberapa di antaranya yaitu Abu Abullah as Sati, Abu al Abbas al Zawawi, Ibnu Rashid as Sabti (wafat 1321 M), Ibnu al Haj al Fasi (wafat 1336 M), Abu Madhab al Fas, Ibn al ‘Arabi (wafat 1240), Ibnu Khaldun (wafat 1395), Ibnu al Khatib, Alpetragius (al Bitruji), Ibnu Harazim, Allal al Fassi, Leo Africanus, Abd el Karim el Khattabi, Maimonides (Ibnu Maimun), Muhammad Taqiyuddin al Hilali, Abdullah al Ghumari, dan banyak ilmuwan lain.

Fatimah al Fahri meninggal pada tahun 880 M, di usianya yang mencapai 80 tahun. Fatimah dapat memberikan pengaruh kuat terhadap peradaaban Islam, bahkan dunia. Keberhasilannya dalam menjaga pengetahuan Islam dan mengembangkan intelektual pada masanya membawa pengaruh kuat hingga saat ini. Dari sosok muslimah yang hebat inilah semoga mampu menjadi insirasi bagi setiap pembaca. Wallahu a’lam bis sowab.


*Disarikan dari berbagai sumber oleh Nazhatuz Zamani