Oleh: Silmi Adawiya*
Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari diakui sebagai ulama yang mahir dalam keilmuan Hadis. Beliau pernah belajar langsung dari seorang ahli Hadis, yaitu Syaikh Mahfudz at-Tarmasi, penulis kitab Manhaj Dzawin Nadhar. Pada abad ke-19, Syaikh Mahfudz at-Tarmasi merupakan mata rantai terakhir yang memiliki sanad kitab Shahih al-Bukhari.
Dalam silsilah sanad kitab hadis tersebut, beliau berada pada rantai sanad ke-19. Salah satu muridnya yang juga ahli dalam ilmu Hadis adalah Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, yang hampir seluruh sanad keilmuan Hadisnya diperoleh dari Syaikh Mahfudz at-Tarmasi. Oleh karena itu pesantren yang didirikan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, berkembang menjadi lembaga pendidikan Agama yang fokus pada kajian hadis-hadis Nabi.
Sejak saat itu, Pesantren Tebuireng dipandang sebagai pusat kajian ilmu Hadis di Nusantara oleh para santri dan kiai. Hingga kini, kajian kitab Bukhari dan Muslim masih terus berlangsung setiap bulan Ramadan.
Ilmu Hadis membantu umat Islam memahami ajaran Islam yang otentik dan sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad Saw., dengan mempelajari kriteria dan metode penelitian Hadis, umat Islam dapat membedakan hadis-hadis yang shahih dari yang tidak shahih. Hal ini penting karena hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an, dan pemahaman yang tepat tentangnya sangat krusial dalam praktik keagamaan. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hasyr ayat 7:
وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah.” (Q.S Al-Hasyr[59]:7).
Ilmu Hadis juga berperan dalam merespon tantangan modern yang dihadapi umat Islam. Dengan adanya pemikiran modern yang kritis terhadap otoritas Hadis, para ulama dan cendekiawan Muslim berupaya menyesuaikan pemahaman mereka tentang Hadis dengan konteks sosial dan budaya saat ini.
Ini menciptakan dinamika dalam studi ilmu Hadis, di mana terjadi perdebatan mengenai otoritas dan otentisitas hadis yang relevan dengan realitas kehidupan umat Islam modern. Yang mana di era media sosial dan internet, informasi dapat disebarluaskan dengan mudah, termasuk informasi yang tidak akurat tentang ajaran Islam. Ilmu Hadis berperan dalam mencegah penyebaran informasi palsu dengan menyediakan metode untuk mengevaluasi keaslian dan kebenaran hadis. Ini membantu menjaga integritas ajaran Islam di tengah arus informasi yang cepat dan sering kali tidak terverifikasi.
Oleh karena itu, elok rasanya jika evolusi Pondok Pesantren Tebuireng Jombang adalah merajut kembali pendalaman samudera ilmu Hadis, tidak hanya pada bulan-bulan tertentu, melainkan pendampingan ilmu hadis yang berkelanjutan dimulai dari materi dasar hingga seterusnya.
Pendampingan pembelajaran ilmu Hadis diberikan pada segenap santri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang guna memberikan pemahamana hadis dan ilmu hadis yang dasar dan intensif. Sehingga output dari Pondok Pesantren Tebuireng Jombang adalah santri yang terintegrasi ilmu Hadis dan keilmuan bidang tertentu. Tentu ini akan menjadi corak santri Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, yang dikenal sebagai pesantren yang memiliki kekuatan di bidang pengkajian ilmu hadis.
Integrasi ilmu hadis dengan keilmuan bidang tertentu bertujuan untuk menghilangkan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Pendekatan ini mengakui bahwa kedua jenis ilmu tersebut saling melengkapi dan bisa memberikan kontribusi satu sama lain. Sebagai contoh, ilmu Hadis dapat diperkuat dengan metode penelitian ilmiah untuk menilai keabsahan dan relevansi Hadis dalam konteks modern.
Integrasi keilmuan yang demikian diperlukan oleh segenap santri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dalam konteks pendidikan, khususnya di perguruan tinggi Islam. Dengan memadukan ilmu agama dan ilmu umum, santri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang diajarkan untuk berpikir secara kritis dan menyeluruh, sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuan mereka di dunia nyata tanpa terbelenggu oleh pemisahan yang kaku antara kedua bidang ilmu tersebut.
Secara keseluruhan, integrasi ilmu hadis dengan keilmuan lainnya tidak hanya memperkaya pemahaman terhadap Hadis itu sendiri, tetapi juga menciptakan jembatan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Hal ini penting untuk menghasilkan pemikiran yang lebih inklusif dan relevan dalam menghadapi tantangan santri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang di zaman modern.
Dengan memiliki kapasitas ilmu Hadis yang cukup, santri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang akan mengerti makna dan arti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad, sehingga tidak asal-asalan mengikuti petuah yang disampaikan oleh beberapa pihak di luaran pesantren.
*Alumnus Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah.