sumber gambar: google.com

Oleh: Wan Nurlaila Putri*

Bintang bertaburan di langit. Cahaya rembulan yang menerangi, membuat Salma dan Binta menikmati malam yang sunyi dengan penuh kedamaian. Salma dan Binta adalah salah satu santri yang terkenal dengan tirakat dan rajin. Setiap malam meraka selalu mengaji dan mengulangi hafalan. Ketika orang tertidur mereka masih mengaji, dan ketika orang terbangun pun mereka berdua sudah bangun dan sudah mengaji.

Ketekunan merka berdua diakui oleh santri seantreo pondok sehingga tak heran jika mereka selalu menempati prestasi yang bagus dalam bidang hafalan Al Qur’annya. Hal itu juga diakui oleh para ustadz dan ustadzah yang membimbing mereka.

Di trotoar kamar huffadz, mereka berdua terlihat asyik berbincang, tentu tak luput ada mushaf di tangan mereka berdua.

“Loh ndak tidur ta mbak-mbak? Besok pagi waktunya setoran loh ya.” Tegur ustadzah Mai saat melalui jalan dan menemukan mereka masih berbincang di jam yang sudah menunjukkan angka 23.45 Wib.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Hehehe nggeh ustadzah May, habis ini kita tidur ini lagi bahas makalah.” ucap Binta dengan senyum khasnya.

“Owalah iya wes jangan rame-rame ya, biar tidak mengganggu yang sudah istirahat.” Pesannya lalu melangkah ke arah kantor pengurus.  

“Eh Bin aku mau cerita, tapi jangan bilang siapa-siapa ya?” ucap Salma menutup mulutnya sebagai tanda bahwa apa yang akan dia ceritakan adalah sebuah rahasia. Binta terlihat mengangguk.

“Aku sedih sebenernya Bin, sedih banget makanya aku tidak bisa tidur.” Ucap Salma yang disusul dengan air matanya yang cukup lebat.

“Ada apa sih? To the point.” Binta meminta tak sabar.

“Aku kok selalu gagal ya dalam hal percintaan?” mata Binta terbelalak, ia sedikit ketawa tapi berusaha menjaga perasaan temannya.

“Ya Allah kukira apaaaaaaa.” Binta menggelengkan kepalanya.

“Ya kan wajar aja sih, Bin. Kayak kamu gak tahu soal dunia percintaan aja.”

“Emang gimana sih? Kamu putus lagi? atau gimana mau putus kalau gak pernah ditembak?” gelak Binta memecah keheningan malam.

“Hushhhh!!! Diem. Nanti ditakzir loh ramai banget sih kamu.” Salma menutup mulut Binta.

Binta terdiam, dan Salma malah kebingungan.

“Kamu kenapa?” Salma membuyarkan lamunan Binta.

“Sama aja sih Sal. Aku kok juga begitu ya. Gagal terus soal itu. hm… kalau lihat orang lain kok ya lancar-lancar ae…” mereka berdua saling menatap atap teras komplek. Sesekali melempar pandangan ke langit. Lalu terdengar saling menghembuskan nafas, sepertinya mereka cukup senasib.

“Yaudah yuk tidur. Besok kita harus bangun sebelum Subuh siapin setoran. Uwis kayak gini pikir keri.” Ajak Binta menarik tangan Salma yang masih menatap langit malam itu.

*****

Bel Tahajud berbunyi 

Binta dan Salma bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat tahajud berjamaah, seperti biasa mau tidur telat pun mereka berdua tetap tidak pernah mengantuk itulah yang membuat santri-santri lain merasa penasaran dengan resep mereka. Namun di hari itu, entah mengapa usai sholat Subuh mereka berdua tertidur di kamar.

(seluruh santri ditunggu kehadirannya di halaman  pondok sekarang juga) pengumuman ngaji kitab pun telah terdengar dan membangunkan mereka berdua.

Mereka pun turun untuk mencari tempat duduk. Seperti biasa sambil menunggu KH. Anwar rawuh seluruh santri melantunkan nadzom amsilatu tashrifiyah yang dipimpin pengurus utama. Dan Kiai Anwar pun hadir, lalu para santri serentak berdiri dan menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan terhadap kiai.

Setelah hampir satu jam pengajian kitab berlangsung kemudian terdengarlah kalimat wallahua’alam bishowab dan kalimat ini diikuti oleh seluruh santri yang menandakan pengajian telah usai.

Sebelum menutup dengan salam, Yai mengajak para santri untuk sama-sama berdoa salah satu doanya adalah “semoga yang pacaran putus” dan serentak seluruh santri mengaminkan doa yang beliau ucapkan. Beberapa santri tertawa kecil, lainnya berbincang gemuruh entah apa yang dikatakan atas respon doa yai.

Setelah beliau telah meninggalkan halaman pondok, seluruh santri pun bubar dan melakukan kegiatanya masing masing. Tapi tidak dengan Binta dan Salma.

“Sal, Sal…” teriak Binta sambil menarik tangan Salma.

“Lapo sih Bin?” Tanya Salma.

Sek, sek Sal, lungguh sek, iki penting banget.”

“Onok opo sih Bin koyok o ae awakmu.” cibir Salma.

“Awakmu sadar gak sih Sal, kenapa selama iki kisah percintaan aku, kamu dan bahkan arek-arek lain koyok, Zaha, Ragil, mbak Bibah mesti gagal? Lek gak putus, ditinggal rabi, yo dighosting.” Salma tampak tak paham dengan maksud Binta.

“Nah aku baru sadar pas iki mau kan mesti kiai selalu dungokno kita sing pacaran putus.” Ucap Binta dengan sangat serius.

“Eh iyo sumpah iyo Bin, kok isok yo. Pantes lah mesti kisah cinta e arek Sabilunnajah selalu sad ending.”

“Nah fiks banget, iki dungo ne kiai Anwar, Sal.”

“Bener sih Bin, tapi beliau selalu mengingatkan kita lek wong sing pacaran yo oleh e sing pacaran, lek wong sing gak pacaran ya oleh e sing gak pacaran sesuai firman allah lah sing apik gae sing apik, sing elek gae sing elek. Iyo kan bin?”

“Iyo benar neng Al Quran kan surat An-Nur ayat 26.” Ucap Binta.

“Sip bener Bin, hebat banget dungone beliau bener-bener manjur.” ucap Salma.

“Tapi ya Sal, lek didelok pasti roto-roto bojo ne arek-arek Sabilunnajah sing wes rabi iku pasti berhasil-berhasil kayak mbak Fatma dapat Gus, kayak mbak Rahma malah dapat Gus pondok iki, emang kita harus fokus ngabdi dan ngaji disek yo.”

“Iyo bener Bin, karna beliau selalu mendoakan kita oleh bojo sing sholeh dadi yaa iku hikmah e lek kita bener bener manut gak pacaran.” ucap Salma.

“Masyallah ya Sal, kita diasuh kiai Anwar sing bener-bener menjaga kita.” mereka berdua tersenyum.

Mereka berdua  pun beranjak dari tempat ngaji pagi itu. Keduanya kembali ke kamar dengan hati yang bungah, karna selama ini yang menjadi pertanyaan dan keheranan mereka dijawab oleh pengajian pagi tadi. Saat itu mereka sama-sama mempunyai tekad untuk tetap menjaga hati dan diri mereka hingga kelak Tuhan pertemukan dengan baik di waktu yang tepat.

*Santri Walisongo Cukir Jombang.