Tebuireng.online- Senin (10/02/2020) Dr. KH. Farid Zaini, Lc. M.HI hadir sebagai pembicara diskusi ilmiah “Tantangan Dakwah Pesantren di Era Milenial” yang diadakan oleh Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Beliau menyampaikan bahwa kita ini masuk generasi Z. Ada yang mengatakan mulai tahun 2010 sudah menduduki era Alfa yang sangat bergantung pada teknologi.

Hal ini berbeda dengan respon generasi Y terhadap teknologi yang cenderung mengelak.  Bahkan, mereka menganggap teknologi, handphone misalnya,  adalah wasailu alsyayathin (perantara setan). Mengapa? Karena sudut pandangnya hanya pada sisi negatifnya saja. Padahal hal-hal positif dan bermanfaat di sana cukup banyak.

“Untungnya, saya ini (Kyai Farid) dalam teori lughoh termasuk dalam syair mukhodrom. Yang masih tetap eksis sejak jaman jahiliyyah, nabi Muhammad diutus menjadi rasul, hingga Rasulullah wafat. Tokoh ternama pengarang syair-syair adalah Hassan bin Tsabit. Sebelum masuk Islam beliau selalu membuat syair hujatan kepada Nabi. Kemudian sehabis mendapat hidayah, orientasi semua syair-syair beliau untuk memuji agama Islam. Saya juga demikian, menangi (melewati) tigas era . mulai Generasi X, Y, hingga Z,” ucap Pengasuh Ponpes Al-Munawaroh Ngemplak Jombang ini.

Lanjutnya, dua hal pokok santri yakni, pertama, almutafaqqih fi aldin (memperdalam ilmu agama). Pesantren merupakan markas pengembangan keislaman, kajian keislaman harus tersedia di sana. Dan keilmuan itu harus ada pada diri setiap santri yang siap mendakwakan Islam. Oleh karena itu dakwah juga harus terus berkembang mengikuti zaman.

Berbicara soal Gen-Z yang tak terlepas dari musik, KH. Farid Zaini tidak melarang atau mengharamkan musik menjadi media dakwah. Namun tetap harus menjaga muru’ah (wibawa) pesantren harus dijaga. Baik mulai dari santri, kyai, dan apa pun yang berhubungan dengan profil pesantren.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kedua, selain tafaqquh fi al-din, imbuhnya, termasuk juga pengamalan keilmuan yang didapat di pesantren. Santri wajib mengamalkan Ilmu yang telah ditransformasikan  oleh pesantren kepadanya. Metode yang digunakan juga harus sesuai dengan zaman saat ini. Misalnya, dengan memuat konten-konten berbobot dan memperindahnya dengan youtuber skill dan sebagainya. Supaya dakwah kalangan pesantren tidak diimpit oleh pendakwah-pendakwah dengan skill promosi yang baik tapi tidak berbobot.

Pewarta: Yuniar Indra