
Benarkah ada kalimat-kalimat yang tak pernah lekang oleh zaman? Kata-kata yang semakin dipelajari mengandung banyak makna? Kalimat dari rangkaian kata itu bukan hanya sekadar bacaan semata, tetapi menjadi petunjuk hidup dari Sang Maha Menghidupkan. Itulah Al-Qur’an. Mukjizat Rasululllah Saw.
Menghafalkan Al-Qur’an adalah hal yang mulia, dan tidak semua orang mampu untuk melakukannya. Di balik setiap hafalan yang lancar, pasti ada perjuangan sunyi tengah malam yang diringi dengan linangan air mata dan pertarungan batin antara semangat, lelah, ingin berhenti, atau masih tetap lanjut menghafalkan Al-Qur’an.
Baca Juga: Menghafal Al-Quran dengan Lauh ala Maroko
Lantas, apa sih sebenarnya yang membuat kita mampu dan semangat untuk menghafalkan Al-Qur’an? Dan mengapa banyak dari kita yang ingin menyerah dipertengahan jalan? Berbagai faktorpun akan menjadi jawabanya sebagai penentu keberhasilan atau kegalalan dalam perjalanan panjang yang penuh dengan kemuliaan.
قال رسول الله ﷺ
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَتَعَلَّمَهُ وَعَمِلَ بِهِ، أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِي بُيُوتِ الدُّنْيَا، فَلَوْ كَانَ فِيكُمْ مَا بَقِيَتْ الدُّنْيَا، فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِي عَمِلَ بِهَذَا )رواه أبو داود والحاكم(
Artinya: “Barang siapa membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka kedua orang tuanya akan dipakaikan mahkota pada hari kiamat, yang sinarnya lebih baik daripada sinar matahari di rumah-rumah dunia. Maka bagaimana menurut kalian dengan orang yang mengamalkannya sendiri?” (HR. Abu Dawud dan Hakim)
Hadits ini memberikan pemahaman bahwa keutamaan terbesar tidak hanya kepada orang yang menghafalkan Al-Qur’an tetapi juga yang mampu mengimplementasikan ajarannya. Ini menegaskan bahwasanya tujuan tertinggi dari menghafalkan Al-Qur’an untuk diamalkan bukan hanya sekedar popularitas semata.
Dalam hadits ini kedudukan keduaorang tua dari seorang anak yang membaca, mempelajari, dan mampu mengamalkan kandungan Al-Qur’an akan di anugerahi mahkota cahaya pada hari kiamat. Hadiah ini akan tetap diberikan sekalipun orang tua tersebut tidak mengahafalkan Al-Qur’an, karena sebagai ganjaran tasa peran meraka dalam mendidik dan mengajarkan anaknya menjadi Ahlul Qur’an.
Baca Juga: Petikan Nasihat Kiai Adlan Aly Bagi yang Hendak Menghafal Al Quran
Adapun Faktor Pendukung dalam Menghafalkan Al-Qur’an sebagai berikut:
- Menata niat dan hati agar kita selalu mengharap rida Allah dalam menghafalkan kalam-Nya. Hal ini bisa membuat hati kita menjadi tenang dan Insya Allah adanya keberkahan dan pahala dalam menghafalkan Al-Qur’an. Harus banyak berdoa dan bertawakal kepada Allah supaya hafalan kita dipermudah oleh-Nya.
- Termasuk faktor internal, dukungan dari orang tua, karena berkat doa dan restu dari orang tua yang menjadikan hafalan dan kegiatan-kegiatan kita bersama Al-Qur’an Insya Allah akan berjalan dengan lancar.
- Kita juga memerlukan juga dukungan dari diri sendiri, karena diri sendiri adalah motivator terbaik. Terkadang, kita memang membutuhkan dukungan dari orang tua atau bahkan guru dan teman, namun tetap saja dukungan dari diri kita sendiri adalah yang terbaik. Menata niat lagi dan ketika jatuh atau sedang difase malas menghafal dan malas murojaah, maka diri kita sendirilah yang harus bangun dan merajut lagi benang-benang yang telah kusut.
