Pada saat liburan pesantren, cak Jahlun pulang kampung. Saat itu ada acara hajatan tetangganya, ia termasuk tamu undangan disana. Dengan gayanya yang dibuat-buat, Ia datang dengan memakai pakaian serapi mungkin lengkap dengan serban dibahu bergaya layaknya seorang ustadz.
Singkat cerita acara baca Yasin dan Tahlil sudah selesai dipimpin oleh bapak modin kampung. Tiba-tiba mikropon disodorkan kepadanya. “Tolong di doakan ustadz” sahut bapak modin kepadanya. Akhirnya mau-tidak mau Cak Jahlun menerima sodoran mik tersebut dengan agak bingung, sebab ia tidak menyangka akan ditembak langsung seperti itu. Ia belum persiapan, tidak ada satupun hafalan doa yang nyangkut di otaknya, apalagi doa tahlil yang agak panjang. Sejurus kemudian, ia pun mendapatkan jalan keluar, ia masih ingat betul pelajaran yang diajarkan ustadz Halim kepadanya di pondok dan kebetulan hanya itu yang bisa diingatnya. Dengang lantang iapun memimpin doa “Bismillahirrahmanirrahim.. alkalaamu huwal lafdlul murokkabul mufidu bil wadl’I.. wallahu a’lam bisshowab.. al-Fatihah..” setelah acara usai salah seorang tetangganya berbicara kepadanya. “Apakah tadi itu doa baru cak?? Seumur-umur saya belum pernah mendengar doa semacam itu sebelumnya. Enak, singkat, dan bikin cepat suguhannya keluar he2..” (F@R)