
Pernahkah kamu merasa bahwa sebaik apa pun dirimu, dunia selalu menemukan cara untuk menyalahkanmu? Pernahkah kamu berdiri di tengah lingkaran pergaulan, melihat sekeliling, dan sadar bahwa kamu adalah orang yang selalu dipinggirkan? Bukan karena kamu salah, bukan karena kamu jahat, tetapi karena mereka butuh seseorang untuk disalahkan dan entah kenapa, itu selalu kamu.
Rasanya seperti menjerit dalam diam. Kamu ingin membela diri, tetapi suara mereka lebih nyaring. Kamu ingin menjelaskan, tetapi bahkan ketika kebenaran ada di pihakmu, kamu tetap dianggap bersalah. Lebih menyakitkan lagi, kamu bukan orang yang tega membalas mereka dengan cara yang sama. Kamu memilih diam, memilih tersenyum meski hatimu hancur. Kamu memilih memahami meski tak pernah dipahami.
Dunia sering kali tidak berpihak pada mereka yang berani menyuarakan hatinya. Orang-orang baik justru sering menjadi target empuk. Mereka tahu kamu akan melawan, mereka tahu kamu tidak akan mengalah, jadi mereka terus mendorongmu ke sudut sampai kamu tak lagi punya ruang untuk bernapas.
Baca Juga: Terapkan 6 Filosofi Ini Agar Hidupmu Bernilai
Rasanya tidak adil, bukan? Kamu hanya ingin melakukan yang benar, tetapi justru kebenaranmu yang menjadi alasan mereka menyalahkanmu. Kamu mengingatkan mereka untuk kebaikan, tapi malah dianggap sok suci. Kamu berusaha membantu, tapi malah dicurigai punya maksud tersembunyi. Lama-lama, kamu mulai bertanya: “Apa aku salah telah menjadi seperti ini?”
Kamu tidak salah. Kamu tidak pernah salah karena memilih untuk tetap baik, meskipun dunia memperlakukanmu sebaliknya. Tetapi menjadi baik bukan berarti membiarkan dirimu terus diinjak. Tidak ada yang salah dengan hati yang lembut, tetapi kamu juga harus memiliki batasan.
° Jangan biarkan mereka menentukan nilai dirimu, orang lain bisa menilaimu apa saja sok baik, lemah, atau bahkan pura-pura suci. Tetapi mereka bukan cermin yang menentukan siapa dirimu sebenarnya. Kamu yang tahu hatimu, kamu yang tahu niatmu. Jangan biarkan mereka merusak itu.
° Tidak semua hal perlu dijelaskan terkadang, semakin kamu mencoba menjelaskan, semakin mereka berusaha menyalahkanmu. Bukan karena mereka tidak mengerti, tetapi karena mereka tidak mau mengerti. Tidak apa-apa. Tidak semua orang pantas mendapat penjelasan darimu.
° Pilih lingkungan yang lebih menghargaimu karena apa?? Kamu bukan pohon yang harus bertahan di tanah yang membuatmu layu. Jika lingkunganmu selalu menyalahkanmu, selalu membuatmu merasa sendirian, carilah tempat di mana kamu dihargai. Ada orang-orang yang bisa melihat hatimu apa adanya mereka yang akan menerimamu tanpa perlu kau ubah dirimu.
° Berhenti menyakiti diri sendiri dengan memikirkan pendapat mereka karena terkadang, yang paling menyakiti kita bukan kata-kata mereka, tetapi bagaimana kita terus mengulanginya di kepala. Berhenti memberi mereka ruang dalam pikiranmu. Berhenti menyiksa dirimu dengan mempertanyakan apakah kamu cukup baik. Kamu sudah cukup. Kamu selalu cukup.
Kamu hanya punya dua pilihan: terus membiarkan mereka menyakitimu atau mulai berdiri untuk dirimu sendiri. Kamu tidak harus berubah menjadi jahat, tetapi kamu juga tidak harus selalu mengalah. Kebaikan yang sejati bukanlah yang membiarkan diri diinjak, tetapi yang tahu kapan harus berkata, “Cukup”.
Baca Juga: Mengubah Perspektif tentang Masalah
Jangan berhenti menjadi baik. Tapi jangan biarkan kebaikanmu menjadi alasan orang lain meremehkanmu. Kamu berharga. Kamu pantas untuk diperlakukan dengan baik. Jika mereka tidak bisa melihat itu, maka merekalah yang seharusnya pergi, bukan kamu.
Dan jika kamu membaca ini dengan air mata yang hampir jatuh, aku ingin kamu tahu: kamu tidak sendirian. Ada banyak orang yang merasakan hal yang sama. Kamu tidak sendirian, dan kamu tidak harus menghadapi ini sendirian.
Penulis: Albii