- Dukungan dari keluarga dan teman. Bisa direalisasikan bahwa ini adalah faktor eksternal. Dalam dukungan mereka ini, kita bebas mau menerima atau tidak kritikan dan saran atau support dari mereka. Karena faktanya tidak sedikit dari kita yang merasa bahwa ternyata ada keluarga yang dalam ucapannya mendukung tetapi itu sebenarnya kalimat-kalimat yang menjatuhkan. Serta ada juga teman yang selalu memberikan validasi basi, sehingga ada pilah dan pilih dalam menerima kritik dan saran ataupun support dari mereka. Dampaknya akan merayap ke faktor penghambat.
- Peran guru sangatlah besar, karena beliaulah yang selalu mengerti dan paham akan bagaimana kondisi hafalan kita. Oleh karena itu, dalam majelis setoran dianjurkan adanya evaluasi setiap akhir bulan. Gunanya untuk memberikan motivasi kepada kita agar lebih semangat lagi dalam mengaji, jadi tidak hanya menghafalkan saja tapi juga butuh penjagaan dalam mengahafalkan Al-Qur’an.
Faktor Penghambat dalam Menghafalkan Al-Qur’an:
- Permasalahan atau penghambatnya adalah banyak pikiran yang seharusnya tidak perlu untuk kitapikirkan. Memang seringkali pikiran seperti itu bermunculan dan menjadi bercabang-cabang pemikiran, namun sebisa mungkin kita harus menepis dan berusaha untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
- Lingkungan juga mempengaruhi bagaimana keadaan hafalan kita. Jika berada di lingkungan yang tidak hanya menghafal tetapi juga sering dan selalu istiqomah dalam mengaji, maka kita pun tergerak untuk melakukannya. Namun ketika kita berada dilingkungan yang hanya menghafalkan saja, maka yang terjadi adalah kita malas untuk murojaah dan hafalan hilang begitu saja. Karena seorang penghafal Al-Qur’an seharusnya kita lebih fokus pada kualitas dalam menjaga hafalan Al-Qur’an bukan hanya berfokus kepada kuantitas.
- Adanya kegiatan yang padat. Oleh karena itu kita dituntut untuk bisa mengatur dan membagi waktu sebaik mungkin, karena waktu tidak bisa terulang kembali. Kita yang mengatur waktu dan bukan waktu yang mengatur kita. Namun terkadang kita tidak tau rencana dari sebaik-baik perencana. Kita hanya merencanakan dan Allah yang telah menentukan.
- Minimnya bimbingan dari guru. Tanpa bimbingan dari beliau, tidak menutup kemungkinan bahwa hafalan tidak efektif dan akan berdampak kepada target hafalan yang telah kita rencanakan.
- Tidak disiplin dan konsistensi. Hal ini disebabkan karena kita sering menunda hafalan atau jarang untuk muroja’ah sehingga hafalan akan cepat hilang.
- Menjalani pola hidup yang tidak sehat. Seperti berlebihan dalam mengkonsumi makanan. Jika perut terlalu kenyang, maka akan menjadikan malas dan mengantuk untuk menghafalkan Al-Quran. Oleh karena itu santri harus terbiasa istiqomah puasa senin-kamis misalnya. Tidur yang kurang teratur juga berdampak pada daya ingat dan konsentrasi.
- Terkikisnya niat dan keikhlasan. Maka dari itu sebisa mungkin setiap hari kita harus menata niat dan hati kita untuk menghafalkan Al-Qur’an hanya karena allah bukan karena hal-hal yang lain.
Baca Juga: Menghafal Al-Qur’an Sendiri, Boleh atau Tidak?
Menghafalkan Al-Qur’an memang tidaklah mudah, penuh tantangan dan rintangan. Maka tidak sedikit dari kita yang ingin menyerah, namun ini bukan tentang perjalanan dan perjuangan yang sia-sia, Allah S.W.T telah menyiapkan ganjaran yang mulia bagi siapa saja yang tetap bertahan dan berjuang untuk menghafalkan dan mengamalkan kalam-Nya.
Dari berbagai faktor yang telah dijelaskan, dapat kita pahami bawa proses yang sangat mulia ini harus benar-benar mutlak karena Allah bukan karena hal duniawi. Adapun faktor penghambat, seharusnya kita dapat mengatasi dan mencari strategi yang tepat untuk semangat lagi dalam menghafalkan Al-Qur’an.
Penulis: Nabila Rahayu
Editor: Rara Zarary