Cak Jahlun berdoa

Tanpa terasa sudah 28 tahun Cak Jahlun mondok, umurnya kini hampir 40 tahun. Saking asyiknya mondok, ia lupa untuk hidup berumah tangga. Tapi sebenarnya ia bukan lupa berumahtangga tapi lebih tepatnya tidak berani. Ia berfikir, sudah lama ia mondok tapi belum ada perubahan pada dirinya selain umur dan tubuhnya yang semakin tambun, otaknya tetap jahlun saja.

Walaupun begitu bukan berarti ia tdk punya ketertarikan pada lawan jenis. Sebenarnya ia sdh lama punya tambatan hati, cuma ia tidak berani untuk mengungkapkannya. Ning Ria, primadona pondok putri yang menjadi idamannya.

Paijo yang selalu memperhatikan seniornya ini merasa prihatin, sebab Cak Jahlun akhir-akhir ini kelihatan sedih dan murung. Dan yang berbeda dengan hari-hari biasanya, adalah beberapa malam terakhir ini Cak Jahlun dengan semangat selalu bangun malam dan shalat tahajjud serta berdoa sambil sesenggukan dengan waktu yang lama.

Pada suatu malam, dengan rasa penasaran Paijo membuntuti dan mengawasi gerak-gerik seniornya itu. Sambil pura-pura tidur ia menguping katika Cak Jahlun sedang memanjatkan doa. Sayup-sayup terdengar doa Cak Jahlun: “Ya Allah, Sang Maha Mengabulkan segala permintaan. Kabulkanlah permintaanku ini. Jika Ning Ria memang jodohku, dekatkanlah ia padaku. Tapi jika dia bukan jodohku, jodohkanlah ia denganku. Jika dia memang bukan jodohku, tetapkan ia menjadi jodohku. Jika dia jodoh orang lain dan bukan jodohku, putuskanlah ia dengannya dan jadikanlah ia sebagai jodohku, Amin…” Paijo dan Tuhan: “???!!!????”. (F@R)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online