Ilustrasi oleh: Mudfar Ma’ruf

Di pesantren Cak Jahlun ada peraturan bahwa semua santri dilarang keras merokok. Dan Bapak Kiai tidak segan-segan memberikan takzir (hukuman) berat pada santri yang ketahuan melanggar aturan tersebut. Namun tentu saja masih ada santri nakal yang nekat melakukan pelanggaran. Bahkan, sering beberapa santri yang tidak tahan ingin merokok mencari-cari kesempatan di malam hari, pada saat gelap di sudut-sudut asrama atau di gang-gang kecil, dan di tempat jemuran pakaian bahkan di pekarangan sang Kiai. Ada juga yang tidak jijik merokok di dalam WC sambil pura-pura sedang BAB.

Salah satu santri yang nakal tersebut adalah Cak Jahlun. Satu hari, saat malam telah larut, Cak Jahlun ingin kembali melakukan aksi terlarangnya. Walaupun ia tidak punya rokok untuk dihisap ia yakin pasti ada teman-temannya yang sekarang sedang merokok di tempat rahasianya. Dengan nekad, ia pun bergegas ke kebun belimbing, di belakang salah satu gedung pesantren itu. Benar seperti firasat Cak Jahlun, dari kejauhan terlihat setitik api dari sebatang rokok yang sedang dihisap seseorang. Cak Jahlun lalu mendekati orang tersebut. Suasana yang jauh dari lampu penerangan membuat tempat itu memang agak gelap dan aman untuk merokok.

“Cak, join rokoknya ya?,” kata Cak Jahlun sambil menyodorkan jari tengah dan telunjuknya ke orang tersebut. Orang yang dimaksud langsung menyerahkan sebatang rokok yang baru dinyalakannya. Cak Jahlun yang memang sudah kebelet ingin merokok tersebut tanpa memperhatikan temannya itu langsung buru-buru mengisap rokok.

“Alhamdulillah, asyik Cak,” katanya. Diteruskan dengan isapan kedua, sambil memejamkan mata seakan menghayati isapan rokoknya.

Semakin dihisap rokok semakin menyala, dan dengan bantuan nyala rokok itu lama-kelamaan Cak Jahlun mulai sadar dengan siapa sebenarnya ia saat itu. Namun Cak Jahlun belum yakin betul dan diteruskan dengan isapan selanjutnya. Isapan yang dalam sehingga membuat rokok itu semakin menyala terang. Dan…

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ternyata… yang dia mintai rokok adalah Kiainya sendiri.

Bukan main, kaget dan ketakutannya Cak Jahlun. Dia langsung kabur, lari tunggang langgang tanpa sempat mengembalikan rokok yang dipinjamnya.
Sang Kiai pun berteriak, “Hei rokok saya jangan dibawa, itu tinggal satu-satunya, Cak…” [F@R]