Jajaran Dinas Pendidikan Tabanan Bali beserta Ketua, Mudir, dan Pengurus Pondok Pesantren Tebuireng, Jumat (05/01/2018). (Foto: Iryan)

Tebuireng.online- Salah satu keinginan pihak Dinas Pendidikan (Diknas) Kabupaten Tabanan Bali bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Tabanan untuk berziarah ke makam Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), baru terealisasi tahun ini.

Tepat pada Jumat (05/01/2018) rombongan yang terdiri dari 14 orang berbeda agama itu mengunjungi Pesantren Tebuireng untuk ziarah ke makam Gus Dur, sekaligus untuk mengenali kurikulum pendidikan yang diterapkan oleh Pesantren Tebuireng.

Rombongan yang terdiri dari umat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu itu disambut hangat oleh Kepala Pondok Putra Pesantren Tebuireng Ustadz Iskandar, Mudir Bidang Pondok H. Lukman Hakim, serta beberapa pengurus pondok. Pertemuan diadakan di meeting room, Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lantai 2,  Pesantren Tebuireng Jombang.

Kepala Dinas Pendidikan Tabanan Bali, I Gede Susila menjelaskan bahwa tujuannya bersama rombingan datang ke Tebuireng untuk mengetahui cara pemecahan masalah pijakan kurikulum pendidikan yang terpisah antara kurikulum Kementerian Pendidikan dan kurikulum Kementerian Agama.

Ia mengakui bahwa permasalahan tersebut membuat bingung, manakah yang harus dipilih, di bawah naungan Diknas atau di bawah naungan keagamaan. Karena kedua belah pihak itu tidak bisa untuk saling menyatu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Hal itulah, lanjutnya, yang membuat Diknas dan FKUB Tabanan memilih berkunjung ke Pesantren Tebuireng. “Sehingga dengan kegiatan kunjungan tersebut diharap mendapatkan pembelajaran tentang kurikulum pendidikan yang ada di Pesantren Tebuireng,” terangnya.

Sementara, Kepala Pondok Putra Pesantren Tebuireng, Ustadz Iskandar menyampaikan latar belakang dan sejarah singkat Pesantren Tebuireng. Dalam kesempatan itu ia menyebutan bahwa Pesantren Tebuireng didirikan tak luput dari keinginan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, mendidik generasi muda saat itu menjadi paham agama dan baik dengan mengamalkan sifat-sifat Nabi SAW, tak hanya sekedar tahu.

Selain itu, Ustadz Iskandar juga meyampaikan bahwa Tebuireng dialiri oleh dua muara kurikulum, yakni kurikulum dari Kementrian Pendidikan dan Kurikulum Kementerian Keagamaan. Pesantren Tebuireng mengadopsi keduanya untuk diterapkan di unit-unit pendidikannya.

“Kedua hal itu menjadikan Pesantren Tebuireng saling membutuhkan kedua sisi kurikulum. Jadi tidak ada masalah, kurikulum dari Kementerian Pendidikan jalan, dan juga kurikulum Kementerian Agama juga jalan dan akhirnya menyatukan dua kurikulum,” ungkapnya.

Pimpinan Majelis Tahkim Pesantren Tebuireng, Ustadz Johari Sidroh, menambahkan keterangan tentang kurikulum yang digunakan oleh Pesantren Tebuireng. Ustadz Jauhari mengungkapkan bahwa pada dasarnya Pondok Pesantren Tebuireng didirikan tidak lain sebagai lembaga untuk mengaji.

“Walaupun sebenarnya tidak semua santri yang berasal dari pondok pesantren menjadi kiai, karena kebanyakan mereka yang menjadi kiai-kiai dilatarbelakangi sebab mereka pernah dididik di pondok pesantren,” ungkap dosen Pascasarjana Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) itu.

Sebelum menutup kunjungannya, Ketua Dinas Pendidikan Tabanan Bali mengungkap perasaan senangnya sebab sudah tiba di Tebuireng. “Saya cukup senang ketika berada di Pesantren Tebuireng ini. Selain ramah dan juga mau berbagi pertanyaan, saya juga berterima kasih. Mungkin di waktu yang lain, semoga saya bisa kembali ke sini lagi agar bisa banyak belajar,’’ ungkapnya.

Kegiatan kunjungan itu berakhir dengan ziarah makam Presiden ke-4 RI, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan masyayikh Tebuireng lainnya. Setelah dari Pesantren Tebuireng rute perjalanan rombongan Kemendikbud dan FKUB Tabanan Bali dilanjutkan menuju makam Presiden pertama RI, Ir. Soekarno di Blitar Jatim.


Pewarta:            Iryan Ramadani

Editor/Publisher: Rara Zarary