Oleh: Quratul Adawiyah*

Era globalisasi yang serba teknologi niscaya berakibat pada pergeseran nilai-nilai moral dan tatanan kehidupan yang ditanamkan oleh Rasulullah Saw. Dan ini tidak bisa dipungkiri ataupun dihindari, karena tidak satupun makhluk yang mampu menghentikan kemauan dan kemajuan zaman. Sungguh, sangat memprihatinkan jika dalam kehidupan yang semakin jauh dari nilai-nilai moral agama ini tidak dibarengi dengan mengingat kepada Allah Swt. Salah satunya yaitu melalui doa. Ingat kepada Allah Swt dan mensyukuri nikmat-Nya adalah bentuk yang paling ideal untuk mempertahankan nikmat agar tidak tercabut dari muka bumi ini.

Rasulullah bersabda :

الدُّعَاءُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ

Doa adalah (laksana) pedang bagi orang mu’min.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Artinya doa adalah senjata, ketika kekuatan fisik, kekuatan inderawi sudah tidak memadai. Logikanya, adalah seseorang itu akan mencabut pedang, kalau tangan kosong tidak lagi mampu menghadapi. Seseorang akan memanjatkan doa, ketika jiwa dan raganya tidak lagi mampu menanggung atau menghadapi masalah. Makanya, dalam berdoa, idealnya tidak memakai kalimat-kalimat yang bersajak, atau kalimat-kalimat yang mengandung unsur takabur, riya’, pamer ilmu dan lain-lain, melainkan upaya untuk menghambakan diri kepada Allah Swt dengan mengakui segala bentuk kelemahan, serta mengharap dan memohon rahmat dan pertolongan kepadaNya, sebagai wujud dari kepatuhan diri kepada Rasulullah Saw. Karena di saat manusia dihadapkan pada problem yang pelik, tidak ada yang patut dilakukan kecuali doa. Problem tidak untuk dihindari, tapi harus dihadapi.

Selain ikhtiar, sempatkanlah diri untuk berdoa. Itulah sikap yang harus dilakukan oleh makhluk hidup yang berakal sehat. Seperti halnya para penghafal Al-Qur’an dan pelajar yang sudah berusaha keras menghafal dan rajin muroja’ah yang tentunya tidak ingin sekali apa yang didapat atau dihafal mudah hilang dengan sedemikian cepatnya. Oleh karena itu, ada doa khusus yang bisa dilakukan untuk menjaganya setelah berusaha keras untuk mengikat ilmu yang didapat. Yaitu ada sebuah doa dari H. MA. Saifuddin Zuhri yang tertulis dalam buku KADO dari PESANTREN yang bisa dipanjatkan sebelum mengaji atau belajar secara rutin.

Bacaan doa tersebut adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ نَوِّرْ بِالْكِتَابِ بَصَرِيْ وَاشْرَحْ بِهِ صَدْرِيْ وَاِسْتَعْمِلْ بِهِ بَدَنِيْ وأَطْلِقْ بِهِ لِسَانِيْ وَقَوِّبِهِ جَنَانِيْ وَأْسْرِعْ بِهِ فَهْمِيْ وَقَوِّبِهِ عَزْمِيْ بِحَوْلِكْ وَقُوَّتِكَ فَإِنَّهُ لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّبِكَ ياَأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

 “Yaa Allah, terangilah dengan kitab (al Qur’an) mata penglihatanku, luaskan dengannya (kitab) hatiku, amalkanlah dengan kitab badanku, lancarkanlah dengan kitab lisanku, kuatkanlah dengan kitab hatiku,cepatkanlah dengan kitab pemahamanku, kuatkanlah dengan kitab keteguhanku dengan dayaMu dan kekuatanMu. Sesungguhnya tidak daya dan kekuatan kecuali dengan (kekuatan)Mu wahai Dzat yang paling Pengasih.”

Sangat baik sekali doa di atas dirangkai dengan bait di bawah ini,

كَلاَمٌ قَدِيْمٌ لاَيُمَـــلُّ سَمــَاعُــــــــــهُ  ##  تَـنَــزَّهَ عَنْ قَــــوْلٍ وَفِـــــــعْلٍ وَنِـــيَّـــةِ

بِهِ أَشْـتَـفِيْ مِنْ كُـــلِّ دَاءٍوَنُــوْرُهُ  ## دَلِـيْلٌ لِقَلْـبِيْ عِنْدَجَهْلِيْ وَحَيْرَتِيْ

فَـيَارَبِّي مَـتِّعْــنِيْ بِسِــرِّحُــــرُوْفِـــهِ ##  وَنَــوِّرْبِهِ قَـلْبِيْ وَسَمْعِيْ وَمُقْلَتِيْ


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari