Suasana diskusi di Dalem Kesepuhan Tebuireng bersama dua profesor dari King's College, Selasa (26/07/2016)
Suasana diskusi di Dalem Kesepuhan Tebuireng bersama dua profesor dari King’s College, Selasa (26/07/2016)

tebuireng.online– Selasa (26/07/2016) tamu dari  King’s College Amerika Serikat yaitu Prof. Dr. Anthony Bradley dan Prof. Dr. Robert Dwight Carle melanjutkan agenda acara di Tebuireng. Sekitar pukul 8.30 WIB mereka berdiskusi bersama pengasuh dan seluruh pimpinan unit dan pondok di Dalem Kesepuhan. Dalam diskusi ini Prof Dr. KH. Abdul Halim Mahfudz bertindak sebagai alih bahasa.

Diskusi di awali oleh pengantar yang disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng Dr. Ir. KH. Salahiddin Wahid yang berisi ulasan tentang relasi dan perbandingan dua kutub yang berbeda, Islam dan Kristen. Selain itu beliau juga menyampaikan pengenalan proses dan seluk-beluk pembangunan Pesantren Tebuireng.

Prof Robert lebih mengulas soal kesamaan antara Islam khususnya NU dan Katolik-Kristen dalam Hak Asasi Manusia (human rights). Islam dan Kristen berjalan paralel sejak zaman Plato, Aristoteles dan seterusnya, mengenai human rights.

“Prof. Robert mengajar kristen dan Islam, tapi beliau mengategorikan dirinya sebagai pengajar Islam yang amatir karena tidak pernah sekolah mengenai Islam,” tutur alih bahasa menerjemahkan ulasan Prof. Robert. Hal yang mengesankan bagi Prof Robert di Tebuireng adalah pengajaran ilmu pengetahuan dan keimanan atau moralitas secara bersamaan. “My research about studying, the fact that society cannot thrive without religion”, ujar Prof. Anthony menambahkan.

Berlanjut pada sesi pertanyaan. Ada yang menyoalkan tentang keadaan muslim di Amerika yang notabene minoritas dan masalah sedikitnya kuantitas pelajaran agama di setiap lembaga pendidikan menengah pertama. Prof Robert menanggapi bahwa hal itu diatur dalam Perda Perlindungan Agama amendemen pertama konstitusi Amerika. Disitu disebutkan bahwa pelajaran agama di sekolah umum itu dilarang tetapi boleh di sekolah swasta, hanya saja porsinya sedikit.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menanggapi pertanyaan Sekretaris Pesantren Ir. H. Abdul Ghofar tentang kondisi muslim di Amerika, Prof. Anthony mengatakan bahwa muslim Amerika lebih sejahtera dibandingkan dengan muslim negara-negara Eropa. Di beberapa negara Eropa, muslim tinggal di daerah kumuh, tidak terintegrasi baik dengan lingkungan, dan merasa terasingkan. Selain itu, seseorang yang bernama ‘muslim’ itu sulit untuk mencari pekerjaan.

“Karena suasana seperti ini, ‘kalau kamu tidak mengakui saya, maka kamu harus takut pada saya’ akan seperti ini pola pikir remaja disana. Dan ini sangat rentan keamanan, masa depan dan dekat dengan faham radikalisme,” ujar Prof. Anthony. Namun, ia tak menampik bahwa ada beberapa warga muslim Amerika yang juga menjadi Radikal.

Tanya jawab terus berlangsung hingga  satu jam lamanya, sampai pukul 10.00 WIB diskusi ditutup. Agenda selanjutnya kedua tamu dari King’s College ini akan mengunjungi Ma’had Jami’I Hasyim Asy’ari, Unhasy dan pondok putri setelah istirahat dan makan siang. (Sutan/Abror)