tebuireng.online—Pembahasan Lima Nilai Dasar Pesantren Tebuireng dalam Diklat Kader Pesantren Tebuireng telah sampai pada nilai yang keempat, Kerja Keras. Pagi tadi (05/10/2016) materi itu disampaikan oleh Pembantu (Wakil) Rektor Universitas Islam Darussalam (UNIDA) Gontor, Dr. KH. Dihyatun Masqon di Gedung Diklat Jombok Ngoro Jombang.
Dr. Dihyah mengatakan bahwa kunci dari segala kesuksesan adalah gerakan. “The Sceret of life and essence of it is movement (rahasia dan esensi kehidupan adalah gerakan). Dan kerja keras adalah buah dari gerakan,” terang beliau dengan meggebu-gebu. Menurut beliau untuk mendapatkan buah dari gerakan harus didahului oleh tiga hal, niat yang keras, kerja yang keras, dan doa yang keras. “Sukses itu bukan kerena kecerdasan, melainkan karena gerakan,” tambah pria yang pernah tinggal di India empat tahun tersebut.
Dengan menggunakan tiga bahasa, Inggris, Arab, dan Indonesia, secara selang berganti, Dr. Dihyah menerangkan bahwa kemauan yang kuat itu dilandaskan pada dua hal, yaitu azimah (kemauan yang kuat) dan tawakkul (tawakal kepada Allah SWT). Dua hal tersebut, lanjut beliau, dapat menghasilkan al maharah (kemampuan) dan as syaja’ah (keberanian). “Semua itu, ghayah-nya atau objeknya adalah Ridho Allah, kalau tujuannya adalah Allah, maka apa yang ada sebelumnya telah terlewati dan lebih mudah dicapai,” kata beliau.
Movement atau gerakan, jelas Dr. Dihyah, meliputi tiga aspek, yaitu olah hati yang berorientasi pada intuisi dan wahyu, olah pikir yang menggerakkan otak untuk mengembangkan intelektualitas dengan intelegensi yang dimiliki, dan olah raga, menggerakkan badan secara fisik untuk melatih ketahanan diri dan bersemangat dalam bergerak. Ketika tiga hal tersebut dapat dijalankan dengan baik akan menimbulkan olah rasa, atau dalam bahasa agama disebut dengan hikmah atau wisdom.
Pesantren menurut Dr. Dihyah adalah buah dari kerja keras kiai. Kiai memiliki kualifikasi yang ketat untuk dapat mendirikan pesantren, diantaranya memiliki akhlak yang mulia, alim, memiliki tekad yang kuat, tegas, bijaksana, berdikari, dermawan, jujur, sabar, ikhlas, tanggungjawab, menjadi uswah hasanah, tabligh, cerdas, amanah, berintegritas, bersifat kepahlawanan, dapat memenej, disiplin, penuh kasih sayang, rendah hati, percaya diri, dan berbagai sifat positif lain yang mendukung kerja kerasnya dalam mendirikan dan mengelola pesantren.
Di dalam pesantren, lanjut beliau, ada empat komponen utama, yaitu kiai, santri, asrama, dan masjid. Perbedaan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya menurut beliau terletak pada kiai yang lebih siap menunggu santri, sedangkan sekolah non pesantren, guru yang membutuhkan murid. Beliau memberikan kesimpulan bahwa kerja keras harus didasari dengan niat yang kuat, semangat mencari (ilmu, kemampuan, dan attitude), dapat mengaplikasikan apa yang telah diniatkan dan dicari, sehingga harakah (gerakan) bisa menjadi berkah (tambahnya kebaikan). (Abror)