sumber gambar: www.google.com

Sebagai makhluk yang tidak luput dari kesalahan dan dosa, sering kali manusia melakukan dosa baik disengaja atau tidak. Meskipun begitu, manusia juga mempunyai kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri, sehingga menjadi lebih baik. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S At-Tahrim 8:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ يَوْمَ لَا يُخْزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَٰنِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَٱغْفِرْ لَنَآ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ      

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Taubat merupakan pengakuan seorang hamba atas dosa yang telah diperbuat dan berniat memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk bertaubat, diantaranya adalah merasa berbuat salah dan berbuat dosa. Sehingga timbul perasaan ingin bertaubat di dalam dirinya dan kembali ke jalan yang benar. Dalam Prosesnya, seseorang yang bertaubat memiliki 4 tingkatan.

Pertama, orang yang bertaubat sampai akhir hayat. Ia menjaga dirinya dari segala macam dosa dan tidak akan melakukan kesalahan yang serupa. Ia selalu meminta ampun dan mengambil pelajaran atas dosa-dosa yang ia lakukan, kecuali dosa-dosa kecil yang tidak dapat ia hindari. Bertaubat sampai akhir hayat adalah tingakatan taubat paling istimewa.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kedua, orang yang bertaubat secara istikamah (terus-menerus) dalam melakukan amal-amal yang utama sembari menjaga diri agar terhindar dari dosa besar. Bisa dikatakan ia sudah bertaubat, tetapi belum mampu melepas dosanya. Setiap kali melakukan kesalahan, maka akan timbul rasa bersalah dan penyesalan dihatinya. Orang yang berada ditingkatan ini disebut an-nafsu lawwamah, yaitu jiwa yang senantiasa mencela dirinya karena telah melakukan perbuatan tercela yang dilakukannya. Seperti didalam Firman Allah SWT Q.S An-Najm : 32. Allah memberikan janji bagi mereka, kebaikan yang berlipat-lipat.

Ketiga, orang yang bertaubat dengan istikamah selama beberapa waktu, tetapi kembali lagi pada nafsu syahwatnya untuk melakukan dosa atau orang yang bertaubat disaat tertentu. Orang yang berada ditingkatan ini masih tekun melakukan amal-amal saleh dan mampu meninggalkan beberapa dosa, meskipun ia ingin melakukannya.

Keempat, orang yang bertaubat dan sempat istikamah, tetepi kemudian kembali lagi melakukan berbagai dosa dan kemaksiatan tanpa menyertainya dengan taubat. Orang yang berada ditingkatan ini sangat lekat dengan dosa. Orang yang seperti ini biasanya lupa dengan taubatnya, serta sama sekali tidak memiliki rasa penyesalan atas perbuatan dosanya. Maka dari itu, ia tidak memiliki keinginan untuk bertaubat.

Itulah 4 tingkatan taubat. Dosa-dosa yang kita lakukan akan mendapat balasan di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagai manusia yang masih sering melakukan kesalahan, sudah sepantasnya kita mengambil kesempatan yang diberikan dan kembali ke jalan Allah SWT.

*Sumber buku: Mukjizat Taubat (2010:42)

**Ditulis ulang oleh Zulfikri, Mahasiswa Unhasy Jombang.